Setelah mengikat rambutnya kini Aldifa mengambil kardigan rajut berwarna merah muda yang berada di atas kasurnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, celana jeans dengan kaos putih polos lalu kardigan, pakaian yang dikenakannya ini terlalu biasa tidak, sih?
Pintu kamarnya yang terbuka diketuk. Mamanya berdiri di sana sembari tersenyum hangat menatap putrinya. Bintang masuk, mendekati Aldifa.
"Ma, ini terlalu biasa nggak, sih?" tanya Aldifa, ini yang dimaksud adalah pakaiannya.
"Nggak, kok. Style kamu emang begini, kan? Simple," sahut Bintang. Putrinya ini sangat cuek pada penampilan, jadi melihat gaya pakaian Aldifa sekarang tidak membuat Bintang banyak berkomentar. "Kamu ... udah balikan sama Alfan?"
Bintang menelisik wajah Aldifa sedangkan orang yang ditanya mendelik malas.
"Nggak Kalea, nggak Mama kenapa pertanyaannya sama, sih?" Keningnya berkerut samar. "Nggak, Ma, Aldifa nggak balikan sama Alfan."
"Habisnya kamu jalan sama mantan, dikirain balikan." Bintang menyilangkan tangannya di depan dada.
Tiba-tiba Bintang menatap Aldifa serius, "Kamu mau Mama kenalin sama anak temen Mama, nggak?" Alis Bintang naik turun, menggoda anaknya.
Aldifa menyemburkan tawanya kemudian bertanya pada Bintang, "Emangnya Mama punya temen lain selain bunda Kayla dan tante Anggi?"
Bintang mendelik, raut wajahnya berubah masam diejek oleh putri satu-satunya ini. Ha ha ha, tidak tahu saja Aldifa kalau mamanya ini cukup terkenal. Mantan tim basket putri SMA Pelita Bangsa pasti terkenal terutama dikalangan kaum adam.
"Punya nggak?" tanya Aldifa, mengejek.
"Punyalah, Mama ini dulunya anggota tim basket, dimana-mana anak tim basket itu selalu terkenal." Bintang tersenyum jumawa.
"Itu dulu, Ma. Kalau sekarang yang terkenal itu yang good looking," sahut Aldifa. "Mama sama Aldifa itu beda generasi, nggak bisa disamain jaman dulu sama sekarang. Mama nggak update, nih."
Aldifa kembali tertawa melihat raut wajah Bintang yang merasa ternistakan olehnya, "Maaf, Ma. Becanda."
"Kalau gitu Aldifa pergi dulu," pamit Aldifa, menyalimi punggung tangan Bintang. "Oh iya, boleh-boleh aja sih kalau Mama mau ngenalin Aldifa sama anak temen Mama."
Aldifa berjinjit kemudian berbisik pada Bintang, "Siapa tahu anaknya lebih ganteng dari Alfan."
Setelah mengatakan itu Aldifa melambaikan tangannya pada Bintang kemudian ngacir keluar kamar. Bintang diam di tempat kemudian bergumam sendiri.
"Anak gue nih, kelakuannya sama kayak Rafa."
Di teras rumah, Alfan mengobrol ringan dengan Rafa sembari menunggu Aldifa selesai dengan urusannya. Sikap Rafa yang hangat dan terbuka membuat Alfan tidak merasa canggung. Mereka berdua tertawa dengan pembahasan yang sedang dibicarakan sampai suara Aldifa menginterupsi Alfan yang refleks berdiri dari duduknya.
"Ayo, Fan. Berangkat!" seru Aldifa yang baru keluar dari pintu utama.
"Pamit dulu, Om," Alfan menyalimi Rafa yang ikut berdiri dari duduknya.
"Pulangnya jangan terlalu malam," suara Bintang tiba-tiba terdengar. Sosoknya sudah ada di belakang Aldifa.
"Mama ini nggak dimana-mana selalu ada. Di mana ada Aldifa disitu ada Mama," ujar Aldifa.
"Heh, ini rumah siapa?" tanya Bintang pada Aldifa. Dikira rumah ini segede bumi apa yang nggak gampang untuk ketemu.
"Rumah Papa," jawab Aldifa, polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Jugendliteratur[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...