18 | Angel Baby

69 2 0
                                    


¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Terjadinya pernikahan biasanya diawali karena adanya sepasang manusia yang saling mencintai. Berbeda untuk Jimin dan Erin, perjodohan yang mereka lakukan membawa cinta yang perlahan tumbuh di antara keduanya.

Tentunya semuanya terjadi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak liku yang mereka hadapi hingga sampai dititik ini. Sampai dititik dimana kedua perasaan itu menyatu dengan begitu sempurnanya.

Sejatinya di kehidupan ini hanya Tuhan lah yang tahu apa yang akan terjadi.

Hari sudah gelap, sinar matahari telah berganti dengan rembulan. Erin yang sudah merasa enakan pada tubuhnya kini berada di meja makan. Sembari melihat ponsel dan mengecek email dan urusan pekerjaan segala macam, dia menikmati buah semangka di sana.

Karena sepertinya terlalu fokus dengan aktivitasnya itu, Erin tidak tahu Jika Jimin tengah masuk ke dalam rumah.

Merasa Erin tidak menyadari kehadirannya, Jimin sengaja melangkahkan kakinya dengan pelan untuk mendekat ke arah Erin. Karena tahu jika Erin takut dengan hantu Jimin akan mengagetkannya dengan suara bisikan di telinganya.

"Erin-ahh~"

Sudah bisa di tebak, Erin terkejut setengah mati. Dia menoleh dengan raut wajahnya yang ketakutan. Melihat itu Jimin pun tertawa keras sampai terjongkok di lantai.

"Kekeke.. Ini aku sayang, kamu lucu sekali.."

"Ah oppa! Jangan seperti itu!"

Erin berdiri dan pergi ke dapur dengan wajah kesalnya meninggalkan Jimin yang masih terkekeh di sana. Sadar jika Erin tengah kesal karena perbuatannya, Jimin pun segera bangkit dan menyusulnya.

"Kekeke.. Arraseo-arraseo mianhae,"

"Kenapa jahil sekali sih."

"Soalnya kamu menggemaskan sayang, aku suka itu."

Mendengar kalimat itu Erin yang sedang menuangkan air putih mendadak tersipu hingga pipinya menggembang merah muda. Jangan lupakan jika hubungan percintaan mereka baru dimulai, artinya ini pertama kalinya Erin mendengar gombalan Jimin.

Jimin yang melihat itu pun terkekeh lalu sejenak menempelkan telapak tangannya di kening Erin untuk memeriksa suhu tubuhnya.

"Demammu sudah turun rupanya, luka di tanganmu bagaimana?"

"Sakit.."

Gemasnya Erin mengatakan itu dengan manja lalu mempoutkan bibirnya sembari menatap dua luka di tangannya yang masih dibalut perban.

"Benarkah? Kalau begitu aku harus membacakan mantra agar dia cepat sembuh, tunggu sebentar".

Jimin membawa tangan Erin mendekat ke bibirnya dan dia pun menutup kedua matanya. Sejenak situasi hening, Erin hanya diam mengatupkan bibirnya melihat tingkah gemas Jimin. Sampai akhirnya Jimin selesai dengan ritualnya dengan mencium lembut tangan Erin.

"Keke.. Dulu kamu sering berteriak padaku dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu terlalu menggemaskan Jimin-ssi".

"Kekeke.. Kamu lebih menggemaskan".

Dengan senyuman Erin meninggalkan Jimin untuk mengambil piring kotor bekas buah semangkanya tadi di meja makan dan segera membersihkannya.

"Oppa sudah makan?"

"Sudah.."

"Kalau begitu mandilah, mau aku siapkan air hangat?"

"Tidak perlu sayang.."

L I F E  | {Park J•M} {Bae E•N}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang