Bagian 11: Kebenaran

72.6K 7.6K 173
                                    

Theo tengah menyuapi Alana, dengan telaten dia memberikan sesuap demi sesuap nasi untuk sang istri.

Alana, wanita itu sedari tadi merasakan debaran di jantungnya. Sebelumnya dia belum pernah merasakan ini, jatuh cinta pun dia belum pernah.

"Ehm ... Sudah." Tolak Alana ketika Theo kembali memberi suapan.

Theo memandang wajah istrinya yang terlihat menahan gugup, kemudian dia beralih melihat makanan yang masih tersisa setengah.

"Dokter kan bilang, berat bayinya kurang. Kamu harus makan yang banyak," ujar Theo dengan nada sedikit lembut.

"Tapi aku kenyang," ujar Alana.

Theo pun akhirnya terdiam, dia memutuskan untuk menaruh piring itu ke atas nakas dan memberikan Alana segelas air.

Alana meminum airnya hingga kandas, kemudian dia memberikannya ke Theo kembali sehingga pria itu kembali menaruhnya ke atas nakas.

Tok!

Tok!

Tok!

Theo melihat ke arah pintu yang terbuka, di sana berdiri salah seorang pembantunya.

"Maaf tuan muda, di depan ada polisi nyari tuan," ujar pembantu itu.

Theo mengangguk, dia pun berdiri dan meninggalkan Alana yang terkejut.

Karena asalnya Alana adalah orang yang keras kepala, ia pun mengikuti Theo keluar tanpa menggunakan kursi roda.

Dia berjalan ke arah ruang tamu, dia mengintip dari belakang tembok untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan.

"Jadi begini tuan, tawanan mencoba melakukan bunuh diri. Tampaknya mentalnya juga sedikit terganggu, dia hanya diam dan sesekali tertawa sambil memanggil nama Ana." Terang polisi itu pada Theo.

"Ana, itu nama adik saya. Alana Ratu Rowland, wanita yang dia tewaskan." Sahut Theo.

Seketika Alana yang berada di balik tembok terkejut, dia menutup mulutnya tak percaya apa yang di katakan mereka.

"Aku Alana, salam kenal Aubrey,"

Ucapan wanita itu terngiang di telinga Alana, nama mereka sama. Tubuh yang ia tempati memiliki nama yang sama dengan adik Theo, pantas saja Alana bingung mengapa wanita di mimpinya tak sama dengan tubuh yang ia tempati saat ini. Padahal nama mereka pun sama, apa maksud dari ini semua?

"Alana, adik Theo. Tubuh yang aku tempati juga Alana, apa mungkin ...,"

Theo merasakan ada yang memantau mereka, ia pun mengalihkan tatapannya pada balik tembok yang menjadi tempat persembunyian Alana.

Beruntung Alana sudah menarik dirinya untuk pergi dari sana sebelum Theo menyadari kebenarannya.

Alana kembali ke kamarnya, dia menutup pintu dan menguncinya.

"Gue harus cari sesuatu yang mungkin bisa buat gue mengerti." Gumam Alana.

Alana memulai membuka lemari, dia mencari sesuatu yang penting. Baju-baju Theo dia singkirkan agar lebih leluasa untuk mencari.

Tak menemukan di pintu satu, dia pun beralih ke pintu kedua, sama seperti sebelumnya dirinya juga mencari dengan begitu teliti.

Hingga sebuah kertas jatuh, Alana pun menghentikan kegiatannya. Ia menunduk untuk melihat apa yang terjatuh, dan itu terlihat seperti sebuah koran.

Dengan pelan, Alana coba untuk mengambil karena terhalang perutnya yang besar membuatnya kesulitan.

"Haa ...." Alana menghela mafas ketika dia berhasil mengambil koran itu.

Dengan lincah, Alana membuka koran tersebut. Berita di koran itu berjudul Seorang penerus Rahdian di jatuhi hukuman penjara karena telah memperkosa seorang wanita bernama Alana Ratu Rowland.

Alana kembali membaca hingga ke bawah, dia menatap tak percaya apa yang dirinya baca saat itu.

Tak mau bertanggung jawab, ia membuat korban mengalami sakit mental. Namun, polisi telah mengetahuinya dan langsung membawanya ke dalam sel tahanan.

Tak di ketahui pasti, apakah Revan Rowland adalah anak dari hasil kebej*tan itu?

Hingga kabarnya kembali terdengar jika Alana Ratu Rowland meninggal akibat gantung diri yang dia lakukan di kamarnya.

CKLEK! CKLEK!

TOK! TOK! TOK!

"ALANA! KENAPA KAU MENGUNCI PINTUNYA!"

Alana yang tadinya tengah fokus, dirinya pun terkejut akibat Theo yang memaksa membuka pintu.

Dengan gesit, Alana membereskan kembali. Dia menyelipkan koran itu di kantung bajunya dan menutup lemari seperti semula.

Setelah di rasa aman, Alana berjalan pelan menuju pintu sambil memegangi perutnya.

Cklek!

Terlihat Theo menatapnya dengan tajam, sedangkan Alana hanya memandangnya polos.

"Kenapa?" Tanya Alana.

"Kenapa ... Kenapa? Apa kau tak tahu jika aku panik huh? Lagian, kenapa juga pintunya harus kamu kunci?" Ujar Theo dengan nada sedikit tinggi.

"Tadi ... Aku lagi mau ganti baju, eh kamu malah datang." Alasan Alea.

Theo memicingkan matanya guna mencari kebohongan di mata sang istri. Netranya juga sedikit melirik ke arah kantung baju yang Alana, terlihat seperti ada sebuah kertas yang sedikit terlihat.

Melihat Theo yang menatap kantung bajunya, Alana pun menutup kantung bajunya dengan telapak tangan kanannya.

"Belum ada satu jam kamu ganti baju, dan kenapa ingin ganti baju lagi?" Curiga Theo sambil menatap istrinya.

Alana pun menjadi gugup, dia tak tahu harus berkata apa agar Theo percaya.

Dia mendengar Theo menghela nafas kasar, kemudian pria itu menariknya dengan lembut memasuki kamar.

"Lagi-lagi kau menyembunyikan sakitmu ... Katakan, perutmu kembali sakit lagi kan?" Cetus Theo.

ALan yang mendengar itu seketika terkejut, dirinya kira Theo mengetahui kebohongannya. Ternyata yang pria itu tahu jika dirinya menyembunyikan rasa sakit.

"I-iya, tapi se-sebentar doang. AKu gak mau kamu khawatir," ujar Alana dengan gugup.

Theo mendudukkan istrinya di tempat tidur, dia berniat untuk mandi karena hari sudah sore. Namun, saat dirinya akan ke kamar mandi, dia melihat satu baju yang terjatuh di dekat lemari.

Theo mengambil baju itu, dia terlihat mengerutkan keningnya. Kemudian tatapannya beralih pada Alana yang tengah melihat ke arah dengan raut wajah terlihat kaget.

"Mungkin aku tak menutup pintu lemari dengan rapat." Ujar Theo sambil menaikkan bahunya acuh.

Theo menaruh baju itu kembali di dalam lemari, kemudian dia mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.

Alana menghela nafas pelan, rasanya jantungnya ingin berhenti ketika melihat hal tadi.

"Untung saja." Gumam Alana.

Alana membaringkan tubuhnya, pikirannya kembali berputar mengenai apa yang dirinya ketahui tadi.

"Jadi Revan itu ... Keponakan Theo, bukan anak Theo. Lalu, kenapa Theo menyembunyikan itu dariku?"

"Berarti Revan adalah keponakanku? Aku harus ke penjara menemui kakak dari tubuh ini, gak tenang hidupku rasanya." Lirih Alana.

Tak lama, Theo pun menyudahi mandinya. Dia keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya yang tertidur.

Theo mendekati Alana, dia memandang wajah cantik polos sang istri ketika tidur. Tangan besarnya terangkat berniat akan mengelus pipi Alana, tetapi tangan itu malah mengarah ke kantung baju Alana dan mengambil koran yang tadi Alana sembunyikan.

"Oh, rupanya istriku sudah mulai berani yah ...." Gumam Theo sambil melihat koran yang Alana ambil.

"Kau memang amnesia, tapi sifat licikmu masih ada hingga saat ini. Namun sayang, aku lebih licik dari yang kau kira ... Istriku,"

Plot Twist TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang