¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤Next...
Keduanya pergi secara terpisah, Jimin akan pergi sendiri sedangkan Erin dia di jemput oleh kakak pertamanya, karena mereka tidak ingin gegabah dan memilih untuk mencari aman saja.Dan kebetulan istri Minho tidak bisa ikut karena sedang dalam perjalanan bisnis, jadi Erin tak segan menyuruh kakaknya untuk menjemputnya.
Erin dan Minho telah sampai di Park Hyatt hotel dan tengah melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
Tanpa ia sangka, lagi dan lagi Erin berpapasan dengan Minhyun yang tengah keluar dari dalam lift. Dia sedikit terkejut melihat itu yang akhirnya mereka berdua pun saling menyapa satu sama lain dan sedikit berbasa-basi.
"Aku di sini karena ada sedikit pekerjaan yang harus aku lakukan Erin-ah,"
"Di sini?? Ah begitu ya.."
"Apa dia suamimu?"
Bukan tanpa alasan Minhyun bertanya seperti itu karena dia memang tidak mengenal Minho dan terlebih sedari tadi Minho merangkul pundak adiknya itu jadi, tidak heran Minhyun berspekulasi demikian.
Erin pun sedikit tercengang namun ia berusaha untuk tetap tenang di hadapannya dan secara mulus mengalihkan pembicaraan dan segera berpisah darinya.
"Pria itu menyukaimu rupanya."
"Bagaimana oppa bisa tahu? Dia baru menyatakan perasaannya beberapa waktu lalu,"
"Terlihat dari tatapannya, jangan bergaul dengan pria itu."
"Berkat oppa aku tidak memiliki teman pria selain Jaehyun."
"Karena kau memang tidak membutuhkannya."
Seluruh keluarga sudah berkumpul. Sudah sekitar tiga puluh menit berlalu sejak Erin duduk di sana tapi Jimin belum sampai juga. Beberapa kali dia menghubungi Jimin namun tidak ada balasan darinya. Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon rumah.
Outgoing Call-Home
"Halo..""Iya Nyonya,"
"Immonim, apa Jimin oppa masih ada di rumah sekarang?"
"Tidak Nyonya, Tuan Jimin sudah pergi sekitar tiga puluh menit yang lalu."
"Oh begitu ya, baiklah immonim terima kasih.."
Call Ended.Sempat ia khawatir dengan Jimin, namun kekhawatirannya tak berlangsung lama karena laki-laki itu telah menampakkan wujudnya di sana.
"Maaf aku terlambat.."
"Bintang utama memang selalu hadir belakangan jadi tak perlu minta maaf Jimin-a,"
Mereka semua tertawa kecil dengan ucapan Tuan Bae tak terkecuali Jimin yang kini mendudukkan dirinya di samping Erin dan membisikkan sesuatu padanya.
"Obat pencernaannya bekerja tidak di waktu yang tepat,"
Erin pun tersenyum gemas padanya.
Sebelum akhirnya memulai acara makan malamnya, terlebih dahulu mereka memberikan surprise untuk Jimin. Tema makan malam kali ini tak lain untuk merayakan ulang tahun Jimin yang telah lewat satu minggu yang lalu.
Secara bersama-sama mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk Jimin dan secara bergantian mengucapkan selamat padanya.
Bertubi-tubi Jimin mendapatkan ucapan dan doa dari seluruh keluarga yang hadir di sana. Senyum bahagia jelas terukir di wajah tampannya.
Dia segera beranjak dan memberikan buket bunga yang telah ia persiapkan kepada Nyonya Park.
"Eomma ini untukmu, seperti yang Jimin katakan waktu itu, aku sangat berterima kasih eomma sudah melahirkanku di dunia yang indah ini. Aku harap eomma dan appa tetap bahagia dan sehat selalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
L I F E | {Park J•M} {Bae E•N}
FanfictionLIFE Sebuah kisah hidup dua insan yang terpaksa menyatu untuk mewujudkan sebuah janji yang bahkan tidak mereka pikirkan sebelumnya. Dengan siapa dia harus meminta pertanggungjawaban atas kebahagiaan yang seakan perlahan menghilang itu? Jawabannya...