24 | Mine

50 2 2
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Setelah kejadian itu, malam tadi Jimin kembali ke rumah dengan di antar manajer dan bodyguardnya. Tentunya dia kembali dengan kondisinya yang tidak baik-baik saja, lelah dan juga masih merasa kecewa pada dirinya atas apa yang terjadi.

Erin merasa sedih melihat Jimin yang seperti itu, dia mengerti apa yang suaminya itu rasakan sekarang tidak kurang dari sebuah rasa kegagalan. Namun, dia harus tetap menanamkan energi positifnya pada Jimin.

Sudah hampir satu jam yang lalu Erin terbangun, dia memutuskan untuk absen dari semua kegiatannya hari ini dan memilih membiarkan dirinya berbaring dengan Jimin dalam dekapannya.

Usapan-usapan lembut sesekali dia berikan di rambut tebal Jimin. Hingga akhirnya dia merasakan pergerakan dari Jimin yang mulai menggeliat.

"Tidak apa-apa tidurlah lebih lama".

Perlahan Jimin membuka matanya dan menatap Erin tanpa berkata apapun.

"Kenapa? Apa aku secantik itu sampai oppa menatapku lama sekali?"

Mendengar itu Jimin pun tersenyum dan berucap dengan suara beratnya yang sedikit serak.

"Kamu memang sangat mengenal dirimu sendiri sayang,"

"Keke.. Mau mandi sekarang?"

Jimin menggelengkan kepalanya pelan dan kembali ke dalam dekapan Erin. Mereka berdua akhirnya kembali tidur hingga beberapa jam kemudian Jimin terbangun karena tidak menemukan Erin di sana.

Sebenarnya beberapa menit yang lalu saat Jimin melepas pelukannya, Erin bangun dan segera membersihkan dirinya. Dan sekarang dia ada di dapur untuk mengambilkan air putih hangat untuk Jimin.

"Ini minum dulu,"

"Terima kasih".

"Iya, oppa mandi sekarang ya, biar aku siapkan dulu air hangatnya."

Jimin mengangguk dan segera Erin beranjak pergi ke kamar mandi.

Berselang beberapa menit kemudian, Erin kembali dan menemukan Jimin yang tengah duduk di sofa menyandarkan kepalanya dengan mata yang terpejam.

Dengan langkah pelan Erin menghampirinya.

Awalnya ia ingin mengagetkan Jimin, namun niat itu ia urungkan. Dengan kedua tangannya bertumpu pada bagian atas sofa, Erin mempertemukan wajahnya dengan wajah Jimin. Satu kecupan berhasil mendarat di bibir marshmallow Jimin.

Perlahan Jimin membuka matanya dengan kedua tangannya yang sudah bertengger mesra di pinggang Erin.

Sesaat mereka berdua hanya saling memberi tatapan, hingga pipi keduanya perlahan mengembang menampilkan senyuman manis.

"Mandilah oppa.."

Jimin mengangkat tangannya ke atas mengisyaratkan Erin untuk melepaskan bajunya.

Erin membantu Jimin meloloskan kaos yang dia pakai. Hingga sekarang terlihat jelas otot bagian atas tubuhnya dan juga otot perut Jimin yang tidak begitu menonjol tapi begitu menggoda Erin sampai dia tak bisa berpaling.

"Jadi ini ya yang membuat penggemarmu heboh kemarin?"

Dengan gemasnya dia menunjuk bagian perut Jimin hingga membuat yang punya terkekeh kecil lantas berdiri dari tempat duduknya.

"Sebaiknya oppa jangan sering memperlihatkannya pada mereka. Karena ini milikku sekarang."

Erin tak kuat menahan tangannya untuk tidak menyentuh perut pack Jimin.

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang