Extra Part Tiga

45 2 0
                                    

"Dimana?" tanya Aldifa lewat panggilan telepon.

"Aku ngeliat kamu," sahut Alfan di seberang sana.

Aldifa mencari keberadaan tunangannya itu. Tadinya setelah Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru atau disingkat PKKMB, Aldifa akan langsung pulang tapi Alfan meminta bertemu sebentar. Bicara tentang PKKMB, sekarang Aldifa sudah resmi menjadi mahasiswa baru di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta.

Alfan terlihat sembari melambaikan tangan. Aldifa mematikan panggilan telepon lalu menghampiri Alfan. Senyum lebar dengan sederet gigi putih sering Aldifa lihat. Entahlah, setelah pengakuan Alfan di pantai tempo hari cowok itu lebih sering tersenyum tiap kali melihatnya.

"Dari Mama, katanya buat calon mantu," ujar Alfan menyerahkan paper bag berisi bolu marmer buatan Anggi pada Aldifa.

"Kirain apa. Padahal bisa kan ngasihnya nanti di rumah," sahut Aldifa melirik isi paper bag di tangannya.

Alfan nyengir, "Nggak pa-pa, sekarang ketemu entar aku ke rumah kamu kita ketemu lagi."

"Ck, dasar," cibir Aldifa.

"Eh, siapa ini, Fan? Adek lo? Boleh dong kenalin ke gue, siapa tau cocok." Seorang cowok berambut ikal menghampiri Alfan dengan celetukan yang membuat Alfan mendengus.

Di belakang cowok itu terdapat dua cowok dan satu cewek yang pernah Aldifa lihat di kafe Millen waktu itu.

"Dia ceweknya Alfan," ujar Asya dengan nada malas.

Aldifa hanya tersenyum canggung menyapa keempat teman Alfan yang datang secara tiba-tiba.

"Kita belum sempet kenalan, gue Denis, nggak usah salaman ya. Liat tuh, cowok disebelah lo matanya hampir keluar." Denis bergidik melihat Alfan yang memberikan tatapan tajam.

Alfan menghela napas, "Yang ini Ando, yang ini Asya. Kalau yang ini ... panggil aja Kribo." Alfan memperkenalkan teman-temannya satu persatu pada Aldifa.

"Enak aja panggil gue kribo. Gue Krisna," ucapnya sembari tersenyum dan menaikturunkan kedua alisnya.

"Nggak usah sok imut gitu lo," cibir Alfan pada Krisna, tatapan tidak sukanya begitu kentara.

"Salam kenal semua, gue Aldifa." Aldifa tersenyum sopan.

"Ayo, aku anter sampai depan. Kamu jangan lama-lama bergaul sama mereka," ajak Alfan.

"Ecieee si paling aku kamu mau kemane nichh," goda Krisna ditambah siulan dari Denis.

Alfan mendelik, ia hendak berbalik badan tapi urung. Alfan menarik tangan kiri Aldifa lalu memperlihatkannya pada keempat temannya. "Dia tunangan gue!"

Setelah mengatakan itu Alfan pergi sambil menarik tangan Aldifa agar mengikutinya. Aldifa mengikuti langkah Alfan dengan tawa kecil yang keluar dari mulutnya. Rasa cemburu Alfan sudah tidak disembunyikan lagi. Saat Alfan cemburu, ia akan cenderung memperlihatkannya pada Aldifa atau memberitahu Aldifa dengan bisikan 'aku cemburu'.

"Nanti aku ke rumah sekitar jam lima sore," kata Alfan sambil memasangkan helm di kepala Aldifa.

"Oke," jawab Aldifa.

"Gitu doang?" tanya Alfan tidak percaya.

"Iya, terus kamu maunya aku jawab gimana?" Aldifa memperhatikan wajah Alfan dengan seksama.

"Nggak gimana-gimana, sih." Alfan menggaruk tengkuknya bingung.

"Yaudah kalau gitu aku pulang dulu," pamit Aldifa. Ia menyalakan mesin motornya, tapi belum beranjak pergi dari sana. "Oh iya, yang tadi itu bener namanya Krisna?"

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang