SYAFILA ALISHA

1.4K 46 23
                                    

Happy reading

🤍🤍🤍


Bagai di sambar petir di siang hari Syafila seorang gadis berumur 18 tahun yang kini duduk di bangku 3 SMA harus menerima kenyataan, kalau hari ini ia kehilangan ibundanya yang bernama Hanum.

"Umi, kenapa secepat ini?" lirih Syafila yang sedang merengkuh tubuh kaku sang Ibunda.

"Umi ayok bangun jangan tinggalin Fila, kalau umi pergi bawah Fila juga" ujarnya dengan deraian air mata yang sudah banjir membasahi pipinya.

"MINGGIR KAMU ANAK SIALAN!! INI SEMUA KARENA ULAHMU!" Damar~Ayah Syafila menarik paksa gadis itu untuk menjauhkannya dari mayat sang istri.

"Kamu bener-bener anak sial Fila! ntah kenapa keluarga ini harus di karuniai keturunan sialan sepertimu!" Hanah~ibunda Damar ikut menimpali.

"Dasar anak sialan, mati saja kamu!" Damar kembali berucap seraya menendang kaki Syafila membuat gadis itu meringis.

"CUKUP!! CUKUP SEMUANYA, SUDAH PUAS KALIAN MENYIKSA CUCUKU HAH!?" Arman~ ayah Hanum bersuara tinggi dengan tatapan menghunus di ambang pintu, ia melangkah tegas dengan wajah yang sudah merah padam.

"Kamu bener-bener seorang Ayah yang tidak punya hati Damar, dengan teganya kamu menghina darah dagingmu sendiri!" bentak Arman yang sudah tersulut emosi.

"Ayah tidak tau bagaimana sakitnya aku di tinggal oleh wanita yang aku cintai, dan itu semua gara-gara anak sialan ini" Damar menunjuk Syafila yang sudah berada dalam pelukan Arman.

"Andai saja kalau bukan kecerobohannya, istriku pasti masih hidup" ujar Damar.

"Kamu memikirkan luka mu karena di tinggal istrimu, lalu bagaimana dengan aku seorang Ayah yang sudah merawat dia dari kecil namun secepat ini di tinggalkan oleh putri semata wayangku? apa kau pikir hanya kau saja yang terluka? jangan jadi orang yang egois Damar!" sarkas Arman.

"Anak ku sudah memberikan segalanya pada Hanum, tapi karena anak ini, anakku harus menderita kehilangan cintanya" Hanah membela Arman dan menyudutkan Syafila.

"Kecelakaan itu adalah takdir dan tidak ada yang bisa menyangkal, andai saja aku tau begini akhirnya, mungkin tidak akan ku izinkan kau menikahi putriku. Kamu tersulut emosi, tapi kau melampiaskannya pada darah dagingmu sendiri! pantas kah kau di sebut sebagai laki-laki" ujar Arman.

"Aku sangat membenci orang yang menghakimi cucuku yang tidak tau apa-apa, dan kamu damar aku sangat malu dan menyesal telah menikahkanmu dengan putriku" Arman menunjuk dengan penuh amarah pada Damar.

"Ayok nak kita ke kamarmu" Arman membawah Syafila menuju kamar.

Damar dan Hanah memperhatikan Arman dan Syafila yang sudah memasuki kamar.

"Ayok persiakan pemakaman istrimu biar segera di kebumikan" ujar Hanah seraya mengusap bahu Damar.

Damar hanya mengangguk patuh, kemudian menghampiri Hanum yang terbaring kaku di atas kasur. Damar memeluk jenazah Hanum, tangisnya pecah sudah tidak tertahan lagi karena cintanya begitu besar terhadap sang istri.

***

"Ayok duduk nak, anak cantik nggak boleh nangis nanti umi sedih kalau liat fila nangis terus, emang mau umi sedih?" Syafila menggeleng lemah menatap lantai dengan pandangan kosong.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang