"Coba ayo Revan lihat ke papan tulis jangan sibuk sendiri!" Pinta seorang guru wanita pada Revan yang sibuk mencoret-coret bukunya tanpa mendengarkan sang guru menjelaskan tentang pelajaran hitungan yang membosankan itu.
Revan menghela nafas lelah, dia mengangkat wajahnya dan menatap guru tersebut dengan datar.
"Jangan sibuk sendiri, ayo jawab berapa hasil dari 13 + 5?" Tanya guru tersebut.
"Delapan belas," ujar Revan dengan jengah.
Guru tersebut kembali memberi pertanyaan tambahan, dan Revan menjawabnya hingga pelajaran yang belum anak-anak itu pelajari.
"23×5+60?"
"Dali tadi nanyaaaa telus, nda cape apa? Celatus tujuh puluh lima, nda ucah di hitung emang cegitu hacilna," ujar Revan dengan nada kesal.
Guru tersebut melongo tak percaya, bahkan para teman Revan pun bingung sebab mereka baru mempelajari penambahan dan pengurangan dengan bilangan kecil.
"Oke soal terakhir ...,"
"Kalau Levan bica jawab lagi, ibu gulu mau kacih apa buat Levan?" Tantang Revan.
Guru tersebut menghela nafasnya dan menatap Revan dengan gemas.
"Apa yang Revan mau?" Tanya guru tersebut.
Dengan senyum bahagia, Revan menegakkan tubuhnya dan menatap guru itu dengan penuh binar.
"Kelualin Levan dali cekolah!" Seru Revan yang mana membuat mereka yang ada di dalam kelas melongo tak percaya.
Sementara itu, Theo tengah menimbang-nimbang keputusannya untuk menemui Samuel. Dia sudah berada di depan kamar rawat Samuel, tetapi kakinya sangat berat untuk melangkah masuk.
"Oke Theo, selesaikan ini semua. Setidaknya ada satu masalah yang bisa kita selesaikan." Batin Theo.
Theo menarik nafasnya, dan menghembuskannya pelan. Dia membuka pintu kamar rawat Samuel dan melihat ketiga sahabatnya yang juga berada di sana.
"Eh Theo, kebetulan lo sampai. Jaga Sam dulu yah, kita ada kelas nih." Seru Reksa dan berjalan mendekati Theo yang masih berdiri di ambang pintu.
"Oh ya, lo udah lama bolos. Jangan sampe gagal lulus lo, malu sama bini!" Celetuk Aksa.
Aksa, Reksa serta Fery pun pergi kuliah. Sementara Theo, dia menutup pintu dan melangkah mendekati Samuel yang masih terkejut dengan kedatangannya.
"Gimana keadaan lo?" Tanya Theo canggung.
"Baik," ujar Samuel.
Theo mendudukkan dirinya di kursi samping brankar, dia menatap Samuel yang tengah menatap jendela.
Hening, keduanya tak lagi mengangkat suara.
"Maaf." Lirih Samuel memecahkan keheningan mereka.
Theo tersenyum tipis, sebenarnya dia sangat ingin marah. Namun, semua terjadi karena pokok awal masalah adalah Adit.
"Lo ngelakuin ini semua karena apa? Kenapa lo tega dengan Alana?" Tanya Theo.
"Bukan gue tega sama Alana, gue benci adek lo. Karena dia yang udah membuat kesayangan gue tiada, Aubrey ... Dia meninggal karena di dorong oleh adek lo." Terang Samuel.
Theo terkejut, dia benar-benar terkejut. Dia tak pernah tahu jika Ana lah yang telah melenyapkan Aubrey sepupu dari istrinya. Apa karena inilah Samuel membalasnya pada Ana?
"Seharusnya bukan adek lo yah, tapi adek angkat. Secara ... Lo kam anak angkat," ujar Samuel dan mengalihkan pandangannya pada Theo.
"DAri mana lo tahu kalau Ana lah penyebab Aubrey tiada?" Penasaran Theo.
"Rekaman CCTV yang gue ambil," ujar Samuel dengan pelan.
Theo bergeming, pantas saja Bara sangat membenci dirinya. Ternyata alasan sebenarnya adalah Ana, yang Theo tahu jika Bara memang tak suka keberadaan dirinya. Hanya itu saja, bukan malah fakta yang baru saja dirinya terima.
"Theo, kalau gue bilang jika sebenarnya Alana adalah Aubrey. Apa lo percaya?"
***
Theo kembali ke rumahnya, dia bahkan lupa menjemput Revan. Entah Revan pulang dengan siapa, kepalanya saat ini sakit karena terlalu banyak pikiran.
"Dari mana lo? Apa lo gak tahu anak lo nungguin lo jemput ampe berjam-jam hah?! Untung aja gue lewat depan sekolah dia!" Ketus Verry.
Theo mengurungkan niatnya untuk masuk, dia menatap Verry dengan wajah lelah nya.
"Maaf bang, gue tadi sibuk banget." Lirih Theo.
Verry menatap wajah Theo, dia sedikit kasihan karena melihat wajah lelah dan pucat Theo. Apa mungkin Thek mengalami tekanan batin akibat masalah yang menimpanya?
"Yasudah, sana masuk. Sepet gue lama-lama ngeliat lo!" Ketus Verry.
Theo mengangguk, dia pun masuk dan langsung menuju kamarnya.
Alana yang melihat Theo masuk ke kamar, segera menyusul suaminya itu. Dia melihat Theo yang langsung merebahkan dirinya tanpa melepas jaket dan sepatu.
Alana mendekat dan melepaskan sepatu Theo, karena terkejut Theo langsung mendudukkan dirinya.
"Kamu capek banget yah?" Tanya Alana saat melihat wajah lelah Theo.
Theo mengangguk pelan, dia membuka jaketnya dan ALana langsung mengambilnya.
Alana beranjak sebentar untuk menaruh jaket Theo, setelahnya dia mendekati Theo yang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang sambil memejamkan matanya.
"Sini aku pijetin." Ujar Alana sambil memegangi kepala Theo.
Theo hanya diam sambil menikmati pijetan istrinya, rasanya sangat menenangkan.
"Badan kamu hangat, jangan sampai sakit lagi. Al sedang gak enak badan juga, jangan sampe papahnya juga ikutan sakit," ujar Alana.
"Al sakit?" Tanya Theo sambil membuka matanya.
Alana mengangguk, dia menjelaskan jika Al sepertinya kelelahan karena sering kali di ajak bepergian keluar rumah.
"Ayo kita ke rumah sakit," ujar Theo dan berniat akan beranjak. Namun, Alana mencegah nya.
"Kamu juga lelah, tadi bang Victor udah kesini dan mengecek kondisi Al. Katanya dia hanya demam biasa, besok juga sudah reda. Kau harus istirahat," ujar Alana mencegah Theo.
Theo menghela nafas lega, dia kembali ke posisi semula dan memejamkan matanya.
Kepalanya sangat pusing, besok dia harus menghadiri sidang Adit dan Kinara. Entah apa yang terjadi besok, Theo berharap jika Kinara di beri hukuman ringan karena wanita itu sangat baik padanya. Kinara memang salah karena menyembunyikan kesalahan Adit, tetapi sedari kecil Kinara lah yang sudah merawat Theo dengan penuh kasih.
Belum lagi, dirinya kembali teringat dengan apa yang Samuel katakan padanya.
"Alana." Panggil Theo.
"Ya?" Sahut Alana.
"Kamu Alana ataukah Aubrey?"
Pertanyaan Theo membuat kegiatan Alana terhenti, jantungnya berpacu sangat cepat hingga dirinya tak bisa lagi berkata-kata.
"Kalian ... Kamu dan Aubrey ... Siapa sebenarnya kalian?"
"A ... Aku ...,"
Theo menatap Alana, matanya menatap Alana dengan penuh selidik.
"Tanyakan pada istrimu, dia Alana ataukah Aubrey. Karena Alana, sudah lama tiada,"
"Apa maksudmu? Alana ya Alana, bukan Aubrey. Mereka berbeda Sam!"
"Tidak, mereka sama dengan jiwa yang berbeda,"
"Jawab Alana, siapa kamu? Aubrey atau Alana? Kepribadian kamu sungguh berbeda sejak saat itu, aku ... Aku bingung menanggapinya." Lirih Theo.
Alana beranjak pergi tanpa sepatah kata pun, hal itu membuat Theo semakin yakin dengan ucapan Samuel.
"Jika benar kamu Aubrey, lalu ... Siapa yang aku cintai selama ini ... Kamu atau dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist Transmigration
FantasyMemasuki raga seorang wanita hamil, itulah kejadian yang di alami oleh aubrey Fathiah. dimana ia harus menghadapi berbagai masalah yang datang di kehidupan Alana yang merupakan raga yang ia tempati saat ini. "Mending kita cerai deh, buatnya aja aku...