¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Next...
Jam menunjukkan pukul 9:00a.m, Jimin terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ponsel yang berdering.Ponsel itu adalah milik Erin. Jimin bangun dan meraihnya. Itu adalah panggilan dari Kim biseo.
Melihat Erin yang masih terlelap tidur dan memang baru tiga jam mereka beristirahat. Jimin memutuskan untuk mengangkatnya.
Incoming Call-Bomi Eonni
"Hallo Kim biseo""Oh apa ini Jimin-ssi?? oh maaf.. Erin tidak masuk ke kantor jadi aku hanya ingin memastikan keadaannya, ada apa dengannya?"
"Nee, sepertinya dia lupa memberitahumu, Kim biseo hari ini dia tidak bisa pergi bekerja.. Maaf"
"Emm.. Tapi kenapa? Apa dia sakit? Jika iya aku akan kesana sekarang"
"Iya dia sedang sakit, tapi kamu tak perlu kemari Kim biseo.."
"Waeyo?? Sakit apa Jimin-ssi?"
"Ohh emm.. Itu karenaku. Aku minta tolong bantu pekerjaan Erin hari ini Kim biseo"
"Ahhh jadi itu.. Nee aku mengerti, aku tutup teleponnya sekarang"
"Nee, terima kasih Kim biseo.."
Call Ended.Jimin mengembalikan ponsel Erin dan kembali ke ranjang. Perlahan dia kembali mendekap tubuh Erin dalam selimut.
Beberapa jam berlalu kini giliran ponsel Jimin yang berdering hingga membangunkan mereka berdua dari alam mimpi.
"Ehm.. Kamu sudah bangun sayang?"
Jimin berdehem untuk menghilangkan suara serak khas bangun tidurnya.
"Hmm ponsel oppa.."
Jimin bangkit mengambil ponselnya. Melihat Jimin berjalan tanpa sehelai benang, Erin segera menutupi wajahnya dengan selimut.
Panggilan itu adalah dari manajernya. Manajernya hanya sekedar mengingatkan Jimin agar datang ke perusahaan untuk melakukan sebuah pekerjaan.
Tak lama kemudian Jimin berjalan kembali menuju ranjang.
"Manajer hyung...."
Seketika Erin membuka selimutnya dan menatap Jimin. Dia khawatir terjadi sesuatu dengan Jimin.
"Kenapa?"
"Dia mengingatkanku jika besok aku harus melakukan siaran langsung, ah aku bahkan lupa lusa hari ulang tahunku".
Erin hanya ber'oh'ria dan menenggelamkan lagi kepalanya di dalam selimut.
"Oh?!? Kamu mau jariku menggelitiki perutmu lagi seperti waktu itu?"
Jimin mengatakannya seperti sedang mengancam anak kecil karena kesal dengan reaksi yang di berikan. Dan benar saja itu seperti cara ampuh untuk mengancam Erin.
"Keke.. Oppa pasti akan senang mendapatkan begitu banyak ucapan dari penggemarmu nantinya."
"Tentu saja, aku sangat berterima kasih. Padahal itu bukan hari yang besar seharusnya."
"Itu hari yang besar oppa, karena di hari itu pria tampan ini lahir membawa kebahagian untuk eommoni dan juga abeonim."
Perkataan Erin membuat Jimin mengeluarkan tawa dengan suara beratnya. Walaupun itu hanya perkataan sederhana, nyatanya makna yang terkandung terasa dalam dan mengharukan.
"Sepertinya aku tidak bisa menjadi yang pertama untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Para penggemarmu pasti akan mendahuluiku, keke.."
"Keke.. Kamu bisa mengucapkannya sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...