🍃🍃🍃HAPPY READING🍃🍃🍃
Sesuai perkataan Victor, Alana kini tinggal dengan Calvin dan juga Zora. Aubrey kembali ke rumahnya, kehidupannya sebelumnya. Namun, dengan tubuh yang berbeda.
Semenjak hari dimana doa memanggil Calvin dengan sebutan papi, tampaknya pria itu selalu menjauh saat dirinya mengajak mengobrol. Hal itu membuat Alana sedih, dan dia berpikir jika dirinya memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya malahan akan membuat Calvin semakin menjauhinya.
Alana hanya ingin mengganti masa-masa yang dia sia-siakan saat bersama Aubrey dulu, dimana dirinya sering membantah kedua orang tuanya bahkan membentaknya.
Sedangkan Bara, pertama kali saat dia melihat Alana. Ada rasa tak suka ketika sang mami sangat memperhatikan Alana, bahkan menurutnya Zora tak sebegitu perhatian dengan Aubrey.
"Kenapa harus kamar Kak Aubrey mi? Kan ada kamar tamu, atau kamar pembantu sekalian." Ketus Bara ambil bersedekap dada dengan berdiri di ambang pintu.
"Bara!" Peringat Zora.
Alana bukannya sedih, justru dia tersenyum perih. Adiknya sangat menyayangi dirinya, bahkan kamarnya pun Bara tak akan membiarkan orang lain memakainya.
"Ck!" Decak Bara dan pergi ke kamarnya yang terletak di sebelah kamar Aubrey.
Zora hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia menatap Alana dengan senyuman lembutnya.
"Dulunya memang ini kamar putri tante, maklum anaknya agak tomboy jadi yah kamarnya gak feminim kayak putri lainnya." Canda Zora.
"Oh, gitu yah tan? Putri tante kemana? Emang gak masalah kalau Alana tinggal di kamarnya?" Tanya Alana dengan sengaja, dia ingin tahu penjelasan dari maminya ini.
Zora tersenyum miris, dia duduk di kasur Aubrey dan mengusap lembut bantal Aubrey.
"Dia sudah tiada semenjak lima tahun, tepatnya saat malam kelulusan. Entah karena terpeleset atau tak sengaja terdorong, ia tercebur kedalam kolam renang. Putri tante gak bisa berenang, saat adiknya menyelamatkannya ... Nyawanya tak dapat tertolong, dia tiada di malam sebelum ulang tahunnya yang ke delapan belas. Padahal beberapa jam lagi, umurnya sudah menginjak delapan belas tahun." Terang Zora sambil sesekali menyeka air matanya.
Hati Alana seperti tertusuk oleh pedang, sangat sakit melihat kasih sayang maminya terhadap dirinya.
"Dia selalu berkata, jika tante selaly membedakan dirinya dan adiknya. Dia selalu menuduh Bara anak kesayangan, padahal keduanya sama di mata tante. Jika tante memanjakan dia, dia akan semakin melawan dan akan mempunyai kepribadian yang jelek. Tante gak suka dia turut bergabung dengan teman-teman yang jelek pergaulannya, berbeda dengan Bara yang memang tak terlalu suka bergaul. DI tambah, dia anak perempuan tante satu-satunya. Kami harus tegas dengan dia, tetapi ... Malahan keputusan kami merenggang nyawanya." Sambung Zora.
Zora mengalihkan pandangannya pada Alana, doa sedikit terkejut melihat Alana yang sudah menangis.
Tersadar jika Zora sedang memperhatikannya, Alana segera menghapus air matanya dan tersenyum.
"Aku ... Aku tersentuh sama cerita tante, anak tante beruntung punya ibu kayak tante," ujar Alana dengan suara bergetar.
"Bukan, tante yang beruntung memiliki anak sepertinya. Dia jawaban dari doa tante selama 5 tahun, dia anak yang tante dan om tunggu kehadirannya. Dia adalah sebuah anugrah," ujar Zora.
***
Semuanya kini tengah makan malam, Alana pun makan dengan nikmat. Sudah lama sekali dirinya tidak makan masakan sang mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist Transmigration
FantasyMemasuki raga seorang wanita hamil, itulah kejadian yang di alami oleh aubrey Fathiah. dimana ia harus menghadapi berbagai masalah yang datang di kehidupan Alana yang merupakan raga yang ia tempati saat ini. "Mending kita cerai deh, buatnya aja aku...