Aldifa memasukan sesuap puding coklat ke dalam mulutnya, ia melihat Alfan yang tengah menyimpan wadah berisi puding dengan berbagai rasa ke dalam kulkas. Siang ini, Alfan datang ke rumah Aldifa sambil membawa puding yang katanya buatan pemuda itu.
Alfan mengambil duduk di samping Aldifa, mereka kini duduk di mini bar yang berhadapan langsung dengan kitchen set. Alfan menopang dagunya sembari menatap Aldifa dengan senyuman.
"Cantik banget, pacar siapa, sih?" tanya Alfan menggoda gadis di sampingnya.
"Bukan pacar siapa-siapa, tuh," balas Aldifa dengan sindiran. Inget, hubungan tanpa status, sebel banget Aldifa sama cowok yang super nggak peka ini.
Alfan terkekeh, mengusap kepala Aldifa lembut. "Kamu udah nentuin setelah lulus mau masuk universitas mana?"
Aldifa berdehem panjang lalu menjawab santai, "Belum, tapi masuk jurusan teknik enak kayaknya ya?"
"Enak gimana?" tanya Alfan mengerutkan dahi bingung.
"Banyak cowoknya," sederet gigi putih Aldifa terlihat. Berbeda dengan Aldifa yang memberikan cengiran usil, Alfan justru terlihat cemberut dengan wajah masam.
Aldifa tiba-tiba berdecak, ia bergerak menghadap Alfan sepenuhnya. "Fan, kamu nggak ada niatan ngajak balik?"
"Balik? Ngajak kamu ke rumah aku?"
"Ish, tau ah!"
***
Arloji putih yang melingkar di pergelangan tangannya dilihat. Aldifa mendengus sebal, ia menendang-nendang udara sembari menatap mobil yang berlalu lalang. Sekarang Aldifa tengah duduk di halte dekat sekolah, pagi tadi motornya mogok mau tidak mau Aldifa harus membawanya ke bengkel untuk diperbaiki. Kelvin yang membawa motor sudah pulang duluan bersama Kalea karena buru-buru ada acara keluarga. Kini tinggallah Aldifa seorang diri terduduk di halte sembari menunggu angkot yang menuju arah rumahnya lewat.
Sebuah motor sport hitam berhenti di depan Aldifa. Dahinya berkerut samar lalu melihat wajah siapa dibalik helm full face itu. Setelah mengetahui siapa sosok di depannya, Aldifa mendengus sembari mengalihkan pandangannya.
"Hai, Kak!" seru Fero, adik kelas Aldifa yang kata Kalea naksir sama Aldifa. "Kok belum pulang?"
Fero mengambil duduk di samping Aldifa.
"Lagi nunggu angkot," jawab Aldifa seadanya.
"Pulang bareng gue, yuk!" ajaknya semangat.
"Nggak usah, thanks,"
"Tapi, biasanya jam segini tuh angkot lagi penuh-penuhnya. Mending bareng gue, cepet sampai rumah dijamin aman." Tak pantang menyerah, Fero terus membujuk Aldifa.
"Nggak usah, lo balik aja duluan," tolak Aldifa.
"Ya udah kalau gitu gue temenin lo sampai lo dapet angkot," ujarnya dengan tambahan senyum lebar.
"Nggak perlu ditemenin, dia pulang bareng gue." Alfan berjalan mendekati Aldifa.
Aldifa melongo, sejak kapan Alfan ada di sini? Ini Alfan yang kayak setan tiba-tiba nongol atau Aldifa yang kebanyakan ngelamun sampai nggak sadar?
Fero berdiri, ia menatap Alfan dengan tatapan penuh selidik. "Lo siapa?"
"Gue Alfan," jawabnya tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya pada Aldifa. "Ayo, Al, aku anterin pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Al [End]
Teen Fiction[Sequel Bintang Jatuh] Aldifa akan ceria jika bersama Alfin, si cowok dingin yang irit ngomong. Aldifa akan cuek jika bersama Alfan, si cowok nyebelin yang banyak ngomong. *** Aldifa sudah nyaman dengan Alfin, nyaman raga dan juga hati. Ta...