Hari Rabu
Aldifa berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Tangannya memegang sebuah kotak makan yang berisikan makanan kesukaan Alfin. Semenjak Aldifa tahu kalau Alfin suka nasi goreng, ia meminta Mamanya untuk membuat nasi goreng setiap hari.
Senyum di bibir Aldifa mengembang saat melihat Alfin dari ambang pintu kelas. Alfin memang sangat rajin datang ke sekolah pagi-pagi sekali.
Aldifa berjalan ke mejanya. Ia menaruh tas dan kotak makan tersebut di atas meja. Aldifa berdecak saat melihat Alfin membaca buku yang tebalnya... tidak ingin Aldifa ketahui.
"Mata nggak keluarkan? Gara-gara baca buku setebal itu?" Aldifa melirik buku yang dibaca Alfin. Entahlah, Aldifa tidak mengerti yang Alfin baca, yang Aldifa ketahui buku itu, buku bahasa-bahasa seluruh dunia.
"Ck. Emangnya mau keliling dunia? Kemarin Senin baca yang bahasa Rusia. Sekarang, yang Jepang," gumam Aldifa sebal.
Memang, saat hari Senin, Aldifa sempat melihat buku yang dibaca Alfin ketika Alfin pergi ke toilet. Aldifa mengetahui kalau itu bahasa Rusia dari judul yang tertera dibagian atas buku itu. Dan sekarang, Alfin membaca di buku yang sama, hanya judulnya saja yang berbeda.
Aldifa menghela napas panjang. Lebih baik ia memberikan nasi goreng yang ia bawa pada Alfin. "Fin, mau nasi goreng nggak?"
Alfin menutup buku yang di bacanya. Lalu, menoleh ke arah Aldifa. Ia melirik kotak makan berwarna merah yang ada pada tangan Aldifa.
"Cuma bawa satu?" tanya Alfin.
"I-iya, aku udah sarapan. Jadi, nasi goreng ini buat kamu."
Alfin menggeleng, "istirahat aja!"
Aldifa mengangguk lalu, menyimpan kotak yang berisi nasi goreng di laci mejanya. Ia melirik jam tangannya. Lima menit lagi bel masuk berbunyi. Aldifa mengeluarkan buku Biologinya dari dalam tas. Biologi adalah pelajaran yang disukai Aldifa.
***
"Fin, makan nasi gorengnya. Ini udah waktu istirahat."
Sedari tadi, Aldifa memaksa Alfin untuk memakan nasi goreng. Tapi, Alfin hanya menanggapi dengan makan aja sama kamu!
Brakk
Aldifa menggebrak meja. Ia tidak peduli tatapan teman-temannya. Aldifa menatap Alfin tajam.
"Aku mau ke toilet. Kalau pas aku ke kelas, kamu nggak makan nasi goreng. Awas aja, aku akan..."
"Akan apa?" tantang Alfin dengan suara dingin, matanya membalas tatapan tajam Aldifa.
Aldifa gelagapan. Akan apa ya?
"Argh... aku sabuk hitam di karate. Kalau kamu nggak makan nasi gorengnya. Aku bunuh kamu!" sungut Aldifa, setelah itu ia pergi meninggalkan Alfin menuju toilet.
Alfin tersenyum simpul. Aldifa tidak tahu kalau Alfin lebih jago darinya. Alfin bisa karate dan taekwondo.
Akhirnya, Alfin memakan nasi goreng itu. Ia tidak ingin membuat Aldifa marah atau kecewa. Bukan tipe Alfin membuat seorang gadis manis seperti Aldifa marah.
Aldifa kembali ke kelas. Ia melihat Alfin yang kembali membaca buku tebalnya itu. Sesampai di mejanya, Aldifa melihat nasi gorengnya sudah habis. Aldifa menggulum senyum, ia senang. Akhirnya, Alfin mau menghabiskan nasi goreng itu, walau dengan ancaman Aldifa akan membunuh Alfin. Membunuh? Tidak akan. Aldifa tidak tega membunuh laki-laki seperti Alfin. Memang, Alfin itu dingin, tapi dibalik sifat dinginnya Alfin sangat perhatian kepada Aldifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Teen Fiction[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...