Part 19

1.7K 74 8
                                    

Ken membawa Zefa ke ruangan yang biasa ia pakai untuk menghilangkan rasa penat. Ia menidurkan tubuh Zefa disana. Ken menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Zefa. Mungkin karena syok, Zefa tertidur. Wajahnya sangat tenang, kecantikan wanita itu begitu sangat terpancar. Wajah sangar yang biasa ia jadikan topeng sekarang sepertinya telah hilang.

Ken mengusap rambut Zefa dengan lembut. Matanya terlihat sayu, wajahnya ia dekatkan pada wajah Zefa. Ken dapat merasakan nafas teratur dari gadis itu.

"Saya tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Kejadian hari ini membuktikan bahwa pesona kamu begitu kuat! Keinginan saya untuk memiliki kamu seutuhnya semakin memuncak..." Lirih Ken.

Ken menjauhkan wajahnya, ia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Zefa. Ia menopang wajah dengan tangannya.

Ken membingkai wajah Zefa dengan jemarinya, kemudian ia menyentuh mata, hidung dan berakhir pada bibir. Senyum tipis tercetak disana. Ken sangat menyukai apa yang ada pada diri Zefa.

"Bibir ini, ingin sekali saya nikmati setiap hari. Pertama kali saya mencobanya, rasanya sangat manis. Saya ingin terus merasakannya lagi dan lagi. Tapi saya tidak dapat melakukannya!" Hembusan nafas kasar keluar dari bibir Ken.

Ken membaringkan tubuhnya, matanya menatap langit-langit kamar dengan intens.

"Memiliki kamu tidak mudah. Saya harus melakukan sesuatu untuk memiliki kamu sepenuhnya. Bisa saja saya melakukannya sekarang, tapi itu sangat beresiko. Apalagi keadaan kamu saat ini yang sangat tidak memungkinkan." Monolog Ken. Wajahnya kembali datar.

Zefa menggeliat pelan, Ken menoleh. Ia kembali menopang wajahnya dan memperhatikan wajah Zefa dengan seksama. Zefa mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. Mengingat kejadian sebelumnya mata Zefa membulat dengan sempurna. Ia segera bangkit dari tidurnya dengan tubuh menegang. Ken yang terkejut dengan gerakan Zefa segera bangkit untuk duduk juga.

Zefa meraba tubuhnya, lalu melihatnya. Tiba-tiba Zefa memeluk tubuhnya penuh ketakutan.

"Hei, hei,,, kenapa? Tenangkan diri kamu, saya ada disini." Ujar Ken yang berusaha menenangkan Zefa.

Zefa menoleh pada Ken. Dengan cepat Zefa memeluk tubuh Ken.

"Gue,,, gueee takuttt..." Lirih Zefa.

Tanpa rasa canggung Ken membalas pelukan Zefa.

"Jangan takut, semuanya tidak terjadi. Kamu bersama saya, kamu aman." Ucap Ken mengusap punggung Zefa lembut.

Tiba-tiba dengan kasar Zefa melepas pelukannya. Ia mendorong tubuh pria itu. Ken hanya menaikkan alis kanannya.

"Ini? Tempat ini!" Mata Zefa menerawang melihat sekeliling.

"Lo? Terus pakaian gue? Jangan-jangan lo juga udah apa-apain gue!" Ken hanya memasang wajah dingin.

"Pakaian saya masih lengkap, kamu tertidur mungkin kurang lebih baru sepuluh menit. Bagaimana saya melakukannya dengan secepat itu." Ucap Ken.

Zefa hanya terdiam.

"Saya sudah menolong kamu, tapi kamu malah menuduh saya!" Ketus Ken.

"Ya maaf, kan jaga-jaga aja." Ujar Zefa mencebikkan bibirnya.

"Akhir-akhir ini saya sering sekali mendengar kata maaf dari bibir kamu. Tidak seperti saat awal kita bertemu."

"Emang kenapa? Gaboleh?!" Ketus Zefa.

"Tidak! Saya senang. Jangan berubah tetap seperti ini, saya menyukainya." Ucap Ken.

"Kalo bilang seneng, bisa kali mukanya jangan datar gitu. Kayak papan tulis tau."

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang