14 | The Truth Untold

56 2 4
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Jimin Pov
Apa yang dikatakan Taehyung seakan membuka pikiranku dan membuatku sadar akan perasaanku pada Erin adalah benar adanya. Aku akui jika beberapa kali hatiku berdebar karenanya, bahkan hanya dengan melihatnya tersenyum saja jantungku berdetak tak menentu.

Setiap perhatian tulusnya, mau sekecil apa perhatian itu berhasil membuatku tersentuh. Apalagi sikapnya sekarang yang lebih terbuka padaku membuatku lebih nyaman berada di dekatnya.

Baru pertama kali ini ada wanita yang sangat tulus seperti dirinya yang bahkan aku tidak merasakan itu di diri Sojeong. Aku tidak berniat membandingkan tapi ini yang kurasakan sebenarnya.

Perkataan Erin tadi malam cukup membuktikan bahwa dia benar tulus dengan perasaannya. Aku merasa bahwa aku telah menemukan rumahku.

Dan aku mengerti sekarang aku tidak hanya membutuhkan Erin ada di sampingku tapi aku juga mencintainya setulus hatiku.

Sesampainya di rumah, aku putuskan untuk berbicara padanya tentang semua hal yang aku sembunyikan padanya.

"Erin-ah, apa kita bisa berbicara sebentar?" 

Dia mengangguk dan kami berdua duduk di sofa ruang tengah. Entah kenapa gugup sekali rasanya.

"Kamu masih marah padaku tentang tadi pagi?"

"Tidak, oppa tidak apa-apa? Kenapa tanganmu gemetar seperti itu? Sebentar.."

Tiba-tiba dia beranjak dari tempat duduknya pergi berjalan ke arah dapur. Ternyata dia mengambil air putih dari sana lantas kembali.

"Oppa tidak sakit kan? Ini minum dulu,"

Aku menggeleng lalu meminum air putih itu berharap gugupku sedikit mereda setelahnya.

"Ekhm.. Erin.."

Aku menatap mata coklatnya dalam-dalam hingga membuat jantungku terus berdetak tak beraturan. Aku bahkan yakin wajahku sudah merah sekarang.

"Iya katakan saja,"

"Baiklah aku akan berbicara jujur sekarang, dengarkan aku. Erin-ah, bagaimana jika aku menyukaimu?"

"Nee??!"

"Iya aku menyukai senyummu, semua perhatianmu padaku. Bagaimana caramu menghargaiku dengan berusaha belajar mengurusku itu sangat menyentuh. Aku sangat bisa merasakan ketulusan itu darimu."

"Apa ini karena perkataanku tadi malam? Aku ingat, dan oppa tidak perlu merasa terbebani dengan perkataanku."

"Tidak, itu bukan beban tapi aku sungguh merasakan itu."

"Sebentar, apa itu artinya oppa benar-benar mencintaiku?"

Aku mengangguk dan membawa tangannya untuk aku genggam. Bisa aku lihat sudut bibirnya yang perlahan naik. Melihatnya seperti ini membuatku enggan melanjutkan lagi ucapanku tapi aku harus jujur padanya sekarang.

"Tapi Erin-ah.. Ada satu hal lagi yang harus kamu tahu, aku memiliki kekasih."

Seakan di buat melayang namun seketika di jatuhkan begitu saja, mungkin itu yang sedang Erin rasakan sekarang. Erin sangat terkejut dan aku yakin dia kecewa denganku sekarang, hingga perlahan dia mulai menurunkan pandangannya dariku.

"Aku sudah bersamanya satu bulan sebelum kita bertemu."

"Kalau sudah seperti ini lalu apa yang harus aku lakukan? Oppa mengharapkan apa dariku? Menerima itu semua?"

"Maafkan aku, aku sadar aku salah dan aku tidak tahu jika akhirnya aku jatuh cinta denganmu seperti ini.."

"Maksudnya? Kamu berniat mempermainkan pernikahan ini dari awal? Aku tahu ini perjodohan tapi kamu bisa menolak itu dari awal, tidak seperti ini."

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang