¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Beberapa hari telah berlalu, selama itu Jimin dan Erin sering bertemu di rumah mereka. Entah kenapa seperti tidak ada apa-apa yang terjadi di antara keduanya. Erin tetap mengurus Jimin seperti biasanya, bedanya sikapnya menjadi lebih dingin seperti awal mereka bertemu.
Suatu malam tanpa sengaja Erin melihat dan mendengar Jimin yang sedang melakukan panggilan dengan seseorang yang ternyata adalah Sojeong. Dan benar dia tidak menunjukkan emosi apapun terhadap itu.
Sikapnya sekarang justru terkesan acuh atau malahan biasa saja dengan hubungan Jimin dan kekasihnya itu. Namun sekali lagi jika Erin adalah wanita yang sulit ditebak.
Sedari tadi pagi dia sudah keluar dari rumah meninggalkan Jimin untuk pergi ke kampus. Sebenarnya hari ini dia tidak memiliki kelas tapi dia ke sana untuk menjemput Jaehyun.
Mereka pergi ke tempat ice skating dengan Kim biseo yang juga ikut bersama mereka.
Begitu santainya mereka meluncur kesana dan kemari. Karena dia begitu ahli, Jaehyun meluncur mundur dan sesekali memperhatikan lajurnya di belakang. Dia melakukan itu untuk bisa menatap Erin yang sekarang ada di depannya.
"Erin-ah, kenapa kau diam saja sedari tadi? Apa ada masalah?"
Bukan tanpa alasan Jaehyun bertanya demikian karena memang dari penglihatannya Erin terlihat berbeda. Jaehyun tidak mengetahui mengenai kenyataan yang Erin hadapi belakangan ini, hanya Bomi lah yang tahu.
"Hm? Tidak, aku hanya berpikir nanti setelah ini kita harus makan apa ya?"
"Keke.. Ya, kau tidak bisa bohong dariku, apa? Apa yang kau sembunyikan?"
Dan nampaknya dia benar-benar memahami betul karakter Erin. Bomi yang melihat mereka berdua lantas berusaha menyelusup ke dalam pembicaraan keduanya.
"Ya.. Apa kita berhenti bermain saja?"
"Apa maksudmu nuna, kita baru mulai."
"Kita akan di sini sampai satu jam lagi,"
Erin kembali meluncur meninggalkan kedua temannya yang hanya diam melihatnya semakin menjauh.
Tiga puluh menit berlalu, Bomi sudah menyerah dan memilih keluar. Kini tinggal Jaehyun dan Erin yang bersenang-senang di dalam sana. Hingga akhirnya sebuah tragedi terjadi, tiba-tiba Erin terjatuh karena tidak bisa mengontrol lajunya.
Jaehyun yang melihat itu awalnya tertawa keras karena ini bukan pertama kalinya Erin terjatuh tersungkur. Namun, saat mendekat dia tiba-tiba panik karena melihat mata Erin yang basah.
"Ya.. Gwenchana?! Kenapa menangis?"
"Jaehyun-ah.."
Begitu sesak Erin rasakan hingga ia berniat berteriak dan mengatakan semuanya pada Jaehyun. Namun ia urungkan karena ia sadar itu tidak akan menyelesaikan masalahnya tapi justru bisa memperbesar masalah.
"Sakit? Di mana yang sakit?"
Bomi yang mendengar perkataan Jaehyun lantas segera berlari masuk ke dalam ring.
"Kau tak apa? Ya.. Tanganmu luka Erin-ah, sudah berhenti saja mainnya, ayo berdiri,"
Segera Erin berdiri dengan bantuan kedua temannya itu. Dengan hati-hati Jaehyun menuntun Erin dan sekarang mereka duduk di bangku yang ada di sana untuk mengobati luka di telapak tangan Erin.
"Kenapa menangis? Apa hanya karena luka kecil seperti ini?"
"Ini perih Jae,"
Setelah mengatakan itu, Erin beralih memandang Bomi yang menatapnya dengan tatapan sendu. Seolah memberi jawaban kalau dia baik-baik saja, Erin melempar senyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...