Selamat membaca~
———
Seorang gadis berseragam putih abu berlari di sepanjang koridor. Sesekali dirinya menoleh ke belakang memastikan jarak ia dan cowok yang mengejarnya tidak terlalu dekat. Aldifa memekik pelan saat dirinya hampir menabrak seseorang yang baru keluar dari ruang guru. Ia menoleh ke belakang, Alfin berlari kencang berusaha mengejarnya.
"Maaf," ucap Aldifa, membungkukkan badannya lalu kembali berlari. Saking kalutnya melihat jarak Alfin yang mulai dekat dengannya membuat Aldifa tidak sadar bahwa seseorang yang hampir ia tabrak adalah Alfan.
Alfan mengernyitkan dahi ketika melihat Alfin berlari melewatinya sembari meneriakkan nama Aldifa dan Aldifa yang merasa namanya terpanggil menoleh ke belakang sambil tertawa puas. Alfan tak henti memperhatikan mereka yang tengah kejar-kejaran di koridor, menyebalkan.
"Kenapa, lo?" tanya Leo yang baru saja keluar dari ruang guru dan melihat wajah masam sahabatnya.
"Nggak pa-pa," jawabnya singkat.
"Dih, kek cewek lo. Ditanya jawabnya nggak pa-pa." Leo mencibir.
"Terserah gue, lah." Alfan melenggang pergi, meninggalkan Leo yang menggelengkan kepala heran.
"Cowok pms emang nyeremin," gumamnya, lalu mengejar Alfan yang akan pergi ke ruang OSIS.
Di tempat lain, tepatnya di koridor pinggir lapang Alfin berhasil menarik ransel Aldifa membuat sang empu termundur beberapa langkah. Ia mencoba mengambil ponselnya yang berada dalam genggaman Aldifa.
"Eits, nggak bisa." Aldifa tertawa ketika Alfin gagal merebut ponsel yang berada dalam genggamannya.
"Balikin sini, Al!" Alfin berhenti merebut. Kini menatap Aldifa datar.
"Kasih tau dulu isi album digaleri hape lo yang judulnya rahasia. Oh gue tau, gue tau, isinya pasti foto cewek, kannn. Bener nggak gue?" Aldifa menaik-turunkan alisnya menggoda Alfin.
"Al—"
"Atau ...," mata Aldifa membulat, ia menutup mulutnya sambil menjauh beberapa langkah dari Alfin.
Alfin yang paham dengan isi kepala gadis di hadapannya ini berdecak kesal. "Nggak usah mikir macem-macem deh. Otak lo udah kotor tuh, sana cuci otak."
Aldifa cemberut. "Abisnya lo nggak kasih liat, jadi jangan salahin gue kalau gue mikir album itu isinya foto-foto por—"
Alfin membekap mulut Aldifa. Tidak habis pikir dengan mulut Aldifa yang sering kali bicara blak-blakan. Dan anehnya, kenapa ia bisa suka dengan cewek yang hampir saja membuat ia malu.
"Aw!" Alfin meringis saat Aldifa menyikut perutnya. "Dasar cewek bar-bar."
Aldifa melotot tidak suka dikatai begitu. Namun, ia tidak membalas perkataan Alfin, karena yang utama adalah melihat album foto di ponsel Alfin dengan judul Rahasia. Ya, bisa dikatakan saat ini Aldifa kepo. Mungkin sajakan itu foto selfie Alfin, membayangkannya saja membuat ia cekikikan.
Ponsel hitam yang berada di tangan kanannya dinyalakan, untungnya Alfin tidak memakai password membuat Aldifa mudah mengakses isi album tersebut. Sebelum mengklik album berjudul Rahasia itu Aldifa menutup matanya dengan telapak tangan dan akan melihat isi album tersebut dari sela-sela jarinya yang ia buka sedikit. Hal ini wajib dilakukan untuk jaga-jaga kalau benar isi album tersebut hal-hal yang tidak senonoh dilihat mana polosnya.
"Kenapa pake ditutup-tutup segala?" Alfin mengernyit heran.
"Jaga-jaga kalau isinya foto-foto por—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Fiksi Remaja[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...