Bel istirahat berbunyi. Aldifa buru-buru keluar kelas. Ia berlari secepat mungkin. Tujuannya sekarang adalah ke toilet. Tadinya Aldifa sudah minta izin pada guru bahasa yang sedang mengajar. Tapi guru itu bilang tahan dulu, saya nanggung jelasinnya. Kalau kamu keukeuh mau ke toilet. Saya nggak akan memberi kamu masuk kelas nanti.
Aldifa menggeram kesal. Jaman sekarang masih saja ada guru yang begitu. Kelewatan. Masa mau ke toilet saja dibikin ribet. Kalau nggak kebelet juga Aldifa tidak akan meminta izin.
"Huft," Aldifa keluar toilet dengan hembusan napas lega.
Langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Leo.
"Kak Leo," panggil Aldifa.
Leo menoleh lalu tersenyum tipis. Menunggu Aldifa yang berlari kecil ke arahnya. Aldifa bersikap biasa saja pada Leo. Walau awal pertemuan mereka Aldifa terkesan cuek. Tapi itu karena moodnya sedang tidak bagus.
"Mau ke kantin?" tanya Aldifa, kini berjalan beriringan dengan Leo.
"Iya, lo juga?"
Aldifa berdehem.
"Oh iya, Kalea orangnya lucu ya," kata Leo diakhiri kekehan ringan.
"Iya, cuma agak childish," ucap Aldifa jujur. "Kak Leo suka?"
"Hah?"
Leo sedikit ambigu dengan pertanyaan Aldifa. Ia terkekeh, memperjelas pertanyaannya. "Kak Leo suka sama Kalea?"
Leo menggeleng. "Gue sukanya sama Wina."
"Cabe nyasar?" ucap Aldifa, spontan.
"Apa? Cabe nyasar, maksudnya?" Leo mengangkat sebelah alisnya.
Aldifa menggeleng. "Bukan apa-apa,"
Duh, mulut nggak bisa dijaga banget sih.
"Gue mau bicara sama lo!"
Alfan tiba-tiba datang lalu menarik Leo entah pergi kemana. Aldifa terlihat bingung, namun ia tidak mempedulikannya. Lebih baik ia ke kantin, Kelvin dan Kalea pasti sudah menunggunya di sana.
***
Alfan mengajak Leo ke rooftop. Ia ingin berbicara empat mata dengan Leo. Sampai di sana Alfan duduk bersila. Leo pun ikut menyusul Alfan.
"Kenapa lo keliatan deket sama Al?" tanya Alfan langsung pada intinya.
"Al?" Leo merasa asing dengan nama itu.
Alfan berdecak, "Aldifa."
Leo mangut-mangut. Ia melirik Alfan yang menunggu jawabannya. Sepertinya ada yang tidak beres dengan Alfan. Senyum sinis Leo mengembang. Menjahili Alfan kali ini saja tidak masalahkan? Leo melihat sisi cemburu Alfan. Walau belum tahu pastinya bagaimana. Tapi Alfan terlihat cemburu dengan dirinya yang berjalan dengan Aldifa.
"Dia pacar gue. Kenapa emangnya?" tanya Leo, ia menahan tawanya agar tidak meledak sekarang.
"Lo ... nikung gue?" nada suara Alfan sedikit meninggi. Leo benar-benar tidak kuat menahan tawanya. Tapi ia harus menjahili Alfan dulu.
Leo berdehem, agar tawanya sedikit mereda. "Nikung? Gue udah pacaran sama Aldifa sebulan yang lalu."
"Cih, sebulan lalu lo masih di Amerika!"
"Yah ... jodoh mah bisa bersatu kapan aja dan dimana aja kan?" Leo tidak ingin kalah dari Alfan.
"Lo kan suka sama Wina!" Alfan terlihat beremosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Ficção Adolescente[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...