29. Tamu

507 34 0
                                    

"Kamu udah pulang, Sayang," ucap Bintang saat melihat anak semata wayangnya memasuki dapur.

"Hem," Aldifa memperhatikan Mama-nya yang kerepotan dengan berbagai masakan. "Mama masak banyak banget."

Bintang menghentikan aktivitasnya, ia tersenyum lembut pada Aldifa. "Hari ini ada yang mau ke sini," katanya, melanjutkan kembali aktivitas menuangkan sayur sop ke mangkuk besar.

"Siapa?"

"Ada deh," sahut Bintang, "mending kamu mandi sana, pakai baju yang sopan."

"Oke," Aldifa membalas apa adanya. Ia tidak ingin bertanya lebih lanjut siapa tamu yang datang. Toh, nanti ia akan tahu saat tamu itu datang.

Aldifa melangkah menuju kamarnya. Namun saat sampai di sana ia mendengar sesuatu dari arah balkonnya. Ia mendekat ke arah pintu yang menuju balkon, sebelum membuka pintunya Aldifa memutar kuncinya dulu.

Bertepatan dengan pintu yang terbuka, Kelvin dan Kalea jatuh membuat Aldifa refleks mundur.

"Lo pada ngapain, sih?" tanya Aldifa, bingung.

"Aduh, Kelpin kaki gue jangan lo tindihin!" pekik Kalea.

"Kepala gue nyangkut diketek lo, sempak!" ujar Kelvin.

Aldifa tertawa melihat keduanya. "Ngapain sih kalian di depan pintu balkon, huh?"

"Gue tuh mau masuk kamar lo, tapi jendela sama pintu lo kunci. Yaudah gue ngambil alat apa sih nih namanya yang buat maling masuk rumah orang. Nah pas lagi gue utak-atik, nih kembaran sengklek gue dateng. Pake ngejek segala kalau gue nggak bakat masuk rumah orang. Dia maksa biar dia aja yang buka, sedangkan gue nggak mau ngasihin alatnya ke dia. Akhirnya dia dorong-dorong gue. Eh, elo bukain pintunya. Jadi jatoh kan," ucap Kalea, raut wajahnya berubah-ubah saat menceritakan itu. Kadang berbinar kadang cemberut.

Aldifa terkekeh. "Emangnya lo mau jadi maling apa? Pake acara nggak bakat masuk rumah orang segala."

Kalea manyun, Kelvin yang disebelahnya menarik bibir Kalea sampai sang empu menjerit kesakitan.

"Sakit, onta!" jerit Kalea.

"Bodo. Bibir lo doer!"

"IH, GUE ADUIN LO KE BUN—"

"Berisik! Kalian kalau mau adu bacot mending di amazon sana!" Aldifa menghembuskan napas kasar. Si kembar kalau sudah berantem kadang bikin ngakak kadang juga bikin geram.

"Mending kalian ke dapur bantu Mama nyiapin makan malam, katanya mau ada tamu. Gue mau mandi!" Aldifa melenggang menuju kamar mandi. Air dingin enak untuk menjernihkan kepalanya yang sangat berat. Seakan-akan baru saja dihantam oleh batu luar angkasa.

Hanya butuh waktu kurang lebih lima belas menit untuk menyelesaikan ritual mandinya. Sambil keluar kamar mandi ia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Lo berdua nggak ke dapur?" tanyanya, karena si kembar asik dengan dunianya masing-masing. Kelvin dengan komiknya dan Kalea dengan ponselnya.

"Males ah, emang siapa sih tamunya?" tanya Kalea matanya tak lepas dari benda pipih bercasing spongebob itu.

"Nggak tau," sahut Aldifa, malas.

"Kayaknya bukan rekan kerja deh yang dateng. Biasanya kalau rekan kerja, Ayah selalu sibuk ngurus berkas-berkas," ucap Kalea, entah pada siapa. "Ah, nggak tau ah, pusing gue mikirnya!"

"Ck, nggak ada yang nyuruh lo mikir, sempak!" seru Kelvin disela membaca komiknya.

Kalea mengambil guling yang ada di dekatnya lalu melemparkannya ke arah Kelvin. "Sialan,"

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang