Bagian 3: pembicaraan Alana dan Revan

84.3K 8.5K 162
                                    

"Diam di sana! kau memakan cake ku?"

Seketika langkah Alana dan Theo berhenti, Theo pun membalikkan badannya dan menyembunyikan Alana di belakang tubuhnya.

"Aku tak peduli jika wanita itu istlimu, yang telpenting apakah dia memakan cake untuk mamahku?" Tanya bocah itu dengan R yang belum bisa dia sebutkan.

"Revan, papah meminta pembantu untuk membuatkannya lagi. Tunggulah sebentar, bibi tak sengaja memakannya," ujar Theo mencoba memberi pengertian.

Mendengar nama Revan, seketika Alana ingat nama itu. Dia memunculkan wajahnya dan melihat Revan yang tengah menatap Theo dengan tajam.

Alana keluar dari persembunyiannya, dia memegangi perutnya sembari berjalan kecil menghampiri Revan. Theo yang melihat hal itu pun berdecak kesal, sehingga ia membiarkan apa yang akan istrinya itu lakukan.

"Maafkan aku, aku akan membuatnya yang baru untuk mamahmu," ujar Alana.

Mendengar suara Alana, Revan pun menoleh menatapnya. Ia mengamati wajah Alana dengan raut wajah yang berbeda, tak seperti tadi.

Tak lama, Revan mengakhiri tatapannya dan berlari pergi dari dapur.

Melihat hal itu, Alana semakin merasa bersalah. Dia mendekati Theo dengan tangan bertaut.

"Maaf, anakmu jadi marah. Pasti istrimu juga akan marah," ujar Alana.

Apakah wanita itu lupa jika dia adalah istri Theo? Kenapa malah menanyakan hal itu yang mana membuat Theo bingung.

"Kau kan istriku?" ujar Theo dengan heran.

Tersadar, Alana melototkan matanya dan menepuk tangannya satu kali.

"Benar juga, berarti aku istri kedua. Begitu maksudmu?" ujar Alana dengan nada terkejut.

"Apaaa ... Lagi ini Alana, hais .... Aku bingung mau berbicara apa," ujar Theo yang tengah frustasi.

Theo menggenggam tangan kanan Alana, ia membawa Alana kembali ke kamar agar wanita itu istirahat karena kondisinya yang masih belum pulih.

Sesampainya di.kamar, Theo menyuruh Alana duduk di tepi kasur. Sehingga kini pria itu berdiri di hadapan istrinya yang tengah duduk.

"Jika aku belum menyuruhmu keluar kamar, jangan keluar. Mengerti?!" ujar Theo dengan nada peringatan.

"Aku istri simpanan yah?" Tanya Alan dengan polosnya sambil memiringkan kepalanya.

Mendengar hal itu Theo tentu saja kesal, dia mendorong kepala Alana dengan jari telunjuknya sembari berkata, "Apa kau pikir aku tidak waras menempatkan istri simpanan beserta sah di dalam satu rumah huh?!"

Alana hanya mampu mengusap keningnya sembari berpikir, dia memang tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Siapa raga yang ia tempati, siapa keluarganya, dan mengapa ia bisa menikah dan hamil.

"Theo, boleh aku bertanya?" Pinta Alana.

Theo hanya berdehem, dia memutar ranjang dan merebahkan dirinya di sisi lain. Ia pun memejamkan matanya sambil memeluk guling.

"Kok bisa aku hamil?" Tanya Alana.

Theo langsung membuka matanya, dan melotot ke arah istrinya.

"Apa kau bercanda? Tentu saja kau bisa hamil karena punya suami," ujar Theo dengan kesal.

"Tapi ... Kok bisa? Buatnya gimana?" Heran Alana sambil menusuk-nusuk perutnya.

Mendengar hal itu sontak saja Theo menduduki dirinya dan menjatuhkan rahangnya, dia melongo saat sang istri bertanya demikian.

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang