Bagian 43: Theo menjadi miskin

43.5K 4.2K 58
                                    

"Revan, ganti bajumu dulu habis itu baru lanjut main," ujar Alana menghampiri Revan yang bermain di taman belakang dengan Bara.

Revan mengangguk patuh, dia menyambut uluran tangan yang Alana ulurkan.

"Bara, kamu di panggil papi tuh." Seru Alana sambil melangkah masuk kembali ke rumah.

Bara mengangguk, dia masuk menemui Calvin yang berada di ruang kerjanya

Sementara Alana, dia membantu Revan untuk mandi.

"Al mana?" Tanya Revan.

"Tidur bersama papah," ujar Alana.

"Ictli papah nda tidul duga?" Tanya Revan.

Alana menaruh gayung di atas bak mandi, ia mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu dan menyelimuti tubuh Revan dengan handuk itu.

"Berhentilah memanggilku istri papahmu, sekarang panggil aki dengan sebutan bunda!" Celetuk Alana sambil membawa Revan ke gendongannya.

Revan tersentak kaget, dia mengamati wajah Alana. Istri dari Theo itu membawanya ke tempat tidur.

"Jangan banyak gerak okay, di belakang papah dan adik sedang tidur. Bunda akan keluar untuk mengambil bajumu." Titah Alana.

Revan mengangguk menuruti, dia menunggu Alana mengambilkan baju sambil memainkan kakinya.

"Eunghhh,"

Revan menolehkan kepalanya saat mendengar suara, ternyata Theo sudah terbangun dari tidurnya.

Setelah masalah 2 hari lalu, Theo jatuh sakit. Alana dengan sabar merawat pria itu, dan beruntung Calvin menampung mereka di rumahnya ini.

"Papah." Panggil Revan.

Theo mengangkat tubuhnya, dia menyandarkan kepalanya dan kembali memejamkan matanya saat pusing kembali mendera kepalanya.

"Ini bajunya," ujar Alana yang sudah kembali dengan membawa baju beserta perlengkapan Revan.

Alana belum menyadari jika Theo sidah terbangun, dia hanya fokus memakaikan Revan baju karena takut anak itu masuk angin.

"Pakai popok atau enggak?" Tanya Alana saat ia akan memakaikan anak itu celana.

"Nda mau," ujar Revan.

"Tapi nanti kalau mau buang air bilang yah, jangan ngompol loh," ujar Alana.

Revan mengangguk, Alana memasangkannya celana dan mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk.

"Hummm dah wangiii anak bunda." Seru Alana.

Mendengar kata bunda, Theo membuka matanya. Dengan bingung, tak sadar dia membuka suara.

"Bunda?"

Alana menoleh dengan pandangan terkejut, dia pikir Theo belum bangun karena keadaan kamar yang masih sunyi.

"Eh itu ... Aku kurang nyaman di panggil istri papah. Gak papa kan?" Ragu Alana.

Bibir pucat itu tersenyum tipis, Theo merasa senang karena Alana mau mengurus Revan.

Tok! Tok! Tok!

Netra Alana dan jiga Theo teralihkan dengan suara ketikan pintu, pintu memang tak tertutup tetapi orang tersebut mengetuknya agar sopan.

"Maaf, tadi polisi mencarimu. Mereka berkata jika rumah beserta seluruh aset yang keluarga Rowland miliki di sita oleh pihak kepolisian karena nyatanya harta itu adalah milik Giotama." Terang Bara sambil berjalan mendekati ranjang.

Alana merasa kaget sekaligus prihatin, jika semua aset di sita bagaimana dengan kehidupan Theo?

Diliriknya suaminya itu, dia melihat Theo yang menunduk.

"Gue udah duga, pada dasarnya gue memang miskin," ujar Theo dengan lirih.

"Lo kan punya geng, manfaatin lah geng lo," ujar Bara.

Theo menatap Bara dengan tatapan sayunya karena sakit.

"Gue mau bubarin mereka, keadaan sudah kacau. Apalagi dengan masalah gue dan Angga, jika tidak bisa di bubarkan gue yabg akan mundur," ujar Theo.

"Lagi pula status gue sudah mereka ketahui, gue gak bisa mengatur geng itu dengan keadaan miskin kayak gini " Lanjutnya.

Bara menghela nafas pelan, dia turut prihatin dengan keadaan Theo.

"Eh Revan, tuh di cariin oma di bawah." Titah Bara.

Revan mengangguk, dia pun keluar dari kamar. Bukan tanpa alasan Bara menyuruh Revan keluar, dia hanya ingin berbicara dengan serius.

"Masalah seperti ini, apa yang akan kalian lakukan selanjutnya? Alana, bukankah kau sidah mengajukan gugatan cerai di pengadilan?" Tanya Bara hingga membuat Theo terpekik kaget

"APA?!"

***

"CANTIKA! BUKA PINTUNYA SAYANG!" Teriak Linda.

Sudah 2 hari ini Cantika tidak keluar kamar, dia hanya menangis dan menyuruh Angga untuk memanggil Theo untuk menemui nya.

"Bun, udah biarin aja." Ujar seorang pria paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Axel Kusuma.

"Tapi pah, anaknya ngambek loh. Udah dua hari gak makan, bunda takut dia sakit," ujar Linda dengan cemas.

"Kamu jangan selalu manjain dia, nanti jiga kalau udah gak bisa nahan dia keluar sendiri," ujar Axel.

Linda menghela nafas kasar, dirinya juga bingung bagaimana lagi membujuk Cantika.

"Angga mana pah?" Tanya Linda.

"Dia lagi ngurus penangkapan Adit, dia ingin merebut kembali aset yang dimiliki oleh keluarga kalian sebelumnya," ujar Axel.

Linda terdiam, itu artinya Theo tak memiliki apapun bukan? Sepintas Linda mendapatkan ide, dia tersenyum menatap suaminya yang kini tengah menatapnya bingung.

"Kamu bilang semua aset kembali lagi?" Tanya Linda.

"I-iya, kenapa?" Bingung Axel.

"itu artinya Theo jadi miskin kan?" Tanya kembali Linda.

Axel mengangguk kaku, tetapi sedetik kemudian dia menyadari pikiran sang istri.

Axel menarik sang istri menjauh dari pintu kamar putri mereka, dia membawa Linda ke kamar mereka agar pembicaraan mereka tak terdengar yang lain.

"Kamu apa-apaan sih mas?!" Kesal Linda.

"Kamu yang apa-apaan, aku tau niat gila kamu Linda. Theo sudah beristri, aku gak rela yah dia nikah sama putri kita. Walaupun doa jadi duda, aku gak mau putri kita dapet yang bekasan!" Ketus Axel.

"Aku dapetin kamu juga duda mas, berarti bekasan dong!" ujar Linda tak terima.

Axel menepuk keningnya, bukan hanya dia yang duda Linda pun juga janda tetapi mereka malah saling menyindir.

"Beda sayaaaanggg, aku dan kamu itu sama. Kita nikah sama-sama pisah," ujar Axel dengan gemas.

Linda menahan senyum, begitu pula dengan Axel. Mereka seperti mengenang masa lalu.

BRAK!

"Eh, suara apa itu pah?!" Kaget Linda.

Axel menggeleng, mereka pun akhirnya keluar kamar dan terkejut melihat Angga yang mendobrak pintu kamar Cantika.

"GAK USAH GILA LO! LO MATI SEKALIPUN, DIA MANA MAU NIKAH SAMA LO!"

"GUE BILANG GAK USAH PEDULIIN GUE!"

PYARRR!!

Axel menarik Angga untuk menjauh dari Cantika yang mulai memecahkan barang-barang di sekitarnya.

"Gue cuman mau Theo! Lo janji bakal bantu gue buat dapetin dia kan!" Sentak Cantika.

"Dia sekarang miskin Can! Lo cuman hidup susah sama dia!" Kesal Angga.

Mendengar itu Cantika terdiam, dia menyingkap rambut yang menutupi wajahnya.

"Apa?!" Kaget Cantika.

"Lo masih mau sama cowok miskin huh?!"




Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang