55. Aku - Kamu

52 1 0
                                    

Aldifa membuka gerbang rumahnya, ia terpaku melihat Alfan sudah nangkring di depan rumahnya sambil bersender di pintu mobil. Heran, karena Alfan menggunakan mobil tidak motor seperti biasanya. Aldifa mendekati Alfan yang tengah tersenyum menyambut kedatangannya. Alfan dengan sigap membukakan pintu mobil tempat ia bersandar tadi untuk Aldifa.

"Tumben pake mobil," ucap Aldifa.

Alfan tidak menjawab, ia hanya tersenyum penuh arti membuat Aldifa menaruh rasa curiga. Bukannya senang, Aldifa malah was-was melihat senyum Alfan yang sedikit berlebihan. Apa ada sangkut pautnya dengan kejadian kemarin malam?

Setelah Aldifa masuk dan menutup pintu mobilnya, Alfan memutari kap depan mobil lalu masuk ke dalam mobil. Ia mulai melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan Aldifa.

"Di belakang ada makanan, lo belum sarapan kan?" kata Alfan matanya bergerak melirik kursi di belakang.

Aldifa menoleh kemudian mengambil paper bag yang di dalamnya terdapat tupperware. Ia mengeluarkan tupperware tersebut kemudian membukanya. Di dalamnya terdapat nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi. Kepalanya menoleh ke kanan di mana Alfan berada. Pemuda itu ternyata sedang melihat Aldifa sepenuhnya karena mobil sedang berhenti di lampu merah membuat Alfan leluasa menatap Aldifa.

"Gue yang bikin," ujar Alfan, nada suaranya terdengar bangga.

Dari segi penampilan nasi gorengnya keliatan oke sih, tapi ... Aldifa jamin kalau rasanya nggak enak. Ia mengambil sendok yang berada di dalam paper bag kemudian mengambil suapan pertama. Mengunyah nya perlahan lalu menelannya.

"Huek, nggak enak," sahut Aldifa.

Senyum Alfan hilang seketika, dahinya mengerut samar. "Serius?"

"Muka gue kelihatan bohong?" bukannya menjawab Aldifa malah membalasnya dengan pertanyaan.

Alfan mengambil sendok di tangan Aldifa kemudian mengambil sedikit nasi goreng dan menyiapkan ke dalam mulutnya. "Iya, nggak enak."

Aldifa menutup kembali tupperware itu dan memasukannya ke dalam paper bag beserta sendok yang masih berada di genggaman Alfan. Setelah kejadian itu keduanya sama-sama diam sampai mobil Alfan berhenti di parkiran sekolah.

"Eum ... Gue duluan!" seru Aldifa memecah keheningan diantara keduanya.

"Al," Alfan mencekal lengan Aldifa membuat gadis yang hendak membuka pintu mobil itu mengurungkan niatnya. "Maaf, ya?"

Aldifa merasa kasihan. Seharusnya Aldifa berkata kalau Alfan tidak salah apapun kepadanya, tetapi yang keluar dari mulutnya justru, "iya, gue maafin."

***

Hal gila yang sempat Alfan rencanakan tidak terjadi karena Alfan sudah mendapatkan permintaan maaf dari Aldifa. Walau sampai sekarang ia masih berpikir kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai Aldifa marah kemarin.

"Win, gue nggak tau salah gue di mana. Apa seharusnya gue tanya aja ya kesalahan gue ke Aldifa?" tanya Alfan pada Wina yang sedang duduk di sampingnya sambil bermain ponsel.

"Ck, lo jadi cowok harusnya intropeksi dirilah, bikin salah mulu," cerca Wina sebal.

"Gimana gue mau intropeksi diri, Win kalau gue sendiri nggak tau letak kesalahan gue," sahut Alfan.

"Tau ah, beban banget lo jadi cowoknya Aldifa, ups, sori mantannya Aldifa." Wina tertawa puas melihat raut sebal di wajah Alfan. Habisnya Wina gereget banget sih sama Alfan. Udah tau masih suka Aldifa, tapi ngegantungin cewek yang disukainya. Eh pas Aldifa di deketin sama cowok lain nggak terima.

"Woy, Fan. Aldifa punya cowok baru ya? Tadi gue lihat di kantin," teriak teman sekelas Alfan dari arah pintu kelas.

Alfan dengan cepat bangkit, kemudian berlari keluar kelas. Wina yang melihat itu geleng-geleng kepala lalu ikut menyusul Alfan. Bakal ada drama live lagi nih di kantin.

***

Alfan menoleh kesana-kemari mencari sosok Aldifa. Gadis yang ia cari berada satu meja dengan Ale, Zero, dan Sasa. Alfan menghampiri Aldifa lalu mengelus rambut Aldifa membuat si empu menoleh ke arah Alfan.

"Eh, Kak, sini join," ujar Zero pada Alfan.

"Lain kali, gue ke sini mau jemput Aldifa." Alfan melirik Aldifa yang mengernyit bingung.

Aldifa berdiri, ia tidak sempat pamitan pada Ale dan kawan-kawan karena Alfan menarik tangannya. Mau tidak mau Aldifa mengikuti langkah kaki Alfan yang membawanya ke sebuah pohon beringin dengan daun yang rindang, pohon ini berada di samping lapang. Alfan mendudukan Aldifa, sedangkan cowok itu memilih berdiri di hadapan Aldifa.

"Inget tempat ini nggak? Dulu, kita pertama ngobrol di sini. Aku masih inget cara bicara kamu yang ketus, jutek." Alfan tertawa mengingat kenangan itu.

Alis Aldifa terangkat sebelah saat mendengar hal aneh dari ucapan Alfan. "Aku?"

Alfan tersenyum, ia mengangguk pelan. "Hm, aku pengen ganti cara penyebutan orang pertama. Dari lo-gue jadi aku-kamu."

"Kok tiba-tiba?" tanya Aldifa heran.

Alfan tidak menjawab, ia hanya mengedikkan bahunya. Alfan mengambil duduk di samping Aldifa, ia memperhatikan wajah gadis yang disayanginya dari samping. Aldifa yang ditatap seperti itu menoleh, hal yang dilakukan Alfan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Kamu kenapa ngelihatin kayak gitu?" tanya Aldifa, ucapannya barusan membuat Aldifa salah tingkah sendiri karena menyebut Alfan dengan kata 'kamu'.

Alfan diam untuk beberapa saat, tapi ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Gelenyar aneh seperti menggelitikinya, sangat menggelikan, tapi Alfan menyukainya. Ia menyelipkan anak rambut Aldifa yang bergerak tertiup angin ke belakang daun telinga. Kini, Alfan leluasa menatap paras cantik Aldifa.

"Al, mau denger sesuatu yang menyenangkan nggak?" tanya Alfan.

"Apa?"

Alfan mendekatkan mulutnya ke telinga Aldifa, ia akan membisikan sesuatu.

"Aku sayang kamu,"

***

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang