Bel istirahat telah berbunyi tiga menit yang lalu. Namun hal itu tak membuat Aldifa beranjak untuk pergi ke kantin.
"Huft, selesai juga!" seru Kalea yang sejak tadi mencatat materi di papan tulis. "Ayo ke kantin, Dif."
Aldifa yang menangkupkan wajahnya diantara lipatan tangan, menggeleng pelan.
"Lho, kenapa? Biasanya lo paling semangat," Kalea menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Perut gue sakit," kata Aldifa pelan diakhiri ringisan.
Kalea ikut meringis, "Pasti tadi pagi lo nggak sarapan," tebak Kalea. Dan tebakan itu tepat sasaran karena sekarang Aldifa mengangguk lemah. "Tuh kan, ayo ke kantin! Lo kayaknya maag deh."
"Ng-gak,"
"Kalau lo nggak ke kantin gue aduin ke Kak Alfan biar dia dateng ke sini. Lo mau dilihatin sekelas? Lo kan paling nggak suka jadi pusat perhatian," ancam Kalea dan itu berhasil. Aldifa langsung duduk tegap dengan mata melotot pada Kalea.
"Ngancem mulu bisanya," cibir Aldifa, yang dipelototi hanya nyengir tidak berdosa.
"Makanya ayo ke kantin!" Kalea menarik lengan Aldifa yang sedari tadi memegang perut. Mau tidak mau Aldifa mengikuti Kalea.
"Kelvin mana?" tanya Aldifa sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Kelvin.
Kalea memutar bola mata malas, "Di panggil guru tadi, nggak tau deh disuruh ngapain. Semoga aja disuruh bersihin toilet."
"Laknat lo sama kembaran sendi—aw,"
"Kalau sakit perut mending diem deh, Dif, jangan banyak bacot."
Aldifa mendengus kesal. Kenapa sih dirinya selalu dilingkupi oleh orang-orang yang menyebalkan. Bawaannya emosi mulu.
Kalea mengedarkan pandangannya saat sampai di kantin. Ia mencari meja yang kosong untuk dirinya dan Aldifa duduk.
"Bareng sama Kak Alfan yuk, Dif!" ujar Kalea semangat.
"Sama Alfan atau sama Kak Leo?" Aldifa memutar bola mata malas.
"Ya lo tau lah,"
"Idih, modus. Ogah ah, cari meja lain sana!"
"Nggak ada, Dif, udah penuh. Ayolah," Kalea merengek sambil memasang puppy-eyes andalannya.
"Terserah."
Kalea tersenyum semringah, walau Aldifa menjawab 'terserah' tapi itu sudah cukup bagi Kalea. Langkahnya kembali bergerak menuju meja yang berisi tiga orang sambil menarik lengan Aldifa. Aldifa yang ogah-ogahan mengikuti dengan malas.
"Kak, boleh gabung?" tanya Kalea entah pada siapa namun pandangannya tertuju pada Leo.
"Boleh banget," Alfan menjawab antusias sambil melirik Aldifa.
Kalea dan Aldifa duduk. Dalam satu meja itu, Kalea duduk diantara Leo dan Aldifa, sedangkan Aldifa duduk berhadapan dengan Alfan yang bersebelahan dengan Wina.
"Emang nggak ada meja lain ya?" tanya Wina, sarkastik.
"Kalau ada kita nggak akan ke sini," jawab Kalea penuh penekanan.
Aldifa yang mendengar itu menahan tawanya. Menurutnya raut wajah Kalea sangat lucu ketika mengatakan kalimat tadi pada Wina.
"Lo mau pesen apa, Dif? Biar gue pesenin," kata Kalea sembari bangkit.
"Beliin gue, susu kotak aja, Kal," ucap Aldifa. Bulir keringat mulai membasahi pelipisnya. Ia menahan ringisan karena sakit yang melanda perutnya. Kalau sampai ringisan itu terdengar bisa-bisa Alfan langsung khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Novela Juvenil[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...