5 | End of the Moment

59 2 3
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Jimin Pov
Setelah makan malam itu, aku terus meminta penjelasan pada eomma dan appa. Dan ternyata semua ini adalah karena sebuah ikatan janji yang telah kakek buat dengan kakek gadis itu.

Mereka menjodohkanku dengannya karena sebuah perjanjian yang sebenarnya sudah lama mereka buat. Kenapa kakek bisa setega ini padaku, aku seorang idol dengan banyak penggemar dan kakek menyuruhku untuk menikah? Bagaimana jika penggemarku tahu?. Ini benar-benar membuatku pusing.

Segera aku kembali ke dorm dan bertemu Namjoon hyung untuk meminta solusi darinya selaku leader grup kami.

"Hyung... Bagaimana ini?"

"Wae? Kenapa Jimin-ah ada masalah apa?"

Aku menjelaskan semuanya pada Namjoon hyung. Dan sekarang dia nampak sangat terkejut mendengar ceritaku.

"Jinjja? Ah.. Matta, jadi apa yang dikatakan Bang PD tidak main-main rupanya aku pikir dia bercanda"

"Apa hyung? Memangnya Pd-nim bilang apa?"

"Iya salah satu di antara kita akan menikah, dan itu kau rupanya".

"Ahhh hyung.. Aku harus bagaimana?"

"Itu terserah padamu Jimin-ah, tapi jika memang kau menjalankannya aku hanya berpesan untuk tetap mempertahankan dan menjaga nama BTS dan juga Army. Kau pasti paham kan?"

"Apa aku bisa melakukannya hyung?"

"Aku percaya padamu Jimin-ah.. Sebaiknya kita beritahu member lain".

•••
Hari ini Erin bertemu dengan kekasihnya yang sebentar lagi akan kembali menjadi sahabatnya. Mereka akan menghabiskan waktu seharian sebagai sepasang kekasih untuk terakhir kalinya.

"Erin-ah.." Sapa Jaehyun dengan memberi pelukan pada gadis yang dicintainya.
"Aku merindukanmu.." Sambungnya.

"Hmm aku juga.. Kenapa matamu bengkak? Habis menangis ya?"

Jaehyun juga manusia dia bisa menangis ketika harus merelakan orang yang amat dia cintai selama ini akan menjadi milik orang lain bukan dirinya.

"Iya lah, bagaimana tidak sedih sahabat lamaku dan juga kekasihku ini akan segera menikah mendahuluiku".

"Jaehyun-ah, maaf aku tid...."

"Ya!ya! Sudahh. Kita berjanji akan bersenang-senang hari ini. Ayo kita bermain".

Erin dan Jaehyun pergi ke taman bermain. Tempat itu adalah spot favorit mereka untuk menghabiskan waktu kencan. Dulu sejak SMA mereka menjadikan tempat ini sebagai obat penyembuh penat dari berbagai kegiatan di sekolah.

"Wahh.. sepertinya sudah lama kita tidak kesini, benar kan Jae?"

"Hmm terakhir sepertinya satu bulan lalu saat kita merayakan ulang tahunmu".

"Ahh iya benar, Jaehyun-ah ayo kita naik itu".

Mereka menghabiskan waktu di taman bermain, sejenak melupakan kesedihan dengan kesana-kemari menaiki wahana dan bersenang-senang bersama.

Kini mereka sedang menaiki wahana roller coaster. Dari dulu Erin sangat menyukai wahana ini tapi selekas turun biasanya dia akan muntah dan Jaehyun sudah sangat hafal itu semua.

"Kau baik-baik saja?"

"Hm, perutku mual tapi sepertinya aku tidak akan muntah".

Nyatanya di dunia ini banyak hal yang terjadi tanpa kita kehendaki karena benar saja sekarang Erin sedang muntah.

Dia berjongkok dengan Jaehyun yang menepuk pelan punggungnya.

"Yah.. Aku bahkan tidak heran lagi"

Selesai dengan urusannya, Erin segera berdiri kembali.

"Minum dulu.. Kau tau? Kau itu sangat lucu, sudah tahu akan muntah jika naik itu tapi tetap saja naik".

"Karena aku menyukainya, ah.. Jangan mengejekku, bulan lalu aku tidak muntah kok jadi jangan lupakan itu".

"Haha, perutmu sudah tidak apa-apa? Mau lanjut atau pulang?"

"Pulang katamu? Enak saja, kita baru naik tiga wahana".

Akhirnya mereka lanjut bersenang-senang, sampai saatnya mereka naik bianglala. Bianglala selalu menjadi wahana terakhir jika mereka berada di taman bermain.

"Sayang..."

Sapa Jaehyun yang membuat Erin mengalihkan matanya dari pemandangan di luar hingga menatap ke arahnya.

"Hmm? Wae??"

"Terima kasih ya sudah mengizinkanku memiliki hatimu. Emm.. Delapan bulan bukan waktu yang sebentar kan?"

"Emm tidak, kau tahu kan kalau aku akan tetap menyayangimu Jaehyun-ah.."

"Hmm aku tahu. Erin-ah, sayang.. Terima kasih kau sangat hebat dan kau orang yang kuat. Aku ingin sekali tetap berada di sampingmu seperti sekarang tapi aku tidak akan egois".

Mata Jaehyun tidak bisa berbohong, matanya berkaca-kaca menatap Erin dalam-dalam.

"Jaehyun-ah, aku minta maaf. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa menghindari hal itu, Jadi aku mohon maafkan aku.."

"Iya sayang, kau sama sekali tidak salah. Kita sama-sama harus mengerti keadaan bukan? Aku hanya akan kehilangan sosok kekasih bukan sahabat".

"Hmm terima kasih sudah menjadi kekasihku yang baik, pengertian, dan emm.. tampan? Jaehyun-ah aku..."

"Erin-ah.. Bolehkah aku menciummu untuk terakhir kalinya?"

Erin mengangguk menanggapi permintaan Jaehyun. Mereka lantas berciuman dengan air mata yang perlahan mengalir dari keduanya.

Ini benar-benar menyakitkan untuk mereka berdua. Melepaskan orang yang kita cintai bukanlah persoalan yang mudah.

Jika memang ungkapan 'Cinta tak harus memiliki' itu nyata, ini sangat relevan dengan kondisi mereka sekarang. Dan percayalah itu adalah hal yang menyedihkan. Hanya orang kuat yang mampu melakukannya.

Setelah itu, Jaehyun mengantarkan Erin kembali ke rumah dengan selamat. Dengan begitu mereka resmi berpisah dan kembali menjadi seorang teman baik.

Dengan senyuman dia melihat Erin masuk ke dalam rumah dan memilih mengikhlaskan semuanya. Jaehyun adalah lelaki dewasa yang baik hati.

______________________________________

Haloo..
Terima kasih sudah membaca,
Cek-cek storyku yang satunya juga ya,
Semoga enjoy.

Have a good day guys..

Annyeong
💜💜💜💜

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang