¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Setelah perdebatan yang terjadi pagi tadi, mereka berdua tidur terlelap. Untungnya hari ini Jimin tidak memiliki jadwal khusus kecuali pergi berlatih siang nanti. Jadi dia bisa beristirahat lebih lama.
Masalahnya adalah Erin, dia harus membolos kuliah dan bekerja hari ini karena tubuhnya yang tiba-tiba demam tinggi.
Jimin yang merasakan perubahan suhu tubuh Erin pun terbangun dari tidurnya. Dia mendapati kulit Erin yang memerah dan tubuhnya banyak mengeluarkan keringat dingin.
"Sayang.. Erin-ah.."
"Oppa.."
Segera Jimin beranjak mengambil termometer di laci meja dan menempelkannya pada telinga Erin. Benar saja suhu tubuh Erin mencapai 38,4 derajat Celsius.
"Sayang kamu demam, kenapa bisa tiba-tiba demam seperti ini? Tunggu sebentar".
Jimin berjalan keluar mengambil kompres air hangat dan tak lupa dia minta tolong imonim untuk memanggilkan dokter.
Dengan telaten Jimin mengkompres kening Erin dan mengusap keringat dari tubuhnya. Apa yang ia lakukan sekarang memperlihatkan sikap gentlemen-nya.
"Sebentar lagi dokter datang, sayang.. Kamu mau aku bantu mengganti bajumu? Bajumu basah.."
Erin terdiam berpikir apa harus dia mengizinkannya. Sejenak mereka hanya saling menatap.
"Kalau begitu aku panggil imonim saja ya, biar dia yang membantumu".
Saat ingin beranjak, Erin berniat mencegah Jimin dengan meraih tangannya namun meleset hingga akhirnya tangannya mendarat di paha Jimin.
"Bantu aku, ah maaf.."
Dengan senyuman Jimin turun dari ranjang untuk mengambil pakaian ganti untuk Erin dan segera kembali. Perlahan dia membantu Erin untuk duduk.
"Maaf ya sayang.."
Satu persatu dia tanggalkan pakaian Erin dan menggantinya dengan yang baru. Senyuman canggung terus Jimin berikan hingga membuat Erin tersenyum melihat tingkahnya.
"Apa yang kamu pikirkan Jimin-ssi?"
"Keke.. pemandangan ini terlalu indah sekaligus bahaya untuk sekarang, jadi aku harus segera menyelesaikannya".
Perkataan Jimin membuat Erin terkekeh kecil hingga akhirnya suara ketukan pintu terdengar.
"Tuan, dokter sudah ada di depan.."
"Ah baiklah, imonim nanti tolong temani Erin.. Terima kasih".
Imonim mengiyakan dan pergi keluar untuk membukakan pintu.
"Aku harus main petak umpet dulu sayang, maaf ya tidak bisa menemanimu.."
"Iya, cepatlah pergi.."
Jimin mendekatkan bibirnya ke arah Erin, tapi dengan cepat Erin menahannya.
"Jangan, nanti kamu tertular.. Pergilah sekarang".
Jimin menurutinya namun terlebih dahulu dia mendaratkan bibirnya di leher Erin dan segera berlari keluar kamar.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengklaim jika Erin mengalami demam psikogenik yang merupakan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh stres. Dan juga dia mengalami dehidrasi karena demam yang di alaminya yang mengakibatkan dia harus diinfus.
Dokter menyarankan untuk sementara waktu dia tetap beristirahat dan selalu menjaga cairan tubuhnya.
Sesaat setelah dokter meninggalkan rumah mereka, Jimin pun kembali masuk ke dalam kamar dan segera memeluk Erin yang sedang berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...