Bagian 32: Tentang pria itu

50.4K 5.5K 246
                                    

Alana terbangun, dia mendapati langit-langit kamar. Sontak saja Alana terduduk, dirinya di buat terkejut melihat seorang wanita duduk di ujung kasur dengan membelakanginya.

"Si-siapa?"

Wanita itu tak menjawab, dia hanya diam. Alana mengedarkan pandangannya, ini merupakan kamar yang tadi. Tali yang menggantung masih berada di sana, Alana melihatnya. Namun, bercak darah itu sudah tidak ada.

Kamar yang terlihat sangat lama tak di huni, banyak sekali debu dan letak barang tak sesuai.

Alana semakin takut, dia memundurkan tubuhnya dan memeluk lututnya.

"Kita bertemu kembali, Aubrey,"

Wanita itu berdiri, dia membalikkan badannya dan menatap Aubrey.

Wajahnya sangat pucat, tetapi bisa Aubrey lihat tatapan wanita itu menyorot kesedihan.

"Alana?" Tebak Aubrey.

Wanita itu mengangguk, Aubrey sangat kaget melihat Alana. Karena wajah Alana terlihat sedikit berbeda, mungkin karena wanita itu menunjukkan dirinya dengan wajah pucat.

"Aku menarikmu ke tubuhku .... ku kira kau bisa membawa bayiku bersamamu, nyatanya kau sangat lambat. Kau terlalu ragu untuk meninggalkan Theo, kenapa?" ujar Alana.

"Tidak, aku tidak ragu meninggalkannya. Aku koma dan ...,"

"Saat kamu mengandung Al, kamu punya waktu untuk kabur!" Sela Alana.

"Jika aku kabur, bagaimana dengan abangmu? Aku hanya menuruti rencana konyolmu!" Sentak Aubrey yang sudah kesal.

Alana berjalan mendekati Aubrey, tatapannya tajam hingga membuat Aubrey takut.

"Tanpa kamu memberikan bayi itu, abang aku bisa bebas!" ujar Alana.

"Maksudnya?" Bingung Aubrey.

BRAK!

Aubrey dan Alana sontak saja terkejut, mereka menatap ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pria yang tengah menatap mereka.

"Waktunya selesai sayang, ayo kembali,"

Aubrey menatap Alana dengan bingung, dia akan kembali menanyakannya. Namun, tiba-tiba saja dirinya kembali tersadar ke alam nyata.

"A-aku ...,"

Alana menolehkan kepalanya, dirinya saat ini berada di kamar. Namun, ini bukan kamar yang tadi.

Alana menatap sebuah bingkai foto, terdapat foto Revan dan juga Ana. Alana yakin jika kamar ini kamar Revan, kenapa bisa dirinya berada di kamar Revan? Padahal sebelumnya dia berada di kamar misterius itu.

CKLEK!

"Astagaa!!! Kau dari mana saja hah?!" Seru Victor saat melihat Alana yang berada di kamar keponakannya itu.

Alana yang masih bingung hanya bisa terdiam, Victor memanggil Theo yang memang tengah mencari Alana.

Victor kembali dengan Theo, kedua pria itu mendekati Alana yang masih terkejut dengan kejadian tadi.

"Ke-kenapa aku bisa disini?" Tanya Alana sambil menatap wajah Victor.

"Kamu gak tahu? Apalagi kita," ujar Victor.

Pikiran Alana berkecamuk, ingatannya kembali terngiang tentang ucapan Alana.

"Th-theo, pria ... Pria yang memakai kaos biru. Wa-wajahnya tampan, dia punya lesung pipi tapi cuman di sebelah kanan. Bola ma ...,"

"Bola matanya warna biru?" Sela Theo.

Alana menganggukkan kepalanya dengan pelan, dapat dia lihat wajah Theo berubah pias.

"Kamu lihat dia dimana?" Tanya Theo.

"Gak tahu," ujar Alana.

"Jujur Alana! Kamu lihat dia dimana?!" Paksa Theo.

"AKU GAK TAHU!" Waktu kamu seret aku ke kamar mandi, aku udah gak sadar! Aku bangun di kamar yang gak tahu itu kamar siapa, aku lihat laki-laki itu dan kenal denganku!" Bentak Alana.

Theo segera berlari keluar, dan hal itu membuat Victor kembali bertanya pada Alana.

"Kamu tahu, habis kamu bangun pandangan kamu kosong. Kayak raga tanpa nyawa tau gak! Aku sama Theo panik, apalagi AL yang terus nangis. Cuman anehnya, saat Theo deketin dia ke kamu tangisannya makin kejer. Dia terus manggil Kamu, tapi tatapannya ke arah pintu terus," ujar Victor.

ALana menatap wajah Victor, dia kaget sekaligus bingung.

"Sore tadi, tiba-tiba kamu ngilang dari kamar saat abang dan Theo pergi ke ruang makan." Sambungnya.

"Bang, apa yang papah sembunyikan?" Tanya Alana.

"Maksud kamu?" Heran Victor.

ALana menangis, melihat hal itu Victor di buat tambah bingung.

"Kematian Ana, itu ada hubungannya sama papah. Semua yang terjadi, itu ada hubungannya sama papah hiks ...,"

"Kamu tahu dari ...,"

"Ini bukan?" Sela Theo yang masuk dengan membawa sebuah album.

Alana melihat album itu, tak lama ia mengangguk. Seketika Theo menjatuhkan album tersebut.

"Siapa dia Theo?" Tanya Victor.

"Dia ... Dia Axton, sahabat gue. Dia ... Dia udah enggak ada, dan kematiannya sangat janggal. Sampai saat ini, gue gak tau penyebab kematian dia," ujar Theo dengan suara bergetar.

"Axton." Gumam Victor mencoba mengingat-ingat kembali.

"Sebelum dia meninggal dia tengah mencari bukti kebenaran tentang kasus Verry." ujar Theo sambil menatap Alana yang mana membuat keduanya terkejut.

FLASHBACK ON.

"Gue bilang berhenti Ax! Lo lebih milih persahabatan kita, atau cinta lo?" Sentak Theo pada pria yang bernama Axton.

"Theo, lo tau kan. Udah lama gue suka sama Alana, hanya saja gue gak mau deket sama dia tanpa adanya ikatan pernikahan. Kali ini kakaknya tertuduh, cuman Verry satu-satunya keluarga yang dia miliki." Terang Axton.

"Tapi dia yang udah rusak adek gue!" Marah Theo.

Keduanya kini saling berhadapan di atas gedung, keduanya sama-sama mempertahankan egonya.

"Alana, lo cinta sama Alana kan?" ujar Axton.

"Lo ka-kata siapa?" Panik Theo.

Axton terkekeh pelan, dia membuang pandangannya dari Theo.

"Gue ceritain tentang dia sama lo, tapi gue gak sangka malah lo balik suka sama dia. Melihat dia senyum, gue seneng. Ngeliat dia sedih, ingin rasanya gue yang berada di sisi dia jadi tempat dia buat bersandar. Verry, satu satunya keluarga yang dia miliki untuk saat ini." Jelas Axton.

"Ax gue ...,"

"Cari tahu semuanya, karena gue yakin ini rencana seseorang. Adik lo gak ngomong tentang siapa yang udah rusak dia, itu membuat kita sulit mencari pelaku. Kenapa sekarang lo malah jeblosin Verry ke penjara?" ujar Axton.

"Dia pacar adek gue Ax, jelas aja pasti ngerusak adek gue!" Bentak Theo.

Setelah mengatakan itu, Theo bergegas pergi dengan perasaan kalut. Sahabatnya, sahabat masa kecilnya mencintai wanita yang sama dengannya.

"Lo belum tahu jika adik lo selingkuh di belakang Verry," ujar Axton yang tak dapat di dengar oleh Theo yang sudah menjauh.

FLASHBACK OFF.

"Besoknya, gue denger kabar dia jatuh dari lantai atas gedung itu. Banyak orang yang berasumsi dia bunuh diri, tapi gue yakin dia gak sebodoh itu Vic," ujar Theo yang kini tengah memandang langit malam.

"Theo, Verry gak mungkin pelakunya. Ayo, ayo kita tes DNA Revan dan Verry sekali lagi." Ajak Victor.

Theo menggelengkan kepalanya, dia menatap Victor yang juga kini tengah menatapnya.

"Gue udah lakuin tes berkali-kali, tapi tetap hasilnya sama. Revan, ana biologis dari Verry," ujar Theo.

"Lo yakin? Bisa aja kan hasilnya di ...,"

"Gue cek di 10 rumah sakit yang berbeda dengan hasil yang sama, apa lo masih ragu?"



Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang