Part 9

2.7K 66 3
                                    

Tatapan Zefa terlihat kosong, ia hanya mengaduk-aduk bakso yang baru saja ia pesan. Rendra melihat mangkuknya kemudian melihat mangkuk Zefa secara bergantian. Keduanya sangat berbeda. Zefa seperti enggan untuk memakan makanannya.

"Fa, kamu kenapa? Makan atuh baksonya. Jangan didiemin nanti dingin, gaenak." Ucap Rendra.

Zefa hanya menghela nafas gusar, kejadian tadi bersama Ken selalu memutar-mutar di otaknya. Ken terlalu berani dalam melakukan hal itu. Tidak semudah itu Zefa dapat menerimanya, niat hati hendak balas dendam kenapa semuanya seakan berbalik pada Zefa.

"Nih abisin! Gue gak nafsu." Zefa menyodorkan makanannya pada Rendra. Rendra hanya menarik sudut bibirnya.

"Dengan senang hati." Balasnya, dan langsung memakan makanan yang Zefa berikan.

Zefa menopang dagu dengan tangannya, hari ini hari sial baginya. Hari yang tidak pernah ia bayangkan akan seperti ini. Padahal jika Zefa kembali mengingat, di hari sebelumnya ia tidak melakukan dosa yang berarti selain minum alkohol.

Saat Zefa tengah asik dengan pikirannya,

"Fa! fa!" Ucap seseorang antusias. Zefa kemudian menoleh dan Rendrapun segera menghentikan suapannya.

Orang itu adalah Alwi salah satu teman pria di sekolah Zefa yang selalu datang saat ada sebuah kabar penting untuk Zefa.

"Fa mau ikut abis pulang sekolah?"

"Kemana?" Tanya Zefa malas.

"Gue sama temen-temen yang lain mau adu bacok sama sekolah Sunrise, Lo ikut gak?" Seketika mata Zefa berbinar, berita tepat di waktu yang tepat.

"Ikut!" Jawab Zefa tak kalah antusias.

"Oke nanti gue sama yang lain tunggu di gang depan yah?" Ujar Alwi. Zefa mengangguk mantap.

Rendra memasang wajah panik, ia segera mendekat pada Zefa.

"Fa, udah jangan ikut lah. Bahaya! nanti bisa-bisa kamu kena hukuman sama pak Ken kalo ketahuan." Ucap Rendra.

"Gak bakal, tenang aja." Ucap Zefa.

"Gak bakal gimana? Kamu gak liat kemarin yang di hukum di tengah lapangan? Itu akibat dari tawuran Fa." Ucap Rendra kembali mengingatkan.

"Yang dapat hukuman kan gue, kenapa lo yang repot!" Ketus Zefa.

"Aku kan khawatir Fa, bagaimanapun kamu sahabat aku. Mana mungkin aku biarin kamu kena masalah."

"Thanks atas perhatian lo! Tapi gue tetep bakalan ikut." Ucap Zefa penuh penegasan.

Rendra tak membalas, sulit sekali untuk menasehati Zefa. Keras kepala, itu salah satu watak yang sulit untuk diubah. Hanya untuk senang-senang atau penghilang stress entah apa alasan Zefa mengikuti kegiatan buruk di sekolahnya.

Tak ada yang keduanya lakukan, baik Rendra ataupun Zefa mereka sama-sama memilih untuk bolos masuk pelajaran, sampai bel pulang berbunyi.

*****

Di depan gang semuanya telah bersiap dengan keberangkatan mereka. Zefa membunyikan klakson mobil, membuat semua orang yang berada di depannya langsung menoleh padanya. Kali ini Zefa tak membawa Rendra bersamanya, sebelumnya ia mengantar Rendra pulang terlebih dahulu.

Zefa menurunkan kaca mobilnya,

"Mana?" Tanya Zefa. Seolah tahu Alwi menghampiri Zefa dan memberikan sebuah parang. Zefa mengambil parang itu lalu menyimpannya di jok kosong samping tempat duduknya.

"Siap?!!" Teriak seorang ketua geng yang bernama Tian. Dia berada di barisan paling depan dengan wajah paling garang. Alisnya mengerung dengan tatapan tajam yang penuh ambisi.

Cloud Class (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang