Bagian 9: Anggap dia ibumu

74.1K 7.7K 238
                                    

"Bagaimana keadaannya? Apakah dia memang benar mengalami kontraksi?" Tanya Kinara sambil menggenggam tangannya satu sama lain.

Victor tadi datang dan langsung memeriksa keadaan Alana, saat ia datang pun Alana sudah pingsan dan membuat kepanikan tambah menjadi.

"Sepertinya bukan tan, dia hanya merasakan perutnya tegang saja. Setelah aku periksa tadi, seperti semuanya sidah normal. Mungkin sebaiknya kita ke rumah sakit untuk melakukan USG untuk memastikan kondisi bayinya." Terang Victor.

"Ya, kamu benar. Kita bawa ke rumah sakit, tante akan suruh Nugi untuk menyiapkan mobil." Putus Kinara dan beranjak dari kamar.

Nugi ada seorang kepala penjaga, ia memang di tugaskan untuk melindungi keluarga itu.

Tatapan Victor mengarah pada Revan yang berada di sudut ruangan sambil menggigit jarinya, dia baru sadar akan kehadiran anak itu.

"Tumben kau berada di luar kamar? Ini masih siang, dan kenapa bisa kau ada disini?" Tanya Victor pada anak itu.

Revan mendongak, ia berjalan pelan mendekati Victor sambil menjauhkan jarinya dari mulutnya.

"Kakak nda papa kan? Dia nda cakit kan? Tadi pelutna cakit, Levan takut," ujar polos anak itu.

Victor tentu saja terkesiap, baru kali ini dirinya mendengar Revan berbicara pelan setelah sekian lama. Bahkan saat mendapati anak itu berbicara, dia harus mendengar kemarahan anak itu.

"Revan marah?" Tanya Victor memastikan sesuatu.

Dengan polosnya Revan menggeleng, dia khawatir bukan marah.

"Bukankah hanya ketika marah anak ini berbicara? Sungguh aneh." Gumam Victor.

Revan mendekati Alana yang berbaring, tangannya terulur dan menyentuh pipi Alana.

"Dia ictli papah, apa kau tahu?" Tanya Revan tanpa melihat ke arah Victor.

"Ya, aku tahu," ujar Victor.

"Mamah kasih tahu Levan, kalau kakak ini yang akan membawa mamah kembali. Makcudna apa yah?" Ujar Revan di sertai kebingungan.

Victor mengernyitkan alisnya, dia tak mengerti kemana arah pembicaraan anak berumur 4 tahun itu.

"Mungkin dia hanya melantur." Batin Victor.

"Ehm ... Revan, orang mati tidak akan bisa kembali. Mamahmu sudah tenang dan bahagia disana," ujar Victor.

Revan menatap tepat di arah jendela, ia kemudian beralih menatap mata Victor.

"Mamah masih hidup, mamah masih ada. Levan yakin mamah akan pulang beltemu Levan." Ujar anak itu sambil meremas seprai.

Victor melangkah mendekati Revan, dia berjongkok dan menyetarakan wajahnya dengan Revan.

"Revan, kau hanya mimpi. Mimpi itu hanyalah bunga tidur, dia tak mungkin bisa kembali. Bukankah sekarang ada penggantinya? Dia Alana, namanya juga persis seperti nama ibumu bukan?" ujar Victor.

"Dia ictli ayah, tapi bukan ibuku," ucap polos anak itu.

Victor mengangguk, dan berkata, "Benar, dia bukan ibumu. Tapi, kau bisa mendapat cinta dan kasih seorang ibu darinya. Apa kau tak ingin merasakan bagaimana perhatiannya seorang ibu?"

Revan yang di tanya seperti itu pun terdiam, dia masih mencerna apa yang Victor jelaskan.

"Setiap pagi kau akan di beri kecupan dan selamat pagi oleh ibumu, memakan masakan buatannya. Di berikan bekal sekolah, di jemput setelahnya, dan menceritakan segala hak yang terjadi di sekolah. Saat malam tiba, kau akan tidur di pelukannya sambil menikmati sebuah cerita yang akan membawamu ke alam mimpi. Sebuah kecupan hangat di kening kau dapat kan ketika dirimu terlelap, apa kau tak menginginkannya?" Terang Victor memberi nasehat pada anak itu.

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang