33. Salah paham

34 3 0
                                    

Hai semua.

Jangan lupa komen di setiap paragraf nya ya.

Selamat membaca cerita Mellifluous Ineffable

***

Adit sebenarnya mau memaafkan Nanda, bahkan ia mau bersikap seperti sebelumnya pada cewek itu. Walaupun Nanda tidak punya bukti dan menuduh orang sembarangan, tapi pasti Nanda punya bukti atau alasan yang kuat hingga ia melakukan itu. Entah mengapa Adit merasa Nanda tak sejahat itu. Nanda juga tidak mungkin melukai diri nya sendiri, menyiram nya dengan air atau bahkan mengurung diri di gudang. Pasalnya, saat Adit datang gudang dikunci dari luar. Itu artinya ada orang lain yang sengaja mengunci Nanda. Bukan ia yang mengunci diri nya sendiri. Ia tak segila itu. Ia teringat pada ucapan Dhian beberapa jam yang lalu.

"Lo pikir deh Dit, kan lo yang bilang sendiri Nanda dikunci dari luar. Lo yang datang pertama kan? Kalo emang Nanda sengaja ngurung diri nya supaya bisa fitnah Tasya, Evelyn, sama Shafira terus kenapa pintu nya bisa dikunci dari luar? Mustahil banget Nanda bisa ngunci dari luar sedangkan dia di dalem. Ini nggak masuk akal Dit, nggak logis. Gue tau lo ya Shafira itu pacar lo Tasya juga adik angkat lo Evelyn pacar nya Reza. Gue paham kok, gue juga udah anggap Tasya Evelyn adik gue sendiri. Tapi kalo mereka salah masa iya lo bakal tutup mata sih?" ujar Dhian mencoba menyadarkan Adit.

Mereka hanya berdua sekarang, berdiri di rooftop sambil memandang lapangan basket yang ada di bawah. Menghirup angin yang menerpa nya, untung nya cuaca siang ini tidak terlalu panas dan sangat mendukung.

"Gue cuma ngomong ini sama lo ya. Gue nggak berani bilang ke yang lain. Bukan apa-apa tapi takut jadi kita yang berantem. Fikri yang bucin sama Lily aja bisa berantem karena dia lebih percaya sama Tasya, Reza apalagi. Kevin? Dia juga udah anggap Tasya adik nya juga. Apalagi mereka datang nya akhir, mereka nggak tau kalo awalnya gudang di kunci dari luar kan?" kata Dhian.

Adit hanya diam. Tak bisa menjawab. Ia hanya menatap Dhian sambil berpikir.

"Sebenarnya ada sesuatu yang gue sembunyiin dari kalian, tapi gue rasa sekarang belum waktu nya. Nanti gue bakal cerita sama lo atau yang lain kalau gue udah siap." kata Adit. "Gue juga setuju kok sama lo, gue juga udah aneh awalnya. Tapi gue nggak mungkin ngebela Nanda di depan Shafira ataupun Tasya. Mereka pasti bakal sakit hati, Dhi. Gue bingung."

"Lo mikirin perasaan Shafira sama Tasya tapi lo nggak mikirin perasaan Nanda? Kalo emang tujuan lo nggak mau bikin cewek sakit hati lo salah Dit. Nanda juga cewek, dia pasti sakit hati sama sikap lo waktu itu. Kalo emang lo nggak mau sakitin siapapun ya lo jadi tim netral yang nggak bela siapapun." ucap Dhian.

Dhian memandang Adit yang hanya diam. Seperti sedang gelisah, raga nya memang di depan Dhian tapi pikiran nya pasti sudah berkecamuk entah kemana. Dhian menghela nafas nya. "Yaudah gue kasih lo waktu, inget kalo lo nggak mau ada keributan di Ineffable jangan pake emosi, dan lo bilang kalo dari awal Nanda dikunci dari luar. Gue duluan ya bro."

Dhian menepuk bahu Adit lalu berlalu pergi dari sana. Adit menatap Dhian yang sudah tidak ada lalu menatap ke depan kembali.

"Sorry Nan, kalo gue udah banyak nyakitin lo." ujarnya.

Ucapan Dhian memang ada benar nya. Perkataan nya waktu itu juga memang sudah kelewatan. Ia tau, ia salah.

Adit menatap Nanda yang ada di samping nya. Mereka saat ini sedang latihan di The Sevent Music. Setelah kemarin selesai membuat lirik lagu, mereka saat ini sedang membuat nada yang cocok. Di depan nya ada Charles, tapi Adit masih bisa untuk tidak fokus.

MELLIFLUOUS INEFFABLE: My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang