Epilog

39 1 0
                                    

Aldifa tersenyum melihat langit yang tampak cerah. Halaman belakang panti asuhan ramai dengan anak-anak panti yang membantu membuat dekorasi ulang tahun. Hari ini adalah hari ulang tahun Alfan. Ia sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari.

Saat ini, Alfan masih berada di sekolah karena urusan rapat OSIS yang harus dihadiri oleh pengurus kelas 12. Walaupun Alfan bukan lagi ketua OSIS, tapi Alfan seringkali hadir jika ada rapat seperti sekarang ini.

Ponsel Aldifa berdering, ia melihat nama Wina sebagai si penelepon. Aldifa menggeser dial hijau membuat panggilan suara itu tersambung.

"Halo, Kak Wina," sapa Aldifa.

"Progresnya udah berapa persen, Dif?" tanya Wina.

Aldifa berdehem panjang sembari melihat dekorasi yang menghias halaman belakang panti. "90 persen, Kak."

"Oke, sepuluh menit lagi gue selesai, setelah itu kita langsung otw panti. Jadi siap-siap ya, Dif."

"Oke, Kak."

Panggilan berakhir, Wina yang juga OSIS tentu saja hadir rapat. Sejauh ini, Alfan tidak menyadari kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bahkan, Aldifa bisa punya ide untuk merayakan di panti karena Alfan memberitahu Aldifa bahwa ia merindukan anak-anak panti.

"Siapa yang nelepon, Dif?" tanya Kalea yang baru keluar dari dalam panti membawa beberapa kue kesukaan anak-anak.

"Kak Wina. Katanya bentar lagi rapat beres," jawab Aldifa.

"Ale, Sasa sama Zero juga udah nyampe, tuh mereka!" Kalea menoleh ke belakang dimana ketiga sekawan itu datang sembari melambaikan tangan pada Aldifa.

Aldifa mengernyitkan dahi, bukankah mereka juga OSIS tapi kenapa bisa lebih dulu sampai disini secara Ale adalah ketua OSIS pengganti Alfan. "Kok kalian bisa--?"

"Sebenernya, rapat udah selesai 30 menit yang lalu, tapi ada beberapa alumni yang mau ngobrol sama Kak Alfan," jelas Ale, diangguki Sasa.

"Jadi, kita balik duluan deh," sahut Zero.

Aldifa mengangguk paham, kini mereka menyelesaikan dekorasi yang tersisa 10 persen lagi. Bu Nur si pemilik panti datang tergopoh-gopoh dengan sebuah pigura di tangannya. Aldifa tersenyum saat mengenali wajah seseorang di dalam foto yang terlindungi bingkai itu. Alfin Aditama Putra, raganya memang tidak disini, tapi sosoknya terekam jelas dalam ingatan Aldifa.

"Gimana, Aldifa?" tanya Bu Nur memperlihatkan pigura di tangannya pada Aldifa. "Ibu milih bingkai paling bagus di toko itu."

"Bagus, Bu. Alfan sama Alfin pasti suka, makasih ya, Bu." Aldifa tersenyum pada Bu Nur.

Jujur, kecelakaan yang menimpa Alfan dan Alfin lalu kepergian Alfin masih menyisakan duka di antara mereka. Saat Aldifa melamun, ia kerap kali teringat tentang Alfin. Tapi, disaat yang bersamaan Alfan datang, hal itu menyadarkannya agar ia mempertahankan salah satu yang ada.

"Kak Alfan udah dateng!" seru salah satu anak panti.

Aldifa bergegas membawa kue dan yang lainnya bersiap diposisi masing-masing. Saat handle pintu bergerak terbuka suara tepuk tangan terdengar beserta nyanyian dari anak-anak panti.

Alfan sedikit terkejut dan menatap semua orang dengan raut kebingungan. "Siapa yang ulang tahun?" Suasana mendadak hening, Alfan menoleh pada Wina yang berdiri di belakangnya. "Lo ulang tahun, Win?"

Wina mendelik, "Lo ngelawak? Ulang tahun gue dua bulan lagi."

"Oh, gue yang ulang tahun? Lupa." Alfan menunjuk dirinya sendiri sembari terkekeh canggung.

Semua orang yang ada di sana menatap Alfan dengan ekspresi yang sama. Agak jengkel. Bisa-bisanya lupa ulang tahun sendiri.

Lilin dengan api yang menyala di atas kue ditiup oleh Aldifa. Ia menyimpan kuenya kembali di atas meja. "Udah udah, yuk bubar yuk!"

Anak-anak panti tertawa. Alfan mengusap tengkuknya merasa tidak enak. "Ya udah ulang lagi aja ya? Di mulai dari buka pintu, oke?"

"Yahhh, kelamaan Kak Alfan. Kita udah laper tau nungguin Kakak dari tadi," protes salah satu anak panti diangguki yang lain.

"Maaf ya, kalau gitu ayo kita langsung makan-makan aja," kata Alfan tidak mempermasalahkan kejutan yang gagal karena ulahnya.

"Yeayy!!!"

"Anak-anak panti pada makan kalau kita foto dulu gimana?" tanya Ale sembari menggerakkan kamera DSLR di tangannya.

"Boleh," setuju Alfan.

Ale memposisikan kameranya menggunakan tripod. Semua foto bersama dulu diantaranya Sasa, Wina, Bu Nur, Aldifa, Alfan, Kalea, Kelvin, Ale dan Zero serta foto mendiang Alfin yang dibawa oleh Aldifa. Lalu sebagian keluar dan hanya menyisakan Wina, Aldifa, Alfan, Kalea, Kelvin dan foto Alfin. Dan foto yang terakhir menyisakan, Aldifa, Alfan dan foto Alfin yang kali ini di berada di tangan Alfan.

Setelah selesai Alfan menatap pigura yang berisi foto Alfin. Ia tersenyum, sorot matanya terlihat jelas bahwa ia merindukan adik satu-satunya itu. Aldifa yang melihat itu mengusap bahu Alfan pelan.

"Alfin ada di sini," ucap Alfan menyentuh dada sebelah kiri dimana jantung Alfin berdetak di dalam raga Alfan.

Aldifa menatap Alfan lekat, "Mau denger sesuatu yang menyenangkan nggak?"

"Apa?"

Kaki Aldifa berjinjit dan mendekatkan mulutnya ke telinga Alfan lalu berbisik. "Tetep di samping aku dan aku jamin kalau kamu bakal bahagia terus."

Aldifa melebarkan senyumannya, ia memberikan telapak tangannya yang langsung disambut oleh tangan Alfan. Aldifa mengajak Alfan untuk ikut berkumpul dengan anak-anak panti dan yang lainnya. Suasana yang baik tidak seharusnya larut dalam kesedihan. Di hari yang bahagia ini biarlah suara tawa mendominasi setiap momen untuk diingat sebagai kenangan yang indah.

***

Dari pertama sampai detik ini
Tiap suka dan duka yang t'lah dilewati
Selaras dengan tangis dan tawa yang dilalui
Akan ku kenang dalam memori dan hati
Pertemuan bersisian dengan rindu
Saling tatap dan saling dekap
Adapula saling tatap tapi tak saling dekap
Ada yang berdetak adapula yang tak gerak

Aku, kamu, kita
Terimakasih untuk segala kisah
Sampai jumpa di lain kisah.

= Dari Aldifa, untuk Alfan & Alfin =

***

END

***

Terimakasih teruntuk para pembaca yang sudah mengikuti kisah Aldifa, Alfan, Alfin dan kawan-kawan

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya karena menunggu terlalu lama untuk update cerita ini

Akhir kata, silakan menikmati tiga ekstra part yang akan tersedia setelah epilog ini

Sampai jumpa <3

skynnsa

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang