Dua tahun kemudian...
———
Seandainya saja kau bisa mengerti
Apa mau aku sekali ini
Mungkin aku tak 'kan merasa bersalah
Karena telah putuskanmu
Cinta memang tak bisa ditebak
Jalannya membuatku bingung selalu
Karena sekali tersakiti pasti hilang sudah cinta itu jadi benci
Sia-siakah ini tak tahu pasti
Akankah berubah nyatanya rasaku tetap sama
Masihlah sama terhadap kamu sayang
Klik. Kalea mematikan lagu pilihan Aldifa. Aldifa yang tengah bernyanyi sembari menghayati lagu berjudul Tentang Kita milik Acha Septriasa, menggeram kesal dengan tatapan mendelik pada Kalea.
"Lagu yang lain bisa, nggak? Hubungan lo sama kak Alfan kan baik-baik aja!" sungut Kalea karena sedari tadi Aldifa memilih lagu-lagu galau.
Aldifa menyimpan mic di atas meja kemudian duduk di sofa yang tersedia di ruang karaoke ini. Ponsel yang berada didekatnya dinyalakan, tapi tidak ada notifikasi apapun.
"Gue tuh lagi sebel banget banget banget sama Alfan!" Bibirnya mencebik kesal lalu melanjutkan ucapannya, "Malem ini tuh kita mau jalan, tapi dia belum chat apa-apa."
"Sibuk kali, status lo sama kak Alfan itu udah beda. Lo masih pelajar, sedangkan kak Alfan udah mahasiswa," Kalea meringis seketika, kemudian berucap pelan, "Mahasiswa kedokteran."
Kalea menghela napas, ia menepuk pundak Aldifa beberapa kali sambil menyunggingkan senyum yang dipaksakan. "Nyanyi lagi aja, ya? Gue mau ke toilet dulu."
Aldifa cemberut, ia memperhatikan layar gelap di ponselnya. Namun, beberapa saat kemudian senyumnya mengembang sempurna ketika ponselnya berdering dan nama Alfan sebagai penelepon tertera di layar ponselnya.
"Halo!"
"Al, maaf ya kayaknya malam ini kita nggak jadi jalan. Aku ada tugas kelompok," ucap Alfan diseberang sana.
Raut wajah Aldifa berubah sebal. Ini bukan sekali dua kali Alfan membatalkan janji mereka secara mendadak seperti ini. Gereget banget, rasanya pengin ngurung Alfan di suatu tempat terus ngasih pelajaran supaya nggak ngebatalin janji mereka yang udah disetujui dari minggu lalu.
"Halo, Al? Maaf ya, jalannya besok aja gimana?"
"Tau ah, sebel. Kamu bilang besok-besok ujung-ujungnya nggak jadi terus!"
"Besok aku ada waktu luang, aku janji nggak akan ngebatalin lagi. Jangan ma-"
"Alfan, ngerjain tugasnya di kafe Millen aja ya?"
Aldifa mengernyitkan dahi mendengar suara cewek di seberang sana. Ia mendengar percakapan diantara mereka berdua.
"Boleh, Ca," sahut Alfan yang ditujukan pada cewek itu.
Ca? Ca siapa? Cabe? batin Aldifa bertanya-tanya.
"Halo, Al, kamu masih di sana kan? Maaf ya."
"Ha? Oh, hahaha nggak pa-pa. Aku juga lupa kalau aku udah punya janji sama Ale mau ke mall," ujar Aldifa asal jawab.
Alendra, cowok yang naksir Kalea itu untuk kesekian kalinya menjadi sasaran Aldifa mempertahankan gengsinya. Jika Alfan membatalkan janji mereka seperti sekarang ini, Ale-lah yang menjadi alasan Aldifa agar tidak merasa malu di hadapan Alfan. Ah, tentunya dengan asal ucap, maaf Ale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Novela Juvenil[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...