Bagian 21: Kekesalan Alana

53.3K 5.5K 156
                                    

Tok!

Tok!

Tok!

"Bara, gue boleh masuk?" Tanya Alana yang kini berada di depan pintu kamar Bara.

Cklek!

Bara membuka pintunya, terlihat pria itu seperti baru bangun tidur. Wajahnya yang sayu dan juga rambutnya yang berantakan.

"Gue mau bicara sama lo, boleh?" Pinta Alana.

"Bicara apaan sih? Lo gak liat jam hah?" Ketus Bara.

Alana melirik arlojinya, kemudian dia beralih menatap Bara.

"Sorry kalau gue ganggu tidur lu, ini juga baru jam sebelas. Gue mau ngomong sesuatu yang sangat penting," ujar Alana.

Bara berdecak sebal, dia memasuki kamarnya tanpa menutup pintu kembali. Dia merebahkan kembali dirinya di kasur dan membiarkan Alana masuk kedalam kamarnya.

Perlahan, Alana mulai melangkahkan kakinya. Dia melirik sekitar kamar Bara yang banyak terdapat gambar dirinya.

"Sesayang itu lo sama gue?" Gumam Alana.

"Lo mau bilang apa? Buruan! Gue ngantuk!" Ketus Bara.

Alana duduk di kursi meja belajar Bara, dia menatap Bara yang tengah bersandar di kepala ranjang.

"Lo marah sama gue?" Tanya Alana.

"Marah? Sama lo? Buang-buang waktu gue aja." Ketus Bara.

"Terus, kenapa lo gak ikut makan malam? Apa karena ledekan gue? Sorry untuk itu," ujar Alana.

Bara menghela nafasnya kasar, perkataan Alana hanya mengingatkan tentang sang kakak kandung. Tapi siapa sangka, jika raga Alana di tempati oleh kakak kandungnya.

Bara hanya diam, dia tak menjawab perkataan Alana.

"Sorry Bar kalau gue harus tinggal disini apalagi tinggal di kamar kakak lo, tapi gue janji setelah urusan gue beres gue bakal pergi dati sini. Membuka lembaran baru dengan putra gue, hanya berdua," ujar kembali Alana.

Setelah mengatakan hal itu, Alana beranjak keluar dari kamar Bara kembali ke kamarnya. Sedangkan Bara, dia hanya menatap sendu pintu yang terbuka itu.

"Bukan, bukan gue gak suka lo tinggal disini. Hanya saja, banyak sekali kemiripan antar lo dan kakak gue." Gumam Bara.

Berbeda dengan kediaman Reymond, kini Theo tengah pusing akibat putranya yang tak berhenti menangis padahal dirinya sudah sangat lelah.

"Tidur dong Al, papah ngantuk tau!" Kesal Theo yang tengah menimang putranya itu.

"Kenapa Al belum tidur The?" Tanya Kinara yang baru saja masuk.

Theo menoleh, dia menggelengkan kepalanya. dirinya juga tak mengerti mengapa putranya sangat rewel malam ini.

"Sini mamah gendong." Pinta Kinara.

Theo memberikan putranya pada sang mamah, Kinara dengan kasih sayang menepuk punggung sempit cucunya.

"Tidur yah sayang, udah malem. Besok main lagi okay," ujar Kinara membujuk cucunya.

"Nda." Lirih Al.

Kinara dapat menangkap apa yang Al katakan, dia menatap Theo yang juga tengah menatapnya.

"Al habis ketemu sama siapa?" Tanya Kinara.

"Gak ketemu siapa-siapa, orang dia di rumah terus," ujar Theo.

Kinara curiga jika Al baru bertemu seseorang, karena kata yabg anak itu katakan seakan memanggil bunda.

Theo juga baru teringat, tadi pagi AL sempat bertemu bahkan di gendong oleh Alana.

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang