Alana baru saja memandikan Al, sehingga kini bajunya menjadi basah akibat Al yang terus mencipratinya air. Bayi gembul itu sangat senang ketika bermain air, maka dari itu Alana haris ekstra sabar dalam menghadapinya.
"Al, sini bunda pakaikan popok dulu!" Titah Alana.
Al terus saja menghindar, bayi yang sudah bisa merangkak itu terus menjauhi Alana.
"Al, ayo sayang. Nanti masuk angin loh!" ujar Alana.
Saat Alana ingin menangkapnya, lagi-lagi Al menjauhinya. BAyi itu tertawa melihat kepasrahan sang bunda. Hingga Alana mendapatkan ide yang sangat cemerlang.
"Ayo cepet pakai popok dan baju, abis itu nenen. Adek mau nen kan? Haus kan, nanti gak bunda kasih loh," ujar Alana
Al yang tadi membelakangi Alana seketika berbalik, dengan tersenyum lebar dia merangkak cepat dan langsung memeluk Alana yang berdiri di sisi ranjang.
Alana memakaikan popok dan juga baju untuk putranya, setelah itu dia memberikan sedikit bedak pada wajah Al.
"Nah, gantengnya bundaa. Hummm wangi lagi." Puji Alana.
Al menepuk tangannya, bayi itu berceloteh sambil memainkan tangannya.
"Hah ... Aku harus ganti baju." Gumam Alana.
Dia menidurkan Al terlebih dahulu, setelah Al tertidur Alana pun memutuskan untuk ganti baju.
Alana memasuki kamar mandi, dia tak membawa baju. Namun, dirinya membawa jaket sehingga Alana akan mengganti bajunya dengan jaket yang ia bawa. Beruntung celana yang ia kenakan tak basah juga.
KREETT!!
Saat Alana masih berada di kamar mandi, Theo memasuki kamar. Kepalanya dia tolehkan ke kana dan kekiri untuk mencari keberadaan Alana, hingga tatapannya mengarah pada pintu kamar mandi yang tertutup.
Theo melangkah masuk, dia menutup pintu sebelum mendekati kasur putranya.
"Sedang apa dia?" Gumam Theo.
Cklek!
Setelah Theo bergumam, tak lama pun Alana keluar. Tatapan mereka bertemu, dan keduanya sama-sama terkejut bukan main.
"Th-theo?!" Kaget Alana sehingga dirinya tak sengaja menyebut nama Theo.
Theo bukan kaget karena melihat Alana, dia kaget karena Alana tak memakai penyamarannya.
Alana akan memasuki kamar mandi kembali, tetapi Theo dengan cepat menghalanginya dan menahan pintu kamar mandi.
Sekuat apapun Alana, dia tetap saja tak sekuat Theo. Pintu kamar mandi berhasil di buka lebar oleh Theo, Alana yang tak siap akan terjatuh jika saja Theo tak menarik tangannya sehingga bertabrakan dengan dada bidang pria itu.
"Welcome Alana, akhirnya kau menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya. Bagaimana rasanya menghindariku hm?" Suara berat Theo membuat tubuh ALana bergetar hebat, entah karena rasa ketakutannya atau karena hal lain.
"Tu-tuan ... Lepaskan! Le-paskan saya!" Sentak Alana.
Theo semakin mengunci pergerakan Alana, tangan kanannya merengkuh pinggang wanita itu sedangkan tangan kirinya menahan kedua tangan Alana yang berontak.
"Penyamaran sudah terbongkar, dan kamu masih memanggil ku tuan hm? Why baby? don't you miss me?" bisik Theo di telinga Alana.
Alana memejamkan matanya, dia merasa geli di telinganya. Theo mengunci pergerakannya, sehingga Alana tak dapat mampu melawan.
"Dengan seenaknya kau pergi, setelah itu kau kembali. Saat ini, detik ini jiga aku tidak akan melepaskanmu," ujar Theo.
"Theo, hubungan kita sudah selesai. Kau yang memilih sendiri bukan? Buka aku yang pergi, tapi kau yang membuatku pergi!" Bentak Alana.
Tangan Theo meremas pinggang Alana dengan kencang, sehingga membuat Alana meringis pelan.
"Aku tak pernah menceraikanmu!" Sentak Theo.
"Aku yang akan menceraikan kamu Theo!"
Theo mendorong tubuh Alana, dia mengunci pintu yang mana membuat Alana memekik keras.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Theo menarik Alana memasuki bathtub dan tak sengaja menyalakan Shower sehingga kini mereka berdua basah.
Kemeja putih yang Theo kenakan basah, sehingga terpampanglah otot-otot kekarnya. Sedangkan Alana, sedari tadi dia berusaha melepas cengkraman tangan Theo di lengannya.
"Sa-sakit Theo!" Ringis Alana.
"Katakan apa yang tadi kau katakan!" Bentak Theo sambil mencengkram erat kedua lengan Alana sehingga kini pandangan ALana terkunci pada wajah Theo.
"Ayo kita bercerai." Lirih Alana.
Bukan, ini bukan bagian dari rencananya. Bagaimana bisa Alana bercerai, sementara dia belum bisa membuktikan sang abang tak bersalah. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu jika hak asuh putranya belum dia dapatkan?
Alana emosi akibat perkataan Theo mengenai dirinya, kecewa dengan yang Theo katakan.
Dirinya tahu, jika saat itu Theo lebih memilih putranya yang di selamatkan. Memang Alana menginginkan itu, tetapi pria tersebut malah pasrah dengan keadaan dan hampir membuatnya merenggang nyawa.
Dada Alana sesak, pandangannya berkunang. Alana memejamkan matanya, setelah itu dia kembali membukanya.
Alana terkejut, dia berada di sebuah kamar dengan tali menggantung di depannya. Tatapannya mengarah pada lantai, banyak sekali jejak kaki dengan berwarna merah.
Alana memundurkan badannya, dadanya kembang kempis. Terasa sesak, walau ruangan itu cukup luas.
Alana memejamkan matanya, dia terkejut ketika kembali melihat Theo yang di hadapannya.
Dia melihat Theo yang berbicara, tetapi dia tak bisa mendengarnya. Dirinya kembali memejamkan mata, tetapi saat bangun dia kembali ke kamar tadi.
Namun aneh nya, dia bisa melihat Theo yang juga tengah menatapnya. Alana tersadar, jika dirinya berada di dua dimensi. Dimana mata kananya melihat Theo, dan mata kirinya melihat kamar yang banyak darah tersebut.
"Kau menginginkan aku tiada, kau menginginkannya! Pilihanku saat itu, KAU MENANG! KAU MENDAPATKAN PUTRAKU! SEDARI AWAL KAU MEMANG MENGINGINKANKU TIADA! BUKAN AL YANG MENJADI PENGGANTI NYAWA ADIKMU YANG ABANGKU LENYAPKAN. TAPI AKU! AKU KORBAN SEBENARNYA!"
"AKU SUDAH MEMOHON PADAMU, AKU SUDAH MEMOHON AGAR KONTRAK ITU BISA KITA TUNDA. JIKA AKU MATI! ABANGKU YANG AKAN MENDERITA! BUKAN DIRIMU!"
Bukan! Bukan Alana yang berbicara, dia merasa bukan dirinya yang berbicara. Namun, dia melihat sendiri dirinya berbicara dengan keras pada Theo.
Theo terkejut, dia melihat ada perbedaaan pada diri Alana. Tatapannya menyorot kebencian tapi juga kesedihan.
"Kematian adikmu, tanya pada papahmu! Jangan libatkan diriku! Tanya papahmu!"
"Papah? Kau ini kenapa hah?!" Bentak Theo sambil mengguncang tubuh Alana.
Theo terkejut ketika melihat seringai yang di tunjukkan Alana, dia bahkan sampai melonggarkan cengkramannya karena sangking kagetnya.
"Tanyakan pada papah, apa yang dia perbuat! Tanyakan!"
"Mak ... ALANA! ALANA!"
Theo panik, tiba-tiba saja tubuh Alana terjatuh begitu saja dengan darah yang keluar dari hidung serta mata kiri Alana.
Theo segera menggendong Alana, dia membawa Alana keluar dari kamar mandi dengan keadaan mereka yang basah kuyup.
Theo membaringkan tubuh Alana, darah dari hidung Alana belum juga berhenti. Sedangkan darah dari mata Alana sudah berhenti.
Theo mengambil tisu, dia berusaha untuk menghentikan pendarahan tersebut.
Theo mengambil ponselnya, dia menghubungi Victor.
"Halo?"
"Alana pingsan Vic!" Bentak Theo.
"Lo ... Lo tahu?"
"YA! DAN SEKARANG DIA PINGSAN!"
Maaf kalau gaje🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist Transmigration
FantasyMemasuki raga seorang wanita hamil, itulah kejadian yang di alami oleh aubrey Fathiah. dimana ia harus menghadapi berbagai masalah yang datang di kehidupan Alana yang merupakan raga yang ia tempati saat ini. "Mending kita cerai deh, buatnya aja aku...