Part 15

2.2K 74 5
                                    

Suara sorak terdengar seisi kantin. Semua orang mengalihkan tatapannya ke arah sumber suara, dan ternyata itu adalah suara Zefa. Rendra yang tengah makan di tengah-tengah kerumunan murid segera menghampiri sahabatnya itu. Ia menarik lengan Zefa agar duduk di bangkunya.

"Fa orang-orang pada ngeliatin kamu, udah jangan berisik, syuttt." Ucap Rendra berusaha menenangkan Zefa.

"Gue seneng dra, seneng banget pokoknya."

"Kamu gila yah, gimana kamu bisa seneng. Sedangkan hari ini hari terakhir kamu di sekolah. Aku aja masih sedih kamu di keluarin dari sekolah." Ujar Rendra tak habis pikir dengan pola pikir sahabatnya.

"Ckkk makanya itu dra, gue bawa berita baik. Gue gajadi di keluarin dari sekolah." Ucap Zefa antusias.

"Hah? Beneran? Terus temen-temen yang lain gimana?"

"Mereka juga sama gajadi dikeluarin dari sekolah." Jawab Zefa.

"Yeee Alhamdulillah Fa, aku seneng dengernya. Kamu bakal tetep sekolah disini dan gak jadi di keluarin." Teriak Rendra kegirangan.

Suara Rendra terdengar ke telinga para murid yang lain. Semua orang tak senang mendengar berita itu. Mereka berpikir bahwa itu sangat tidak profesional. Bagaimana mungkin murid sebelum Zefa di keluarkan dari sekolah tetapi tidak dengan Zefa. Padahal masalah mereka adalah masalah yang sama. Ajang bergosip kembali dilakukan. Zefa tak peduli dengan penilaian orang lain, baginya fokus pada diri sendiri. Orang lain tidak akan ikut andil dalam kesuksesan kamu, jika pada akhirnya hanya celaan dan cemooh yang mereka berikan.

"Tapi gimana bisa pak Ken mengubah keputusannya Fa?" Lanjut Rendra yang mulai penasaran.

"Sanksinya diganti. Gue sama temen-temen yang lain cuma diminta buat bersihin area sekolah selama satu minggu."

"Cuma itu? Kok bisa sih? Padahal pak Ken kan terkenal dengan Killernya. Dia gak bakal narik kata-katanya. Sekali ucap maka itu keputusan akhirnya." Tanya Rendra kembali.

"Ckkk soal itu gue gak tau! Udah ah. Pokoknya hari ini lo bebas makan apa aja. Gue traktir." Ucap Zefa tak mau berpikir jauh.

"Asyik, oke. Kalo ditraktir gini aku mau makan sepuasnya." Rendra segera pergi untuk memesan banyak makanan. Ia tidak akan melewatkan kesempatan emas dari Zefa.

Zefa melipat tangannya di depan dada, ia menarik sudut bibirnya dengan tatapan penuh rasa bangga. Ia menatap sekeliling, melihat semua murid yang segera menghentikan pembicaraan mereka dan langsung menunduk takut. Zefa hanya berdecih pelan, ia sangat tidak suka melihat wajah orang-orang itu. Mereka bermuka dua, lain di depan lain di belakang. Zefa sangat muak dengan lingkungan yang ia hadapi selama dua tahun ini. Tapi mau bagaimanapun bertahan bukan sebuah pilihan tapi sebuah keharusan.

*****

"Pak permisi, saya ingin berbicara penting dengan pak Ken." Ucap Zio diambang pintu ruangan Ken.

Ken tengah membaca beberapa proposal yang diajukan para guru, mendengar suara Zio ia segera menghentikan aktivitasnya.

"Masuk!" Perintah Ken. Zio mengangguk, ia duduk tepat di bangku kosong.

Zio hanya menggigit bibir bawahnya, ia ragu untuk mengatakan semuanya. Ia takut Ken akan tersinggung dengan pembicaraan yang ia mulai. Ken dapat melihat ekspresi Zio dari ekor matanya.

"Bicaralah!" Ujar Ken.

Zio mengangguk,

"Begini pak, saya ingin membicarakan perihal sanksi yang diberikan kepada murid yang mengikuti tawuran kemarin. Saya baru saja mendengar dari berita yang tersebar di kalangan para murid dan guru, bahwasannya mereka tidak jadi dikeluarkan dari sekolah dan tidak jadi di blacklist. apa itu benar?"

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang