48 | Regret Always Behind

47 2 4
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Pekerjaan yang super sibuk memaksa Jimin untuk terus memfokuskan diri di dalamnya. Meskipun di tengah jadwalnya yang padat itu tentu ia masih memikirkan wanitanya. Memang ia masih merasa kesal dengannya tetap saja ia tidak akan bisa dan tidak akan mau menyingkirkan sosok Erin dalam benaknya.

Beberapa kali dia menghubungi Erin namun tidak ada jawaban darinya. Hal itu membuat dirinya menyimpulkan jika Erin masih marah karena pertengkaran yang terjadi malam itu.

Setelah menyelesaikan jadwal syuting programnya, Jimin dan para member BTS pun kembali ke dorm mereka. Akhirnya mereka akan mendapatkan waktu libur Seollal atau tahun baru imlek, meskipun tidak lama tapi itu akan menjadi waktu berharga untuk mereka bisa beristirahat.

Sedari tadi Jimin memperhatikan Hoseok yang tengah sibuk membereskan pakaiannya.

"Kau mau kemana hyung? Pulang ke rumah?"

"Eoh, aku akan pulang ke rumah orang tuaku, A.. Eomma appa bogosipda."

"Kau pasti sangat senang hyung,"

"Tentu saja, kau tidak akan pulang? Biasanya kau yang paling semangat untuk pulang."

"Tidak aku akan tetap di sini, aku merindukannya tapi aku masih kesal dengannya, bagaimana hyung?"

Sejenak Hoseok menghentikan pekerjaannya dan segera memeluk Jimin membuat mereka berdua terkekeh di sana.

"Ya.. Kau meninggalkannya dalam kondisi marah bukankah dia yang merasa lebih kesal darimu?"

"Aku sudah membujuknya dan meminta maaf tapi dia sama sekali tidak mendengarkanku."

"Bagaimana kalau kau saja yang mendengarkannya?"

Jimin tidak paham dengan kalimat yang Hoseok ucapkan. Dengan posisi duduk di seberang Hoseok dia mencoba meminta penjelasan darinya.

"Jimin-ah kemarin-kemarin aku sengaja tidak mengatakan ini tapi aku akan jujur sekarang. Aku sama sekali tidak tahu di mana letak kesalahan Erin dengan berita itu. Aku sama sekali tidak paham dengan apa yang kau pikirkan."

Tidak ada kata yang keluar dari mulut Jimin setelah apa yang Hyung-nya katakan padanya, dia berpikir dan terus berpikir.

"Memangnya Erin yang menjerumuskan Seojong dalam hal tercela seperti itu? Tidak kan? Lalu kenapa? Kenapa kau kesal dengannya?"

Benar apa yang Hoseok katakan, Jimin terlalu fokus dengan tuduhannya kepada Erin dan mengabaikan fakta yang bergulir. Sebuah berita itu terjadi juga karena adanya sebuah kejadian, dan kejadian disini adalah skandal prostitusi yang merupakan fakta dan fokus utama.

Jadi, yang salah tentu bukanlah Erin melainkan perempuan yang menjadi pemeran utama atas skandalnya sendiri.

"Maaf mengatakannya, tapi apa jangan-jangan kau hanya melampiaskan kekesalanmu karena berita itu pada Erin? Kalau iya kau keterlaluan Jimin-ah."

"Apa maksudmu hyung, a-aku—"

"Seolma.. Kau masih mencintainya?!"

"Aniya hyung, jinjja.."

"Jangan sekali-kali kau ulangi kesalahan itu! Erin pasti berpikir kalau kau masih peduli dengannya sekarang."

"Apa salahnya peduli dengan sesama manusia hyung?"

"Iya tidak sepenuhnya salah, tapi kalau manusia itu mantan kekasih Erin? Menurutmu kau akan bagaimana?"

Jimin terlihat kelabakan dengan pertanyaan yang Hoseok utarakan padanya. Nampaknya dia mulai menyadari atas tindakannya.

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang