51. Pengakuan

167 10 3
                                    

Untuk pertama kalinya Alfan menginjakan kaki di rumah keluarganya. Rumah yang begitu besar dan luas, bahkan ia tidak pernah bermimpi untuk mempunyai rumah ini. Tapi semua itu rasanya percuma jika ia harus kehilangan saudara satu-satunya. 

"Sayang, kamar kamu di lantai dua. Sebelahan sama kamarnya Alfin," ucap Anggi, tersenyum lembut.

Alfan mengangguk, ia menatap tangga menuju lantai dua. Membayangkan dirinya dan Alfin sama-sama keluar kamar lalu menuruni tangga untuk sarapan bersama rasanya senang sekali. Apalagi jika melakukan banyak hal layaknya kakak dan adik. Alfan mengayunkan langkah untuk pergi ke kamarnya namun seseorang mencekal lengan kanannya.

"Gue temenin ya?" Aldifa cewek yang mencekal lengan Alfan menawarkan dirinya untuk menemani cowok itu.

"Nggak usah,"

Aldifa melepaskan cekalannya. "Judes," ia mendelik sinis.

Alfan terkekeh, "Nggak judes, Aldifa." ia mengusap kepala Aldifa lembut. "Gue lagi pengen sendiri."

"Hm, oke."

***

"Ada apa, Le?" tanya Alfan pada Leo yang duduk di hadapannya.

"Nyokap lo ada, Fan?"

Alfan mengernyitkan dahi. "Lo kesini mau ketemu gue atau nyokap gue?"

"Dua-duanya."

"Tunggu, gue pang-"

"Biar gue aja yang panggil." Aldifa bangkit dari duduknya untuk menghampiri Anggi yang berada di dapur bersama Bintang dan Kayla.

Selang beberapa menit Aldifa datang bersama Anggi. Anggi mengambil duduk di sebelah Alfan.

"Eh siapa ini, temen kamu, Fan? Mama baru lihat."

"Saya Leo, Tante."

Leo menunduk, tingkahnya membuat orang-orang yang berada di ruang tamu kebingungan. Terdengar helaan napas Leo yang sirat dengan keputusasaan.

"Fan, Tante... saya minta maaf." 

Leo tidak lagi duduk di sofa melainkan terduduk di lantai masih dengan menundukan kepala. "Saya bener-bener minta maaf."

Alfan memegang kedua bahu Leo. "Kenapa lo? Punya salah apa sampai minta maafnya kayak gini?"

"Salah gue banyak ke keluarga lo," jawab Leo dengan suara parau.

"Lo nangis?" Alfan terkekeh karena aneh saja melihat Leo seperti ini. "Lo lagi ngerjain gue ya?"

Leo menggelengkan kepala, "Maaf, Fan... maaf. Tante saya minta maaf."

"Nak Leo kenapa?" Anggi yang mendapat permintaan maaf dari orang yang baru dikenalnya hari ini kebingungan.

"Iya kenapa sih, lo sahabat gue, gue tau tabiat lo minta maaf ke orang nggak akan sampai segininya. Eum gue tebak salah lo, lo ngerasa bersalah karena nggak jenguk gue di rumah sakit? Santai kali, man. Nggak usah ngerasa ber-"

"Alfin meninggal gara-gara gue."

Hening. Kalea yang sedari tadi menyimak sembari mengemil mendadak diam. Alfan menggelengkan kepala tidak percaya. 

"Kamu bilang apa tadi?" Anggi bersuara, memecahkan keheningan beberapa saa lalu.

"Maafin saya Tante-"

"Jangan dulu minta maaf, jelasin ucapan kamu sebelumnya."

"Alfin meninggal karena saya Tante,"

"Maksud lo apa, Le?" Alfan tidak mengerti arti ucapan Leo. Karena yang dia tahu Leo tidak ada di lokasi kejadian saat kecelakaan terjadi.

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang