Selesai sudah liburan Aldifa, Kelvin, dan Kalea. Kini mereka mulai masuk SMA pilihan orangtuanya. Aldifa dan Kelvin adalah orang yang paling malas untuk masuk sekolah. Pasalnya hari ini mereka mengikuti Masa Orientasi Siswa atau sering disingkat MOS. Dan Kalea? Jangan ditanya, saat tahu kalau satu sekolah dengan Leo, Kalea selalu bersemangat.
Aldifa, Kelvin, dan Kalea turun dari angkot setelah membayar ongkosnya. Mereka menatap gerbang sekolah yang tertutup rapat.
"Yah, kita telat..., lo sih, Dif pake acara bangun kesiangan, lo juga pantat monyet pake acara naik angkot segala. Padahal tadi Mama udah nawarin buat nganter," omel Kalea.
Aldifa dan Kelvin saling pandang lalu tersenyum sinis.
"Ya udah sih, kita tinggal pulang aja," sahut Aldifa enteng.
"Bener, lagian gue nggak ngajak lo naik angkot, sempak kuda," tambah Kelvin.
"Nyebelin lo pada!"
"Ya terus sekarang kita harus gimana? Pasti dimarahin kalau masuk juga. Males ah gue," Kelvin memutar bola matanya malas.
"Manjat."
Aldifa dan Kelvin menatap Kalea cepat. Duh, bukan Kalea banget. Kalea bisa dikategorikan cewek feminim. Ya kali manjat. Kalau Aldifa dan Kelvin sih nggak masalah. Aldifa memang tidak setomboy Bintang, tapi ia dibesarkan untuk menjadi cewek berani. Nggak manja kayak Kalea.
"Nekat lo, Kal," cibir Aldifa.
"Ayolah, gue lagi pedekate sama Kak Leo. Lo berdua harus bantuin gue. Maksa ini mah." Kalea bersungut, kesal.
"Oke, kali ini aja," kata Kelvin, diangguki Aldifa.
Aldifa mulai memanjat gerbang, sebelumnya ia melihat dulu apa ada satpam atau tidak. Dan ternyata tidak. Aldifa loncat saat ia bisa melewati gerbang yang tingginya lebih dari dua meter. Aldifa menatap Kelvin dan Kalea yang mulai menginjakan kakinya ke tanah.
"Huft, manjat susah juga ya," Kalea mengusap pelipisnya yang berkeringat.
"Makanya jangan sok-sok-an manjat," omel Aldifa.
"Enak banget ya, udah telat, manjat gerbang lagi. Dasar bocah nggak punya etika." Suara cewek dengan nada marah membuat Aldifa, Kelvin, dan Kalea menatap cewek itu.
Kelihatannya sih anak OSIS, karena cewek itu memakai almamater OSIS khas SMA Pelita Bangsa.
"Aduh, mana name-tag nya? Udah telat, manjat, perlengkapan MOS nggak dibawa. Enaknya disuruh lari berapa keliling ya?" Cewek itu menatap lapangan SMA Pelita Bangsa.
Kalea meneguk salivanya susah payah. Lapangan SMA-nya ini bukan main luasnya. Luas banget.
"Ada apa, Win?" tanya seorang cowok yang baru saja tiba di samping cewek yang sedang ngomel.
"Ini nih, Fan, mereka telat terus manjat gerbang dan sekarang perlengkapan MOS nya entahlah..., mungkin nggak dibawa."
"Siapa sih dia?" tanya Kelvin berbisik pada Aldifa di sebelahnya, matanya menatap cewek yang menggerutu tidak jelas.
"Cabe nyasar," jawab Aldifa asal. Kelvin terkekeh pelan.
Terlihat si cowok tadi menghela napas berat. "Adek-adek, kalian tau kesalahan kalian?"
Hanya Kalea yang mengangguk, Aldifa dan Kelvin memutar bola mata malas.
"Kali ini saya bebaskan dari hukuman. Tapi kalau besok dan sampai hari terakhir MOS selesai kalian masih telat. Terpaksa kami menghukum kalian. Paham?"
Sekali lagi, hanya Kalea yang mengangguk.
"Sekarang kalian boleh bergabung dengan siswa baru lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
أدب المراهقين[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...