21 | Real Life

55 2 1
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Pemandangan indah kembali menyambut mata Erin, melihat sosok laki-laki tertidur dengan wajah innocentnya membuat paginya begitu bahagia. Sebenarnya dia enggan untuk bangun dari tempat tidurnya sekarang tapi, ia harus rela melakukannya untuk pergi mandi.

Saat ia berusaha mengangkat tangan Jimin yang melingkar di pinggangnya, dia malah tersentak karena Jimin semakin mengeratkan pelukannya.

"Erin-ah, sebentar.."

Dengan suara parau khasnya dia berucap, Erin hanya menurutinya dan mengusap-usap punggung Jimin yang malah membuatnya semakin nyaman. Akibatnya tidak ada pergerakan sama sekali dari Jimin hingga memaksa Erin untuk membangunkannya.

"Oppa.. Kita harus bangun sekarang, Jimin oppa.."

Akhirnya Jimin melepaskan pelukannya dan menggeliat berusaha membuka matanya yang sipit itu.

"Aku mandi dulu.."

Erin segera beranjak dari tempat tidurnya meninggalkan Jimin yang masih meregangkan ototnya.

Kini Erin sudah rapi dan sedang menuju dapur yang ternyata imonim sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka. Melihat itu dia pun tersentuh dan memeluk imonim.

"Imonim.. Maaf aku terlambat bangun pagi tadi, terima kasih imonim.."

Tak berselang lama Jimin keluar dari kamar dan segera duduk di meja makan.

"Nona cantik kemarilah.."

Pintanya pada Erin sembari menepuk-nepuk pahanya dengan ekspresi wajah yang gemas.

"Oppa kita akan makan, jadi aku akan duduk di kursi".

"Aa~ Erin-ahh~"

Jimin merengek dan tanpa dia sadari dia sudah bertingkah gemas di sana. Dengan kekehan kecil Erin berjalan ke arah meja makan meninggalkan imonim yang hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Dan akhirnya dia menuruti permintaan Jimin.

"Kenapa kamu beli pakaian begitu banyak sayang? Ini cantik, bukankah ini sangat cocok denganku?"

"Tentu siapa dulu yang pilih, aigoo kiyowo.."

"Aninde, aku pria seksi."

Mendengar kalimat percaya diri Jimin, Erin tersenyum dan mengusap sayang pipi Jimin.

"Kamu kan punya banyak brand pakaian sayang, kenapa tidak banyak membeli dari sana saja?"

"Em.. Kalau begitu, oppa seorang penyanyi lalu apa kamu hanya mendengarkan lagu milikmu saja? Tidak kan?"

"Ah benar juga.."

"Iya, kita tidak boleh menutup mata dan telinga terhadap sesuatu yang ada di sekeliling kita, mungkin nantinnya itu bisa membawa hal baik,"

"Iya sayang.. Oh iya, mulai besok aku benar-benar akan sibuk dengan jadwal latihan. Kamu tahu kan sebentar lagi ada konser, jadi kami harus bekerja keras untuk mempersiapkannya."

"Jadi kamu tidak akan pulang ke padaku Jimin-ssi?"

"Kekeke.. Sejauh aku pergi aku akan kembali padamu Erin-ssi.."

Mereka pun tertawa bersama. Suasana meja makan yang dulunya hanya keheningan, sekarang ini sudah berubah menjadi suasana yang hangat dan begitu ceria.

"Baiklah.. oppa jaga kesehatan ya, jangan lupa makan dan yang terpenting jangan terlalu memaksa, jika lelah harus istirahat. Aku mendukungmu Park Jimin".

Sebuah dukungan dari orang yang di cintai sangat berharga bagi Jimin. Sejak awal debut keluarganya lah sumber dukungan terbesar bagi Jimin, dan sekarang Erin menjadi salah satu diantaranya.

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang