¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Setelah selesai membersihkan diri, Erin segera keluar kamar karena dia lapar jadi dia harus makan sesuatu.
"Imonim.. Annyeonghaseyo, aku tidak tahu kalau imonim datang."
Sapanya kepada seorang wanita yang sudah sedikit tua yang merupakan salah satu orang yang selama ini membantunya di rumah orang tuanya.
"Nee, saya baru sampai agassi, ah maaf nyonya.."
"Ehey.. Imonim, panggil aku seperti biasanya saja"
Erin sudah dekat dengannya karena memang sejak kecil imonim sudah bekerja di rumah orang tuanya. Menanggapi itu imonim hanya tersenyum ke arahnya.
"Kamu sudah menikah jadi imonim tidak bisa memanggilmu seperti itu lagi,"
Mendengar kata menikah membuat Erin mendengus seakan masih tak percaya dengan hal itu.
Setelah itu mereka berdua berkutik di dalam dapur menyiapkan makan malam.
"Apa imonim tidak bisa tinggal di sini saja? Maksudku dari pada bolak-balik lebih baik tinggal di sini saja bersamaku.."
"Maaf saya tidak bisa nyonya, dan sekarang juga putra bungsu saya sedang sakit di rumah jadi saya harus pulang, maaf.." Ucap Imonim dengan penuh sopan.
"Ah begitu ya.. Padahal aku harus belajar banyak darimu imonim.
Kalau begitu setelah ini imonim lekas kembali ke rumah saja ya.."Tak lama kemudian, hidangan telah tersaji di meja makan. Sedari tadi dia tidak melihat Jimin keluar dari kamarnya. Bergegas Erin mengetok pintu kamarnya.
Tok tok,
"Oppa.."Tidak ada jawaban dari dalam dan dia berinisiatif untuk membuka pintu kamar itu. Dan dia tidak menemukan Jimin hanya suara samar dari dalam kamar mandi.
"Oppa ada di dalam?"
"Apa kamu baik-baik saja?"
Masih sama, tidak ada jawaban dari sana yang menyebabkan dia terus mengetuk pintu kamar mandi.
"Jimin oppa? Jimin-ssi??"
Ceklek,
"Wae?"Jimin membuka pintu kamar mandinya tiba-tiba membuat Erin tersentak kaget karenanya. Dan untungnya Jimin keluar dengan pakaian lengkap yang sudah menempel ditubuhnya.
"Kenapa tidak menjawabku?"
"Iya aku mandi di dalam, ya.. Kenapa kau sembarangan masuk? Kalau begini apa gunanya menggunakan kamar terpisah".
Cih, sangat menyebalkan dan tidak punya sopan santun. Apa dia memang angkuh seperti ini?~Erin
"Enak saja sembarangan, aku tadi sudah mengetuk pintu.. Dan tidak ada jawaban makanya aku masuk".
"Terus apa? Kau mau apa?"
"Ayo makan".
Mereka berdua lanjut makan bersama di meja makan. Seakan tak ingin membuka suaranya, mereka hanya fokus dengan makanan mereka masing-masing.
Sempat beberapa kali Erin mencuri pandang terhadap sosok laki-laki yang tengah duduk di hadapannya itu.
Kalau begini dia terlihat lembut seperti yang orang lain pikirkan, tapi tadi....~Erin
"Kau menyukaiku Erin-ah?"
"Apa?! Sebentar, Erin-ah? Jadi kamu tahu namaku kan? Kenapa tadi siang kamu terus memanggilku yayaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...