Bagian 28: Curiga

46.1K 5.5K 255
                                    

Selang beberapa hari, Alana masih harus pulang pergi. Dan hari ini, Al sudah di izinkan untuk pulang. Sehingga saat ini Alana tengah berada di dalam mobil bersama Theo dan juga Al.

"Mulai besok, lo harus tinggal di rumah sebagai baby sitter Al. Di tambah, lo harus menjadi baby sitter anak gue yang satunya," ujar Theo.

"Apa maksud dia Revan?" Batin Alana.

"Denger gak?" Celetuk Theo yang mana membuat Alana langsung menganggukkan kepalanya.

Theo mengangguk, dia kembali melihat jalanan dan menghiraukan Alana yang tengah bercanda dengan Al.

"Nda, bun ... Bun,"

Lagi-lagi Al merasa haus, dia menepuk dada Alana. Theo menolehkan kepalanya, dia sedikit mengerti maksud sang putra.

"Dia lapar, tadi gue udah seduhin dia susu. Masih hangat itu," ujar Theo.

Alana mengangguk, dia mengambil botol susu yang di tunjuk oleh Theo. Setelah itu di memberikannya pada Al, tetapi bayi itu malah melengoskan wajahnya dan merengek.

"Hiks ... Ekhee ... Ekhee, nda!"

Theo mengernyitkan alisnya, dia langsung mengambil susu yabg Alana pegang. Setelah itu dia menyicipinya sedikit karena takut ada yang salah dengan rasa susu tersebut.

"Gak ada yang aneh, kenapa anak gue gak mau?" Gumam Theo.

Theo merebut Al dari Alana, sehingga membuat anak itu menjerit histeris.

"NDAAA!!! HIKS ... NDAAA!!"

"Syuttt, kenapa teriak? Haus kan? Cepat minun ini, jangan bisanya nda ndu nda ndu aja," ujar Theo dan menyodorkan botol tersebut pada putranya.

Alana sungguh merasa tak tega, putranya sudah terbiasa dengan asi yabg dia beri. Hal itu membuat Al merasa aneh dengan susu formula, bukan hanya itu Al ternyata sudah tak lagi meminum susu formula setelah dia menjadi baby sitter.

"Hiks ... Hwek! Hwek!" Al malah mual saat susu itu sedikit terminum olehnya, Theo menjadi tambah di buat bingung.

Al merentangkan tangannya pada Alana, sementara Alana menatap Theo meminta persetujuan.

Theo memberikan Al, dia mengamati apa yang AL lakukan. Putranya masih menangis sambil memukul dada Alana dengan tangan gempalnya, otaknya masih berpikir apa yang putranya itu inginkan.

"Mau nenen itu tuan anaknya, suruhlah istrinya tuan nyusuin." Celetuk sopir taksi yang sedari tadi hanya mendengar tangisan dan obrolan mereka dan sesekali melirik ke arah spion tengah.

"Hah?" Bingung Theo.

Tubuh Alana mendadak kaku, dia sangat takut Theo mengetahuinya. Apa kata Theo nanti, seorang baby sitter dengan berani menyusui putranya. Walau sebenarnya Alana ibu kandung Al, tetap saja status nya masih baby sitter.

"Tadi saya kasih susu formula pak, tetap aja gak mau," ujar Theo.

"Yah tuan, kadang bayi lebih suka dengan asi di banding susu formula. Coba suruh istrinya buat nyusuin, kasihan anaknya laper ampe nangis sesenggukan begitu," ujar sang supir.

Theo memandang ke arah Alana, dia sedikit bingung dengan pembicaraan sang supir.

"Tapi dia baby sitter putra saya pak, bukan istri saya. Ibu anak saya udah gak ada," ujar Theo.

"Oh gitu tuan, maaf saya gak tahu. Tapi biasanya putra saya begitu sama istri saya, kalau mau nyusu ya gitu rewel." Seru sang supir.

Alana semakin bingung, dia ingin menyusui Al. Namun, waktu dan tempat tidak memungkinkan.

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang