30. Masalah

55 3 0
                                    

Siapkan hati dan jiwa untuk baca chapter ini karena bikin darah tinggi.

Jangan lupa komentar di setiap paragraf nya.

Selamat membaca cerita Mellifluous Ineffable

***

"Gue tau gue ganteng, tapi nggak usah gitu juga kali ngeliatin nya."

Sejak beberapa detik lalu ia terjatuh tepat memeluk Adit, ia masih terdiam membeku sambil menatap Adit. Adit yang terkejut akan kehadiran cewek itu yang tiba-tiba tak sengaja memegang punggung Nanda karena refleks. Rupanya ucapan Adit tak membuat Nanda sadar, alam bawah sadar Nanda seolah tak mendengar ucapan Adit. Jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya dan wajah nya memerah. "Woy sampai kapan lo mau kayak gini? Lo pikir lo nggak berat?"

Nanda yang tersadar langsung bangun dan menepuk seragam nya yang terasa kotor. "Nggak usah kepedean deh lo, gue nggak sengaja ya."

"Masa? Tapi tadi gue ngerasa jantung lo itu kayaknya salting deket sama gue. Dan lo ngaca deh muka lo merah itu." kata Adit. Nanda langsung meraih ponsel nya di saku seragam, ia langsung melihat wajah nya itu dari kaca ponsel nya. Adit terkekeh melihat tingkah cewek itu. "Udah, ngaku aja kalo lo suka sama gue."

"Nggak! Lo jadi cowok nggak usah kepedean ya. Nggak semua cewek disini suka sama lo cuma karena lo ganteng." kata Nanda. "Gue kesini karena mau ngasih lo minuman tapi tadi ada yang nyenggol gue jadinya gue jatoh. Puas lo?!"

Nanda menyimpan botol dan handuk itu tepat di depan Adit. "Nih minum buat lo sama handuk. Gue cuma mau ngasih itu aja. Makasih."

Nanda berjalan pergi dari sana, keluar dari lapangan dan menuju koridor. Semua orang yang menyaksikan itu hanya bisa terdiam. Adit tersenyum tipis menatap kepergian Nanda.

Anna menatap Nanda yang berjalan menjauh. "Yaudah lah yang penting misi gue udah berhasil."

"Itu rencana kamu Na? Kamu yang nyuruh Nanda ngasih minum ke Adit?" tanya Dhian.

Anna mengangguk. "Iya kak, lumayan tuh kan mereka walaupun masih malu-malu."

Dhian mengusap rambut Anna pelan. "Bagus sayang. Good job." ujar Dhian sambil mengacungkan jempol nya.

Sementara tak jauh dari sana, ada Tasya yang berdiri sambil memegang botol yang ia remas kesal. Tasya hendak menghampiri Adit untuk memberi botol minum tapi saat cewek itu hendak mendekat, Nanda lebih dulu mendekati Adit bahkan memeluk cowok itu. Ia kesal, jelas. Di siang yang panas ini hati nya juga ikut memanas.

"Nanda Zachira udah berapa kali gue bilang jauhin Adit." ujar Tasya penuh penekanan.

Tasya meraih ponsel nya lalu menelpon seseorang. "Gue ada tugas buat lo. Lo butuh duit kan? Gue bakal kasih berapa pun yang lo mau asal kali ini berhasil."

Tasya menjelaskan rencana yang ia punya pada seseorang yang ada di seberang telpon. "Oke, sekarang ya. Gue otw."

Tasya mematikan telpon nya lalu menelpon Evelyn. "Ke gudang belakang."

Hanya itu yang Tasya ucapkan. Tapi Evelyn yang dapat memahami nya segera pamit pada Reza untuk pergi ke toilet. "Za, aku ke toilet dulu ya sebentar."

Reza mengangguk. Evelyn berjalan keluar dari lapangan menuju koridor. Ia segera menuju gudang belakang sekolah tempat gudang berada.

Nanda yang tengah berjalan di koridor menghentikan langkah kaki nya ketika ponsel nya bergetar. Ia mengambil ponsel nya lalu melihat ada pesan dari Shafira. Nanda mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan dari Shafira.

MELLIFLUOUS INEFFABLE: My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang