07. Permintaan Maaf

635 38 2
                                    

Istirahat kedua digunakan Aldifa untuk mencari Alfan. Ia jengah diceramahi oleh dua kembar. Terpaksa, ia harus minta maaf duluan pada Alfan.

"Dimana sih cowok nyebelin itu?!" Aldifa menggerutu. Ia sudah menge-cek ke kantin, tempat Alfan mengajar les, sampai toilet cowok Aldifa datangi. Yang terakhir itu, ia hanya diam diluar, menunggu kurang lebih sepuluh menit. Namun tidak ada satupun orang yang keluar.

Sekarang Aldifa sedang duduk di bawah pohon beringin. Tempat pertama kali dirinya dan Alfan memulai percakapan.

Ponsel Aldifa bergetar, terdapat notifikasi LINE dari Kalea, buru-buru ia baca.

Sempak Kuda

Kak Alfan ada di rooftop.

Y.

Bodoamat Kalea akan menggerutu dengan balasan Aldifa. Ia masih sangat kesal dengan Kalea dan Kelvin.

Aldifa menyusuri koridor menuju rooftop. Ia jadi ingat waktu itu Bintang pernah bilang markas kesukaannya di rooftop. Aldifa ingin tahu se-indah atau se-bagus apa sih rooftop SMA-nya.

Pintu rooftop dibuka perlahan. Ia berusaha tidak menimbulkan suara. Matanya menyapu kesekeliling. Tiba-tiba ia melotot. Alfan berada diujung rooftop. Kepalanya mendongak. Aldifa berpikir, ditoel pakai telunjuk Alfan akan jatuh ke bawah dan ... Aldifa bergidik ngeri. Ia tidak suka darah.

Sambil mendekati Alfan, Aldifa berucap, "Kalau mau mati jangan di sini!"

Aldifa menarik pergelangan tangan Alfan, ia sedikit ngilu. Takut Alfan jatuh. Alfan juga terlihat terkejut.

"Aw,"

Saking tariknya Aldifa menarik Alfan dan Alfan yang terkejut. Terjadilah dahi Aldifa yang bertubrukan dengan dada Alfan. Mereka diposisi itu cukup lama. Sampai Aldifa tersadar ia mendorong dada Alfan menjauh.

Aldifa duduk bersila, ia tidak peduli roknya akan kotor.

"Jangan mati di sini dong," kata Aldifa, Alfan menghampiri Aldifa lalu ikut duduk di samping Aldifa. "Gue takut darah...."

Alfan menaikkan sebelah alisnya. "Masa cewek sangar kayak lo takut darah?"

Aldifa tidak menggubris, ia mengumpulkan keberaniannya untuk meminta maaf duluan. Dalam hati ia mengumpat. Kenapa lidahnya terasa kelu? Tinggal bilang maaf aja apa susahnya.

Helaan napas berat keluar dari mulut Aldifa. "Maaf...." Suaranya lebih bisa dibilang sebagai bisikan. Sangat pelan.

"Lo ngomong apa?" tanya Alfan, menoleh pada Aldifa.

Huft. "Maaf soal yang tadi," cicitnya, namun Alfan masih bisa dengar.

Alfan tersenyum tipis. Ia mengacak-acak pucuk kepala Aldifa. Alfan selalu gemas jika melakukan itu.

"Gue juga minta maaf, tapi gue boleh minta tolong sama lo?"

Aldifa mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan manggil gue dengan sebutan most wanted, bisa?"

"Kenapa?"

Triple Al [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang