11 | My Feeling

47 2 8
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Jimin Pov
Seusai melakukan jadwal yang melelahkan aku berniat untuk pulang. Entah kenapa aku lebih sering meminta manajer hyung untuk mengantarku kembali ke rumah. Padahal terkadang Erin membuatku pusing di rumah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10:30 p.m. Perlahan aku masuk ke dalam rumah, sayup-sayup terdengar suara sesorang yang sedang melantunkan sebuah lirik lagu, sudah aku tebak itu adalah suara Erin.

🎶 Take my hands now. You are the cause of my euphoria.. 🎶

Aku melangkahkan kakiku memasuki ruang tengah dan menemukannya sedang duduk di depan grand piano miliknya. Sudah aku tebak dia berniat memainkan alat musik itu.

"Erin.. Ini sudah malam,"

Dengan terkejut dia menoleh ke arahku berdiri.

"Oppa.."

"Kenapa teriak-teriak? Kamu tahu ini sudah malam?"

"Oppa mendengarnya? Dan aku tadi bernyanyi bukan teriak-teriak!"

Tanpa menunggu respon dariku dia beranjak dan berjalan ke arahku. Dan ternyata dia berniat mengambil alih tas dan beberapa kantong yang aku bawa.

"Apa?"

"Biar aku saja.. Mau mandi?"

Jujur saja, memang akhir-akhir ini perhatian kecil dari Erin padaku terasa begitu nyata hingga membuatku sedikit tersentuh.

"Aku akan segera menyiapkan air hangat untukmu, tunggu dulu.."

Aku mengikutinya berjalan masuk ke dalam kamar dan memilih menyenderkan kepalaku di badan sofa sembari menunggunya.

"Oppa.. Kamu tidur?"

Mendengarnya lantas membuatku menoleh ke arahnya yang telah keluar dari kamar mandi.

"Tidak, aku hanya lelah".

"Mandilah, airmu sudah siap".

Aku segera beranjak dan berjalan melewatinya, sampai akhirnya dia melayangkan protesnya yang membuatku menghentikan langkahku.

"Terima kasih, setidaknya ucapkan itu."

"Kamu melakukan ini untuk mendapatkan pujian dariku?"

"Kalau tidak mau yasudah tidak perlu."

Setelah mengatakan itu dia berlalu pergi keluar kamar aku pun bergegas mandi.

Saat selesai dan beranjak keluar dari kamar mandi, aku terkejut karena melihat Erin berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi.

"Ada apa? Kenapa berdiri di situ?"

"Chamomile tea.. ini akan membantumu cepat tidur".

Dia menyodorkan secangkir teh dan aku menerimanya. Setelah itu, ia berlalu dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Kami memang tidur bersama tapi, kami tidak pernah melakukan apapun selain tidur di posisi masing-masing.

Perhatian beruntun yang ia berikan malam ini terasa berbeda. Entah bagaimana mengatakannya, tapi aku tersentuh karenanya. Sepertinya akan sangat tidak berperasaan jika aku tidak berterimakasih padanya.

"Erin-ah.. Terima kasih".

"Tidak perlu oppa, aku hanya melakukan kewajibanku. Itu kan yang ingin kamu dengar?"

"Tidak, ak..."

"Ssstt.. Sudah oppa aku mengerti, katanya kamu lelah jadi sekarang tidurlah".

Aku ikut membaringkan tubuhku di sana dan perlahan memejamkan mata.

•••
Alarm pagi membangunkanku, ini bukan kebiasaanku untuk bangun pagi tapi karena suara alarm Erin sering membuatku terbangun.

Anehnya hari ini aku tidak melihatnya bangun, biasanya dia akan segera beranjak dan mematikan alarm itu. Jadi, dengan masih menahan kantuk aku perlahan beranjak dan mematikannya.

Tidak, aku tidak kembali tidur tapi mencari keberadaannya mengingat ini masih pagi sekali dan dia sudah tidak terlihat.

Aku menuju dapur, dan tidak melihat keberadaannya. Namun di meja makan aku menemukan secangkir teh citrus yang masih hangat dan sepiring sandwich dengan note berwarna kuning di sampingnya.

'Maaf aku harus buru-buru ke kantor. Hanya ini yang bisa aku buat dan aku yakin 100% sandwich ini enak.
Lihat pantry'

Otomatis pandanganku beralih ke meja pantry, aku melihat kotak bekal dengan banyak sandwich di dalamnya dan juga note di atasnya.

'Aku membuat lebih, oppa bisa membawanya nanti. Aku tidak akan terima jika oppa membuangnya!'

"Kekeke.. Menggemaskan sekali dia".

Setelah memakan sarapan itu aku beranjak mandi dan pergi ke dorm. Karena beberapa bulan lagi akan diadakan konser jadi akan fokus berlatih dan juga di selingi beberapa jadwal syuting.

"Suga hyung.."

"Kau sudah datang rupanya, kau sudah sarapan?"

Aku mengangguk dan meletakkan kotak bekal berisi sandwich di atas meja membuat beberapa member yang berada di sana bertanya-tanya.

"Erin yang buat."

"Wow, perhatian sekali dia. Apa dia sudah jatuh cinta padamu?"

"Keke.. Menurutku Jimin yang sudah jatuh cinta padanya Hope-ah.."

Ucapan Suga hyung benar-benar mengena di pikiranku. Sempat beberapa kali aku juga berpikiran seperti apa yang ia katakan.

"Hyung... Ah aku tidak tahu, tapi sekarang perhatiannya terasa berbeda hyung".

"Apa kau merasakan jika gadis itu spesial sekarang?"

"Tidak tahu hyung".

"Benarkan kataku, kalau begitu Erin telah membuatmu jatuh cinta Jimin-ah.. Ya cukhae!".

Tiba-tiba Hoseok hyung menggiringku untuk masuk ke dalam kamar. Aku tahu apa yang akan dia bicarakan.

"Jimin-ah sampai kapan kau akan menyembunyikan semuanya? Kau tidak boleh seperti ini Jimin-ah, lebih baik akhiri hubunganmu dengan Sojeong".

Benar, sebenarnya aku memiliki seorang kekasih. Kim Sojeong, wanita yang menekuni profesi yang sama denganku. Kami berhubungan sebulan sebelum perjodohanku dengan Erin terjadi.

Dari semua member, hanya hoseok hyung yang mengetahui hubungan ini, karena aku memang lebih nyaman bercerita dengannya dan juga kita satu kamar.

"Ini tidak benar. Kau tidak bisa memiliki keduanya Jimin-ah".

"Hyung.. Dari awal yang tidak benar itu perjodohanku dengan Erin".

"Jimin-ah.. kau tidak boleh seperti ini, kau akan menyakiti keduanya. Aku sungguh tidak mengenalmu jika kau berperilaku seperti ini, kau seperti bukan Jimin yang aku kenal".

"Lalu aku harus bagaimana hyung?"

"Kau sudah tahu jawabannya Jimin-ah"

Aku hanya terdiam dan memilih untuk duduk di pinggir tempat tidur.

"Menikahi Erin itu pilihanmu Jimin-ah, walaupun aku tahu itu berawal dari perjodohan tapi jangan jadikan itu alasan pembenaran tindakanmu ini, kau mencintai Erin kan sekarang?"

"Erin membuatku merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya hyung. Aku nyaman di dekatnya dan aku tidak suka jika dia mengabaikanku".

"Kalau begitu kau pasti sudah tahu yang mana yang harus kau pertahankan dan mana yang harus kau relakan".

Selepas mengatakan itu Hoseok hyung pergi keluar kamar dengan raut mukanya yang marah. Aku tahu ini memang salahku.

______________________________________

Haloo guys..
Aku tahu si kyk nya chapter ini rada gimana gitu,
Aku juga merasakan tapi bingung juga mo gimana, jadi aku up aja lah ya
Sorry and thank you..

Annyeong
💜💜💜💜

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang