"Beneran kalian mau pindah hari ini?" Tanya Zora dengan ragu, pasalnya yang ia tahu Theo benar-benar sudah tak memiliki apapun saat ini.
"Bener tan, aku sudah memutuskan untuk kembali dengan Theo. Maka dari itu aku harus ikut dengannya, tak mungkin aku terus menumpang tinggal disini," ujar Alana dengan mata berkaca-kaca.
Zora menghela nafas panjang, dia sudah menganggap Alana seperti anaknya sendiri. Melihat Alana, seperti mengobati rasa rindunya dengan sang putri.
"Padahal tante seneng kamu disini, kehadiran kamu mengobati kerinduan tante sama putri tante." Lirih Zora.
Alana tak tega, dia memeluk Zora dengan air matanya yang menetes. Bara melihat Alana yang menangis, dia pun membuang wajahnya. Dia masih ingin bersama kakaknya itu walau hidup di raga berbeda.
Tak lama pelukan mereka terlepas, keduanya sama-sama terkekeh sambil menghapus air matanya.
Tatapan Alana mengarah pada Calvin, pria itu hanya menatapnya datar padahal matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Kemudian Alana berjalan ke arah Calvin, dia menarik nafas sebentar sebelum berkata.
"Bang Victor bilang jika kau adalah pamanku, terima kasih untuk bantuan mu selama ini paman. Maafkan aku, saat pertemuan pertama kita aku lancang memanggil mu dengan sebutan papi." Lirih Alana.
"Bolehkan aku memelukmu? Janji ini yang terakhir kalinya," ujar Alana dengan tatapan sendu.
Tanpa di sangka, Calvin merentangkan tangannya. Alana dengan haru langsung masuk ke dalam pelukan Calvin. Pelukan yang telah lama dirinya tidak lagi pernah merasakannya, pelukan yang sangat dirinya nantikan.
Sementara Theo, dia membawa Al mendekat menjauhi pintu utama menuju mobil karena sedari tadi bayi gembul itu merengek karena merasa bosan dengan suasananya.
"Maafkan papi, maafkan papi princess,"
Deghh ...,
Luruhlah air mata Alana, hatinya bergemuruh. Tak di sangka Calvin kembali memanggil panggilan kesayangan saat dirinya masih kecil, itu menandakan jika Calvin sudah mengetahui tentang Aubrey.
"Mas, kamu kok ...,"
Zora terlihat kebingungan, sementara Bara terkejut atas respon sang papi. Di tatapnya mereka berdua yang telah melepas pelukan.
"Sayang, dia ... Dia pernah memanggilku dengan sebutan papi. Dia pernah mengatakan jika dia adalah Aubrey, tapi saat itu aku tidak percaya." Terang Calvin.
"Apa? Bagaimana bisa? Dia ... Dia Alana, kita juga yang menguburkan Aubrey! Kenapa mas berkata seperti itu?!" Kaget Zora.
Bara memeluk sang ibu, dia tahu jika Zora perlu waktu untuk mencerna semuanya sama seperti Calvin.
"Aubrey ... Gak gak mungkin, Aubrey udah gak ada. Dia Alana, emang ... Emang wajahnya mirip sama Aubrey. Tapi dia bukan Aubrey mas!" Tegas Zora dan berlari masuk.
Alana menatap sedih kepergian Zora, dirinya merasa bersalah. Seharusnya kedua orang tuanya tak perlu tahu kebenaran ini. Mereka tak mungkin percaya dengan dirinya.
"Tidak apa Kak, aku akan membujuk mami dan menjelaskannya. Hati-hati, aku akan sering mengunjungimu," ujar Bara.
Alana mengangguk, dia oun mulai berbalik dan melangkahkan kakinya. Sesekali dirinya menoleh ke arah Bara dan Calvin, mereka sama-sama menatap ke arah Alana dengan tatapan kerinduan.
Alana menghapus air matanya, dia takut Theo mempertanyakan kenapa ia menangis sampai sesedih itu.
Alana kembali menghadap depan, dia melanjutkan langkahnya mendekati Theo yang tengah bercanda dengan Al dan Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist Transmigration
FantasyMemasuki raga seorang wanita hamil, itulah kejadian yang di alami oleh aubrey Fathiah. dimana ia harus menghadapi berbagai masalah yang datang di kehidupan Alana yang merupakan raga yang ia tempati saat ini. "Mending kita cerai deh, buatnya aja aku...