Aldifa membuka gerbang rumahnya. Ia menoleh kesana-kemari. Sepi. Biasanya kalau ia membuka gerbang pasti ada Alfan yang sedang duduk di atas motornya. Tapi sekarang ... tunggu! Kenapa ia jadi mencari Alfan begini sih?
Daripada berangkat sekolah sendiri, lebih baik Aldifa mampir dulu ke rumah si kembar. Mereka pasti masih sarapan.
Tanpa merasa tak enak hati, Aldifa masuk ke dalam rumah si kembar. Sudah biasa, jadi tidak masalah.
"Pagi semuaaa," sapa Aldifa saat sampai di ruang makan yang penuh dengan keributan Kelvin dan Kalea.
"Eh, Aldifa, pagi," balas Bunda Kayla yang tengah memotong buah melon.
"Tumben kesini, biasanya berangkat sama ojek langganan lo," cibir Kelvin.
"Ganteng gitu dibilang ojek," Kalea menimpali dengan raut tak suka.
Aldifa mengangkat bahu. Menarik kursi di hadapan Kelvin lalu mendudukinya. Ia memutar bola mata malas melihat pertengkaran adik kakak di pagi hari. Kalea yang keukeuh ingin merebut roti bakar milik Kelvin dan Kelvin yang tidak mau mengalah dengan memberikan rotinya untuk Kalea.
"Kalian ngapain sih? Berantem cuma gara-gara roti," tukas Aldifa lalu terkekeh karena Kelvin dengan sengaja mengolesi wajah Kalea dengan selai strawberry.
"KELVINNN MUKA CANTIK GUE?! ARHG!!" pekik Kalea, buru-buru mengambil tissue lalu membersihkan wajahnya.
Aldifa dan Kelvin tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Bunda Kayla yang sedari tadi menyimak hanya menggelengkan kepala sambil menghela napas berat.
"Kalian tuh, tiap pagi berantem mulu. Nggak bosen apa?" tanya Bunda. Kelvin dan Kalea langsung bungkam.
Mereka menunduk, "Maaf Bunda...."
Aldifa tersenyum tipis melihat Kelvin dan Kalea yang bertingkah seperti itu. Jika sedang seperti sekarang, si kembar kelihatannya seperti anak umur enam tahunan.
Setelah itu ruang makan kembali hening. Bunda memakan melon yang baru selesai dipotong. Aldifa pun ikut memakan melon yang disodorkan Bunda dengan senang hati. Kelvin dan Kalea sibuk menghabiskan susu cokelat yang ada digelas masing-masing.
Kegiatan sarapan itu selesai. Mereka bertiga—Aldifa, Kelvin dan Kalea—pamit pada Bunda. Selama diperjalanan menuju sekolah tidak ada sesuatu yang menarik. Aldifa sibuk dengan pikirannya, Kalea asyik membaca novel dipangkuannya, dan Kelvin hanyut dalam melodi yang didengarnya dalam playlist ponselnya melalui earphone.
Angkot berhenti tepat di depan gerbang SMA Pelita Bangsa. Aldifa membayar ongkos dirinya dan si kembar lalu turun. Mereka jalan beriringan memasuki sekolah.
"Tadi pas lagi sarapan, gue nggak ngelihat Ayah David. Emang kemana?" tanya Aldifa menyadari sosok yang kurang saat sarapan tadi.
"Ayah udah berangkat ke kantor dari subuh. Kata Bunda sih ada urusan yang penting banget," jawab Kelvin.
"Dif, kok Kak Alfan nggak jemput lo?" tanya Kalea merasa heran.
Aldifa mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Kok nggak tahu sih? Padahal kemarin Kak Alfan ke rumah lo—ups keceplosan." Kalea nyengir, Kelvin yang berada di sebelah Kalea langsung menjitak kepala kembarannya itu.
"Kok lo tahu sih?!" pekik Aldifa, pasalnya ia tidak memberi tahu siapapun selain orangtuanya kalau Alfan akan ke rumah.
"Ngintip lah," jawab Kelvin enteng lalu tertawa melihat Kalea yang melotot seakan berbicara kok lo ngasih tahu sih?!
"Dasar manusia gabut. Orang lagi belajar diintip," ujar Aldifa tampak biasa saja. Padahal ia sangat malu kalau sampai mereka tahu kejadian kemarin. Soal ... ahh lupakan. Terlalu alay untuk diingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Teen Fiction[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...