"Pagi, Ma...." Aldifa mencium pipi Bintang saat Bintang tengah menyiapkan sarapan.
Aldifa menarik kursi lalu duduk di sana. Ia memperhatikan Bintang yang sedang menolesi selai strawberry di atas roti tawar.
"Papa mana, Ma?" tanya Aldifa karena tidak melihat keberadaan Rafa.
"Di luar, lagi ngobrol sama pacar kamu,"
"Pacar?"
"Alfan," kata Bintang, menaruh piring yang di atasnya sudah ada roti di hadapan Aldifa.
"Ish, dia bukan pacar aku, Ma!" Aldifa jengkel, waktu itu Rafa sekarang Bintang.
Bintang terkekeh, ia hanya ingin menggoda anaknya di pagi hari.
"Ngapain dia ke sini?" tanya Aldifa penasaran.
"Jemput kamu. Katanya mau ngajak berangkat sekolah bareng."
Kepala Aldifa mangut-mangut. Ia tidak mempermasalahkan Alfan yang menjemputnya. Kalau sebelum-sebelumnya ia pasti kesal. Tapi sekarang Aldifa mencoba untuk menerima keberadaan Alfan yang senang mengganggunya. Aldifa juga berusaha memenuhi amanah Papa Alfan. Selain itu juga, Aldifa penasaran penyakit apa yang di derita Alfan.
"Nih," Bintang menyodorkan dua tupperware yang sudah dimasukan ke dalam tas kecil. "Isinya nasi goreng, satu buat anak Mama yang cantik satu lagi buat calon pacar anak Mama, Alfan."
Aldifa mendengkus. Kalau ia lama-lama di sini bisa muak. Aldifa buru-buru melahap habis rotinya setelah itu meneguk susu cokelat sampai habis.
"Aldifa pamit, Ma," Aldifa mencium punggung tangan Bintang lalu mengucapkan salam.
Saat keluar rumah, Aldifa mendapati Rafa dan Alfan yang berada di teras sedang berbincang ria.
Alfan yang melihat sosok Aldifa, berdiri. "Mau berangkat sekarang?"
Aldifa mengangguk, ia menyalimi Rafa begitu juga dengan Alfan yang mengikutinya.
"Pa, uang bekel Aldifa," Aldifa menyodorkan telapak tangannya.
"Sama Mama belum dikasih?"
"Udah, tapi dari Papa belum," Aldifa nyengir, sedangkan Rafa menggelengkan kepala.
"Nggak ada. Sana pergi keburu terlambat. Upacara kan sekarang?"
Aldifa memajukan bibirnya, sebal. Akhirnya Aldifa melenggang pergi. Alfan sudah siap di motornya.
"Kenapa mau jemput? Gue kan nggak minta," tanya Aldifa sambil memakai helmnya setelah itu naik ke motor Alfan.
"Pengen aja," ucap Alfan, tersenyum tipis.
"Ck, nggak jelas."
Alfan membunyikan klakson sekali pertanda ia dan Aldifa pamit. Selama diperjalanan mereka saling bungkam. Alfan yang tidak tahan dengan keheningan diantara ia dan Aldifa, membuka suara.
"Anak-anak panti kayaknya seneng deh sama lo. Mereka minta gue buat sering ngajak lo ke panti," kata Alfan.
"Tapi minggu-minggu ini kayaknya gue nggak bisa. Gue ada latihan sama anak basket buat turnamen," balas Aldifa sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar Alfan bisa mendengar lebih jelas.
Alfan mengangguk tanda mengerti. "Kapan mulai latihan?"
"Hari ini,"
Setelah itu tidak ada percakapan lagi. Alfan yang fokus berkendara dan Aldifa yang menikmati udara pagi yang belum terkontaminasi dengan banyaknya asap kendaraan.
Alfan memasuki gerbang sekolah lalu mengarahkan motornya menuju parkiran. Seluruh pasang mata yang ada di sana memperhatikan Alfan yang membonceng seorang gadis.
![](https://img.wattpad.com/cover/140954769-288-k83633.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Teen Fiction[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...