Bagian 49: Pertemuan Samuel dan jiwa Alana

36.5K 3.6K 63
                                    

Sementara itu, Theo yang sedang berada di ruangannya dan tengah sibuk dengan berkas laporan di ruangannya. Berkali-kali dia membalikkan kertas demi kertas dengan kening yang mengerut.

Tok tok tok!

"Masuk!" Sery Theo.

Seorang pegawai laki-laki masuk dan menghadap pada Theo, sehingga kini Theo mengangkat kepalanya dan menatap pegawainya itu.

"Ada apa?" Tanya Theo.

"Ada yang ingin menemui anda bos," ujarnya.

"Siapa?" Tanya Theo.

"Dia bilangnya sih teman anda bos, namanya tadi ... Ehm ... Angga kalau gak salah," ujar pegawai itu dengan ragu.

Theo terkejut, untuk apa Angga datang ke kafe miliknya?

"Biarkan dia masuk." Putus Theo.

Bawahan Theo pun keluar untuk memanggil Angga, tak lama Angga pun datang dan berjalan angkuh mendekati Theo.

"Buat apa lo kesini? Urusan kita udah selesai, gue udah serahin seluruh harta gue sama lo kan?" ujar Theo.

Angga tersenyum sinis, dia mendudukkan dirinya di depan meja Theo dan melipat kedua tangannya.

"Lo salah, gue ke sini karena ingin menanyakan sesuatu," ujar Angga.

"Tentang?"

"Apakah selain lo dan Ana, ada anak lain yang bokap lo sembunyikan?" Tanya Angga.

Theo terlihat bingung, setahu dirinya tak ada anak lagi. Bahkan ia hanyalah anak angkat, dia tak pernah tahu bahkan tentang kesalahan yang adit tutupi selama ini.

"Enggak, cuma gue dan Ana." Jawab Theo.

"Terus, maksud lo yang ternyata adalah anak pungut?"

"Apa urusannya sama lo? Mau gue anak pungut kek, anak polisi kek, anak maling kek. Urusannya sama lo apa hah?" ketus Theo.

Angga tersenyum, dia mendekatkan wajahnya pada Theo dan mulai membisikkan sesuatu.

"Siapa tahu ... Nasib kita sama, sama-sama menjadi korban keegoisan bokap angkat lo itu." Bisik Angga yang mana membuat Theo terdiam seribu bahasa.

***

"Si Sam kapan sadarnya sih heran gue," ujar Reksa dengan kebosanannya.

"Iya, bangun dong sam. Gue yang musti nanggung biaya rumah sakit lo nih, mahal tau gak." Lirih Aksa.

Fery menatap kedua temannya dengan jengah, kedua temannya itu Sangat lah mirip dari segi sifat bahkan nama. Banyak orang tang bilang jika keduanya kembar, tetapi mereka menolak dengan tegas jika orang tua mereka berbeda.

"Kita kangen tau sama lo Sam, walau lo dingin gitu yah sama kita. Lo tau gak, bibi lo yang udah lo anggap ortu lo sendiri sekarang lagi di balik jeruji besi. Yakin lo gak mau ketemu sama dia?" Tanya Reksa.

Sementara itu, di bawah alam sadar Samuel. Kini dia tengah berhadapan dengan sosok Alana asli yang tersenyum bahagia melihatnya.

"Alana? Kenapa kau bisa disini? Apakah kau juga terkena ledakan itu?" Tanya Samuel.

Alana terkekeh kecil, dia mengambil langkah kecil dan menepuk pipi Samuel.

"Dari semua sahabat Theo, cuman lo yang ada saat gue terluka. Lo yang selalu berusaha untuk membuat Theo berhenti menyakiti gue, walau lo lakuin semua itu demi mencapai tujuan lo." Ujar Alana sambil menatap Samuel.

"Sorry Lan, gue bener-bener minta maaf. Gue gak bermaksud untuk menyakiti lo demi rasa sakit gue, gue juga gak tahu kenapa dia menargetkan lo dan Theo untuk jadi korban dia," ujar Samuel dengan sesal yang begitu dalam.

"Tapi sekarang gue dapet balasannya, gue ada disini. Berharap gue bisa bertemu dengan Aubrey, wanita yang gue cintai. Awalnya gue hanya ingin Ana menderita sama seperti gue yang kehilangan Aubrey, tetapi ... Dia ingin semua orang yang berada di dekat Theo hancur tak tersisa. Gue bener-bener merasa bersalah Lan," ujar Samuel.

Alana menepuk bahu Samuel, dia menarik pelan nafasnya dan kembali menghembuskannya.

"Lo tahu kenapa gue ada disini?" Tanya Alana.

Samuel menggeleng polos, dia bahkan tidak tahu mengapa dirinya berada di sini.

"Gue udah gak ada semenjak gue jatuh di kamar mandi saat mengandung Al." Terang Alana.

Bukannya terkejut, Samuel malah tertawa mendengarnya.

"Hahaha, ngaco lo! Terus yang selama ini sama Theo siapa? Setan? Terinspirasi dari mana si lo candaan kayak gitu," ujar Samuel.

"Sam! Gue serius! Dia Aubrey, bukan gue!" Sentak Alana.

Tawa Samuel terhenti, netranya menatap Alana dengan raut wajah terkejut bukan main.

"Enggak, Aubrey udah gak ada. Gue sendiri yang liat dia terbujur kaku di ruang mayat, gue sendiri yang nyaksiin dia di makamin. Lo jangan membual ya Lan!" Geram Samuel.

"Sam ... Sam, gue bicara fakta. Tapi lo harus tahu, jika Aubrey lah yang selama ini gantiin gue. Gue gak bisa balik lagi, so ... Kembali jika memang dia cewek yang selama ini lo tunggu," ujar Alana.

Samuel menatap Alana berkaca-kaca, dia baru sadar jika Alana adalah Aubrey. Wanita yang dia cintai.

"Gue balik pun rasanya percuma, Aubrey ada di dalam diri lo Lan. Dia milik Theo bukan gue, gue udah kalah sebelum berjuang. Gue bukan orang baik, tapi gue tahu merebut istri orang itu sebuah kesalahan," ujar Samuel dan berusaha tersenyum.

"Maaf. Seharusnya gue gak narik Aubrey ke tubuh gue begitu aja. Cuman dia satu-satunya jiwa yang bisa gue tarik, karena dia adalah korban dari Ana. Aubrey masih tidak tahu siapa yang menyebabkannya tiada, untuk itu aku bisa membawanya ke tubuhku." Terang ALana.

"Tapi Sam." Ragu Alana.

Samuel menatap ALana dengan kening mengerut.

"Lo harus cepat kembali, Ana masih menyimpan sebuah dendam sama Angga. Jangan sampai dia mengambil paksa jiwa Aubrey dan menggantinya dengan jiwa miliknya, karena jika itu terjadi ... Aubrey dan Ana salah satu dari mereka tidak akan selamat." Lirih Alana.

Samuel baru akan angkat bicara, tetapi sosok pria mendekati Alana dan menarik pelan tangannya.

"Tugas gue sudah selesai, pesan gue cuman satu. Tolong jaga putra gue, gue titip dia sama lo."

Tak lama cahaya putih menerpa penglihatan Samuel, Samuel menutup matanya. Namun, saat dia kembali membuka matanya dan mengerjapkannya pelan. Dia melihat Reksa, Aksa dan Fery tengah menatap dirinya dengan cemas bersamaan dengan dokter yang tengah memeriksa kondisinya.

Perlu di ingat-ingat loh, ini hanyalah imajinasi semata. Tidak nyata dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Okay kawan, jangan percaya🤭🤭.

Satu lagi aku up malam😘

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang