54 | Flutter of Happiness

51 2 0
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Musim telah berganti, hari-hari silih berganti terus disambut dengan bahagianya. Terhitung hampir dua bulan berita kehamilan Erin mengudara di antara keluarga membuat mereka terus berbondong menyalurkan antusiasnya.

Begitu pula dari keluarga Park, mereka sangat menanti kehadiran buah hati dari putra dan putrinya itu yang nantinya akan menjadi cucu pertama dari keluarga mereka kelak.

Tak ayal jika nyonya Park selalu berusaha menjaga Erin bisa di bilang dirinya lebih protektif terhadap menantunya itu. Beliau menjadi lebih sering datang ke rumah anaknya hanya untuk melihat kondisi Erin, membawakannya buah tangan atau sekedar membuatkan makanan untuknya.

Beberapa kali nyonya Park bahkan meminta Erin untuk ikut tinggal di rumahnya saja, bukan tanpa alasan karena sebenarnya Erin juga sendirian di rumah karena putranya yang sangat sibuk dengan pekerjaannya menjadi idol.

Namun, Erin pun sangat berterima kasih dan dengan sopan menolak itu, dengan alasan bahwa dirinya masih bisa beraktivitas seperti biasanya karena kehamilannya juga masih sangat muda yaitu baru akan menginjak usia tiga bulan.

Seperti saat ini, dirinya baru saja selesai bermain golf dengan teman dan kakak-kakaknya. Dan sekarang dia sedang menuju ke pasaraya.

Alasan Erin pergi ke sana adalah dia harus meninjau secara langsung salah satu brand pakaian baru yang perusahaannya keluarkan. Tidak main-main, saat ini perusahaan Erin berhasil meluncurkan lebih dari 10 merek pakaian. Dimana beberapa merek menjadi primadona dan selalu menduduki peringkat atas penjualan setiap bulannya.

Tanpa mengganti busananya, Erin berjalan bersama Bomi dan juga Seha dengan beberapa bawahannya yang mendampinginya.

Erin sangat terlihat fancy dengan balutan one piece golf dress yang sedikit ketat dengan kaos kaki hampir setinggi lututnya. Perutnya pun sekilas masih terlihat rata walaupun kenyataannya dia telah kehilangan seluruh otot perutnya.

"Sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini Erin-a, kau bisa menyuruhku atau menyuruh ketua tim saja.."

"Tidak apa-apa eonni, aku hanya sebentar saja,"

Sesampainya di sana, Erin berkeliling toko melihat keseluruhan desain dan display pakaian dengan manajer toko yang setia mengikutinya.

Mungkin ada sekitar 15 menit dia berada di sana, tiba-tiba Seha mendekatinya dan membisikinya sesuatu yang membuat Erin tampak membolakan matanya.

"Benarkah? Dimana dia?"

Seha pun menunjuk ke arah luar di mana di sana terdapat seorang pria berkacamata hitam sedang berjalan seakan ingin menghampirinya. Sosok dengan pakaian yang stylish dengan celana bahan dan kemeja polos yang tampak casual namun rapi. Melihat apa yang pria itu kenakan tentu Erin langsung mengenalinya karena itu adalah suaminya.

Karena dirinya hanya mematung, sekarang Jimin telah berada tepat di depannya dan perlahan mendekatkan bibirnya ke telinga Erin.

"Aku menunggumu sedari tadi.."

Jantung Erin pun berdegup kencang, alasannya karena sekarang mereka menjadi tontonan para pegawainya.

"Manajer-nim, maaf tapi bisakah kamu meminjamkan ruanganmu sebentar?"

"Nee daepyonim, sebelah sini.."

Tanpa basa-basi Erin menggandeng Jimin dan membawanya masuk ke dalam. Segera dia kunci pintunya dan mematikan cctv di dalam agar Jimin bisa leluasa membuka atribut safety-nya.

"Oppa.."

"Keke.. Kamu panik sekali,"

"Kapan kamu kembali? Ah tidak-tidak kenapa malah kemari? Oppa.. Di sana ada banyak orang, bagaimana kalau mereka ta...."

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang