Bagian 47: Bertemu abang Alana

41.4K 4.4K 57
                                    

Pagi-pagi sekali Alana sudah masak, dia menyiapkan sarapan dan juga mengurus Al yang sudah terbangun.

"Kau makan saja dulu, aku masih menyuapi Al," ujar Alana yang kini duduk di sebelah Theo dengan memangku Al.

Theo yang baru akan duduk seketika mengerutkan keningnya, dia melihat Alana yang tampak repot apalagi saat Al memuntahkan kembali bubur yang bayi itu makan.

"Ini sudah jam 8, apa kau tidak lapar?" Tanya Theo sambil mendudukkan dirinya.

"Tidak, kau makan lebih dulu. Revan, Revan mau ambil lauk apa?" ujar Alana dan mengalihkan pandangannya pada Revan.

Revan meminta tumis kangkung dan juga tempe, Alana pun mengambilkannya dan memberikannya pada Revan.

Theo terheran, setahu dia Alana tak bisa masak apalagi sampai repot seperti ini.

"Makanannya kamu beli?" Tanya Theo.

"Enggak lah. Aku tonton tutorialnya, maaf kalau rasanya tak sesuai dengan lidahmu. Aku hanya membeli bahan seadanya pada tukang sayur keliling," ujar Alana.

Alana kembali menyuapkan bubur tersebut pada Al ketika mulut putranya sudah kembali kosong.

Theo bernisiatif untuk mengambil makannya sendiri, setelah itu dia mulai menyendokkan nasinya. Namun, saat akan menyuapkan pada mulutnya ia urungkan.

"Kenapa? Tenang saja, aman kok gak ada racun di dalam makanan yang kau makan," ujar Alana saat melihat Theo yang tak jadi menyuapkan makanan tersebut.

Theo hanya diam, dia malah mengarahkan sendok itu tepat di depan bibir Alana.

"Kenapa kau berikan padaku?" Bingung Alana.

"Ck, bagaimana aku bisa makan jika istriku sendiri belum makan? Al butuh asi mu, aku juga iya. Jika kau tak makan, asi mu akan berkurang," ujar Theo yang mendapat pelototan dari Alana.

"Jangan macam-macam Theo! Bentar lagi kau akan berangkat mengurusi kafe mu, jadi cepatlah makan!" Kesal Alana sedikit meninggikan suaranya.

"Hiks ... Ekhee heee,"

Alana dan Theo terkejut mendengar tangisan Al, mereka menatap Al yang menangis tanpa sebab.

"Pelankan suaramu Na, Al terkejut." Ujar Theo sambil kembali menaruh sendoknya, sepertinya ia paham kenapa Al menangis.

AL akan menangis ketika mendengar suara yang lebih keras, untuk itu jika ada Al Theo lebih menjaga suaranya.

"Ssyuuttt, sudah-sudah. Kau lanjutkan makannya." Titah Alana.

Al berhasil tenang kala Alana menyusuinya, padahal bubur bayi itu masih tersisa banyak.

Theo menjadi tak tega, dia pun mengambil sendok dan berniat menyuapi Alana.

"Makanlah, kita bisa gantian. Kau makan, aku juga makan. Jika kau telat makan dan sakit, kasihan Al," ujar Theo saat melihat kebingungan Alana.

Dengan ragu, Alana membuka mulutnya. Dia menguyah makanan yang Theo suapkan dengan rasa campur aduk. Antara bahagia dan malu, baru kali ini Theo sangat romantis dengannya.

"Bunda, Revan selesai." Ujar Revan sambil turun dari kursinya.

"Iya, hati-hati bawa piringnya " Pinta Alana.

Revan membawa piringnya ke cucian piring, setelahnya anak itu kembali ke lantai dua untuk bermain di kamarnya.

"Sudah, aku kenyang." Ujar Alana sambil menutup mulutnya saat Theo kembali menyuapinya.

"Yasudah," ujar Theo.

Theo menghabiskan makanannya, setelah itu dia membantu Alana mencuci piring.

***

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang