Bagian 37: Terungkapnya siapa dalang

48.9K 4.8K 271
                                    

"Pah, kita harus pulang ke indonesia!" Pinta Kinara pada suaminya yang sedang memandang luar jendela.

"Gak bisa mah," ujar Adit.

Kinara berdecak kesal, sedari kemarin dia ingin sekali menghubungi putranya. Namun, suaminya melarangnya seakan-akan dia di larang untuk berkomunikasi dengan putranya.

"Pah, Victor bilang kalau Theo masuk rumah sakit! Kenapa papah bisa sesantai ini sih!" Gerutu Kinara.

Adit berbalik badan, dia menatap Kinara yang juga tengah menatapnya.

"Nyawa kita sedang terancam di sana mah, seharusnya mamah ngerti mengapa kita memutuskan ke luar negri," ujar Adit.

"Kita di teror, kita di ikutin, itu semua karena siapa? Karena papah! Seandainya saja ...,"

"Cukup mah! Berhenti salahkan papah! Karena itu juga kita hidup enak, kehidupan mamah tercukupi kan?" Sentak Adit.

Kinara menggeleng tak percaya, dengan mata berkaca-kaca dia menatap suaminya yang tengah membuang pandangannya.

"Kenapa kamu bisa setenang ini mas setelah melenyapkan seseorang hah?"

***

Alana sedang menunggu Theo sadar, dengan di temani oleh Bara keduanya kini berada di ruang rawat Theo.

Kreett!!

ALana menolehkan kepalanya, dia melihat Victor yang masuk dengan seragam dokternya.

Victor memutuskan untuk kembali sebentar karena mendapat kabar tentang Theo.

"Belum sadar juga?" Tanya Victor sambil berjalan masuk.

Alana menggeleng, Victor pun mendekati brankar setelah menghela nafas pelan.

"Theo selalu seperti itu ketika dia merasa takut akan sesuatu, seniorku bilang jika sepertinya Theo pernah mengalami amnesia disosiatif. Amnesia disosiatif sangat mungkin terjadi ketika seseorang mengalami suatu kejadian traumatis. Akibatnya, ia jadi tidak bisa mengingat apa pun dengan baik. Jenis amnesia ini memblokir informasi tertentu dari kejadian traumatis tersebut." Terang Victor.

"Jadi maksudnya ... Selama ini Theo amnesia gitu?" Bingung Alana.

Victor mengangguk ragu, kemudian netranya menatap Bara yang tengah memikirkan sesuatu.

"Apa yang sedang lo pikirin?" Tanya Victor.

Bara tersentak kaget, dia menatap Victor dan Alana secara bergantian.

"Kalian gak curiga apa sama si Theo? Orang tuanya gak dateng juga, padahal si Theo lagi sekarat begini," ujar Bara

"Gue kurang tahu," ujar Victor.

"Lo kan sepupunya, masa lo gak tahu orang tuanya dimana?" Kesal Bara.

"Ya gue gak tahu! Nyokap gue juga gak tahu, gue tanya juga nyokap gue gak jawab." Ketus Victor.

Alana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka berdua.

"Ayo Na kita pulang, kasihan Al," ujar Bara.

"Tapi Bar." Ragu Alana.

"Lo gak liat? Ini udah malem, anak lo laper!" Ujar Bara sambil menunjuk jendela.

Alana pun akhirnya menuruti keinginan Bara untuk pulang. Memang benar, putranya pasti lapar dan stok asi yang dirinya simpan di kulkas pasti sudah habis.

"Yasudah, Bang aku titip Theo yah. Kalau ada apa-apa hubungin aku," ujar Alana.

"Cih, giliran sama si dia aja panggilnya aku kamu. Asalkan sama gue aja gue-lo," ujar Bara.

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang