¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Setelah seharian selesai dengan urusan di perusahaannya, kini Erin tengah sibuk melakukan urusan rumahnya. Dengan bantuan imonim dia sedang menata pantry dan rak champagne miliknya.
Saat sedang mengobrol di sana, Erin dikejutkan dengan suara bel rumahnya yang berbunyi. Dia pun segera beranjak ke arah interkom untuk melihat sosok di depan rumahnya yang ternyata adalah kakaknya. Tanpa lama dia pun mempersilakannya untuk masuk.
"Junho oppa, kenapa datang?"
"Kenapa lagi tentu aku harus menengok adik kesayanganku ini."
"Aigoo.. Aku tahu, oppa hanya beralasan saja kan? Jimin oppa tidak ada."
"Apa? Eopseo? Mama bilang menantu tampannya itu pulang makanya mama menyuruhku mengantarkan banchan ini."
"Iya, dia pergi ke agensi untuk rekaman."
Dengan sigap Erin berniat mengambil tas besar yang Junho bawa. Tapi kakaknya menolak memberikannya dengan alasan berat. Dengan mengekori Junho, Erin kembali ke dapur.
"Annyeonghaseyo imonim, lama sekali aku tidak melihat imonim, iya kan?"
"Keke.. Nee annyeonghaseyo, syukurlah tuan Junho baik-baik saja dan semakin tampan ya sekarang.."
"Ah imonim tapi memang iya sepertinya. Mama menyuruhku mengirim banchan ke sini, dan ini..."
Junho menyodorkan satu tas yang berbeda dengan banchan yang ia bawa kepada imonim.
"Jokbal.. Imonim masih menyukainya kan? Kedai itu ternyata masih buka imonim, dulu imonim sering mengajakku ke sana."
"Benarkah? Aigoo.. Terima kasih,"
"Kenapa aku tidak pernah tahu? Imonim tidak pernah mengajakku."
"Kau tidak suka, makanya kau sering menolak ikut, kau lupa?"
"Tidak tahu, aku tidak ingat."
Karena kehadiran kakaknya, Erin terpaksa menghentikan aktivitasnya meninggalkan imonim yang masih berkutik merapikan banchan ke dalam lemari pendingin.
"Oppa.. Maaf ya, tapi aku ingin mochi stroberi."
"Apa itu juga keinginan angel-nim?"
"Keke.. Bagaimana ini?"
"Apa maksdmu dengan bagaimana, tentu kau harus memakannya jika ingin. Jimin kapan pulang?"
"Oppa, di ujung jalan sana ada cafe, dia menjual mochi dan itu sangat lezat, bagaimana kalau kita pergi ke sana?"
"Tidak-tidak, tunggu saja di sini aku akan membelikannya."
Mendengar itu Erin pun tersenyum bahagia, bagaimana tidak dia pikir Junho akan menolak mentah-mentah permintaannya karena biasanya memang seperti itulah sifat kakak ke duanya yang jahil itu.
Sembari menunggu pesanannya, dia pun memilih mengistirahatkan dirinya di ranjang. Saat sejenak ia memejamkan matanya, tiba-tiba pikirannya melalang buana menjurus ke sesuatu yang erotis.
"Aigoo.. Apa yang aku pikirkan? Kapan dia akan pulang?"
Dengan segera dia menyadarkan dirinya dan meraih ponselnya untuk mencari kabar dari suami tercintanya. Dengan satu ketukan dia berhasil menghubungi Jimin.
Namun, tanpa di sangka pria itu telah berdiri di ambang pintu memperhatikannya.
"Sayang.."
Merasa mendengar sapaan itu bukannya menoleh ke arah Jimin berdiri tapi dengan gemasnya Erin beberapa kali memeriksa ponselnya yang masih berusaha menghubungi Jimin, karena ia kira suara itu berasal dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...